2.7

2.3K 167 10
                                    

Andri membaca laporan yang ada ditangannya. Ia melempar laporan itu secara acak. Kepalanya terasa pusing sekali. Sudah berhari-hari namun masalah sama sekali tidak mereda. Geo memandang bosnya yang frustrasi. Ruang kerja Andri berubah menjadi gudang berkas dalam sekejap mata. Hanya karena satu karyawan yang membuat masalah dengan melarikan diri dengan uang 10 milyar, masalah lain datang bertubi-tubi.

Mulai dari harga saham yang turun hingga para investor yang menarik uang mereka karena merasa tidak percaya lagi terhadap perusahaan Andri. Jika uang 10 milyar saja bisa dibawa kabur dengan mudah bagaimana mungkin mereka bisa mempercayai bahwa uang mereka akan tetap aman tanpa menimbulkan kerugian.

"Sudah ada jejak kemana Herman melarikan diri?" Andri memijat pelipisnya. Tubuhnya sangat lelah. Ia merindukan pelukan Aisyah saat ini.

Geo enggan menjawab namun ia tetap menggeleng, "Polisi masih mencoba mencari jejak yang mungkin didatangi Herman."

Andri menghela napas. "Kamu boleh pergi."

Geo keluar dari kantor Andri. Meninggalkan pria itu sendiri di kantor yang terasa sangat sesak. Andri membuka daftar telpon dan menekan nama Aisyah. Tidak diangkat. Andri menelpon sekali lagi, kali ini didering ketiga panggilannya dijawab.

"Assalamualaikum, Syah."

"Wa'alaikumsalam," Andri melihat layar ponselnya dan benar itu nomor Aisyah. "Dimana Aisyah?"

"Aisyah sedang di toilet. Ponselnya ditinggal."

"Tolong bilangi Aisyah untuk menelponku kembali nanti."

"Nggak," Juna terkekeh. "Aku nggak akan mengabari Aisyah,"

Alis Andri menyatu, "Siapa kamu?"

Juna menghela napas, "Bagaimana bisa kamu melupakan suaraku."

"Juna?!!"

"Seratus untukmu!" Andri menggenggam telponnya erat. "Aku memberikan sedikit bantuan pada karyawanmu sebagai hadiah. Apa kamu suka dengan hadiahku?"

"Apa yang kamu lakukan dengan Aisyah disana?!! Menjauhlah dari istriku."

"Kamu nggak mau bertanya tentang karyawanmu itu?"

"Aku akan menyelesaikan masalah perusahanku sendiri. Cukup menjauh dari istriku!"

Juna tertawa, "Sungguh suami ideal. Sayangnya, aku menolak. Aku serius untuk memiliki Aisyah."

Juna mematikan panggilan secara sepihak. Menghapus riwayat panggilan. Bahkan ia memblokir nomor Andri saat suami Aisyah itu kembali menelpon. Lalu Juna mengembalikan ponsel Aisyah seperti tidak ada yang terjadi. Juna menyeringai, ia senang akan tindakannya.

Alis Aisyah terangkat. Memandang Juna yang tersenyum dengan perasaan curiga. Aisyah mengecek riwayat telpon, tidak ada jejak panggilan Andri.

"Kenapa kakak tersenyum?! Mengerikan tahu!"

"Nggak papa. Sesuatu yang baik terjadi."

Andri menelpon berulang kali namun sama sekali tidak tersambung. Amarah Andri memuncak. Ia melemparkan ponselnya ke sembarang arah. Masalah di perusahaan saja belum beres dan sekarang ditambah Juna yang mendekati istrinya.

"Bukankah aku sudah memperingatkanmu untuk nggak mendekati Juna, Sayang! Kenapa kamu nggak mendengarkan?!"

Andri mengusap wajahnya gusar. Banyak sekali beban pikiran yang harus ia terima.

Saat Aisyah sampai di rumah, hari sudah sore menjelang magrib. Aisyah heran saat lampu rumah sudah menyala, satu hal yang Aisyah langsung pikirkan adalah Andri ada di rumah. Aisyah sedikit berlari. Andri duduk dengan tenang di sofa, ia memeriksa beberapa hal disana.

Cintamu Surgaku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang