2.4

2.7K 169 16
                                    

Aisyah mencium tangan Andri, "Hati-hati di jalan, Mas."

Aisyah tersenyum. Suaminya pun membalas senyum hangat pagi itu. Sinar matahari pagi menerpa wajah Aisyah membuat kulitnya menjadi lebih cerah. Andri mengusap pucuk kepala Aisyah yang ditutupi jilbab.

"Nggak mau Mas antar?"

Aisyah menggeleng, "Aisyah nggak mau merepotin, Mas."

"Siapa yang merepotkan. Sayangku sama sekali nggak merepotkan."

Aisyah terkekeh, "Cepatlah pergi. Nanti Mas terlambat,"

"Baik, baik. Aku akan menjemputmu nanti sore."

Aisyah mengangguk, lalu ia melambaikan tangannya hingga mobil Andri tidak terlihat lagi. Aisyah masuk ke dalam rumah untuk mengambil tasnya, ia mengunci pintu rumah terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam taksi.

Hari ini, Aisyah berkunjung ke panti asuhan. Ia merindukan anak-anak disana, sudah lama sejak Aisyah terakhir kali ke panti asuhan. Sejak kecelakaan yang ia alami, Aisyah tidak sesering dulu berkunjung ke panti asuhan. Banyak yang berubah disana. Dari anak-anak yang tidak Aisyah kenal hingga suasana panti yang berubah. Aisyah masih mencoba untuk bersosialisasi disana. Jadi, bisa dibilang ini kunjungan rutin.

"Pak, tolong berhenti di toko roti didepan sana sebentar,"

Pak supir mengangguk. Ia memberhentikan mobil. Aisyah turun dari mobil dan masuk kedalam restoran itu. Aisyah menghidu aroma roti, membuat perutnya seketika berbunyi.

"Tolong roti ini, ini, dan ini juga."

Aisyah memilih beberapa roti untuk dibawa ke Panti Asuhan. Anak-anak pasti menyukai roti yang ia pilih.

"Terima kasih, silahkan kembali lagi." Pelayan itu memberikan pesanan Aisyah serta nota dan kembalian. Aisyah menerimanya dan kembali berterima kasih. Ia lalu duduk kembali ke dalam taksi. Mobil kembali dijalankan.

Jalanan yang mereka lewati tidak terlalu ramai. Aisyah membayar pak supir itu dan memberikan roti padanya. "Terima kasih, pak. Untuk sarapan bapak," katanya ramah.

"Terima kasih, nona."

Pak supir berlalu dengan mobilnya. Aisyah mendorong pagar coklat itu yang mengeluarkan bunyi. Aisyah memandang pohon kersen yang memenuhi pekarangan panti. Banyak anak-anak yang bermain di bawah pohon itu. Aisyah ingat dengan jelas, pohon itu yang ia tanam dengan Angga sewaktu mereka baru pindah ke panti. Sekarang pohon itu sudah sangat besar. 10 tahun pasti sudah terlewati tanpa Aisyah ingat.

Aisyah menyimpan rasa tidak nyaman di hatinya. Ia tersenyum kepada anak-anak. "Assalamualaikum," Anak-anak yang mendengar suara Aisyah segera berlari ke kakak cantik mereka.

"Kak Aisyah!" Via berlari untuk memeluk kaki Aisyah.

Aisyah sedikit menunduk, menyetarakan tingginya dengan Via dan yang lain.

Udin melihat bungkusan roti ditangan Aisyah, ia tidak bisa tidak memegang perutnya yang kecil itu. Aisyah tersenyum pada Udin, ia mengacak sedikit rambut bocak laki-laki itu.

"Kak Aisyah membawa roti. Cuci tangan kalian dan kita akan makan bersama didalam."

Bunda Yeti keluar rumah, ia tersenyum kearah Aisyah. "Assalamualaikum, Bunda." Aisyah mencium tangan wanita yang sudah berumur itu.

"Wa'alaikumsalam, masuklah kedalam."

Bunda Yeti memegang punggung Aisyah. Mereka berjalan bersama kedalam. Aisyah menyerahkan roti yang ia bawa kepada Bunda Yeti, akan lebih mudah jika Bunda Yeti yang membagikan kepada anak-anak yang sangat lincah itu.

Cintamu Surgaku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang