21

4.6K 260 26
                                    

Sudah beberapa hari berlalu sejak kembalinya Lifa ke Bandung. Kehidupan suami istri itu masih saja sama. Masih canggung dan sama-sama belum ada yang mau terbuka. Aisyah pun sudah kembali ke kamarnya. Andri juga tidak berbicara apa-apa saat Aisyah memilih untuk pisah kamar. Andri berbaring di ranjangnya dengan tangan yang menutupi mata.

Pikirannya kacau saat ini. "Bagaimana mungkin hubungan kakak sama kakak ipar bisa maju kalau kakak lambat seperti ini! Kakak harus mengajak Kak Aisyah untuk pergi kencan lalu nyatakan perasaan kakak saat itu juga." perkataan Lifa yang menyuruhnya mengajak Aisyah kencan dan menyatakan cinta pada gadis itu berkali-kali terngiang di kepala Andri. Ia memikirkan segala kemungkinan dan reaksi Aisyah kedepannya. Jika ini gagal, hubungan mereka yang sudah lebih baik ini mungkin akan kembali ke awal. Membayangkannya Andri berpikir untuk tidak melakukan kencan ini.

Andri menghela napas, ia harus melakukannya. Ia harus memulai gerakan pertama untuk mendekatkan hubungan pernikahan mereka. Andri mengambil ponselnya dan segera mengatur segala rencana untuk mengajak Aisyah kencan. Ia tidak boleh plin plan, demi hubungan mereka tidak akan ada lagi celah yang mengganggu. Andri pastikan itu.

Tapi~~ Bagaimana jika Aisyah menolaknya malam ini? Ah, Andri pasti hancur jika ia ditolak. Apa sebaiknya ia membatalkan rencananya? Andri menggelengkan kepalanya. Ia menampar kedua pipinya agar tidak terlalu memikirkan sesuatu yang tidak perlu. Malam ini pasti akan berjalan lancar.

"Mas, ayo sarapan." Panggil Aisyah. Andri menyimpan ponselnya lalu pergi ke dapur. Ia tersenyum kala melihat Aisyah.

"Aromanya enak,"

Aisyah tersenyum, "Benarkah? Aku mengikuti resep yang Bunda ajarkan."

Andri mengambil piringnya dan segera menyantap makanannya. "Enak. Mirip masakan Bunda."

"Syukurlah jika mas suka." Lalu Aisyah fokus pada makanannya.

Andri melirik gerak-gerik Aisyah dari ekor mata. Andri mengambil minumnya, lalu menatap Aisyah, "Dek, apa kamu sibuk akhir pekan ini?"

Aisyah berpikir sejenak, "Hm, nggak. Aku luang akhir pekan ini, mas,"

"Oh."

Andri mengetik sebuah pesan dengan cepat dibawah meja. Ia mengirim pesan itu kepada Angkasa. Meminta tolong pada pemuda itu. Beberapa detik kemudian, dering ponsel Aisyah berbunyi, seseorang menelponnya. Dari Angkasa. Andri yang melihat itu tersenyum penuh arti.

Aisyah menerima panggilannya, "Angkasa, ada apa pagi-pagi begini?"

"Ah, Kak Aisyah, apa kakak mau ke taman bermain akhir pekan ini? Kak Angga mengajak kami semua kesana?"

"Taman bermain?" Aisyah menatap Andri yang sangat gembira. Dari ekspresinya sepertinya Andri sangat menginginkan dirinya untuk pergi. "Oke, kakak akan ikut juga."

Andri bersorak tanpa suara. Akhirnya, rencananya dapat dilaksanakan.

"Apa kakak mau pergi juga? Kak Angga mengajak kita semua," tanya Aisyah usai menutup panggilan.

Andri memasang ekspresi kecewa, "Sepertinya nggak, dek. Aku masih ada pekerjaan."

Aisyah kecewa namun ia tetap berkata, "Jangan terlalu memaksakan diri ya, mas."

"Tentu saja," balas Andri dengan cengiran. Ia memakan makanannya dengan lahap lalu berangkat kerja.

Aisyah duduk di meja makan dengan helaan napas. Ia menyesali perbuatannya. Inginnya tetap sekamar dengan Andri, tapi tanpa Lifa tidak ada alasan untuk tetap tidur di kamar Andri. Meskipun mereka suami istri dan itu sah saja untuk tidur sekamar, tapi Aisyah khawatir Andri akan tidak nyaman dengan dirinya. Dan untuk beberapa hal~ Aisyah malu.

Hari berlalu tanpa disadari. Hari ini, hari yang Andri tunggu dengan hati yang berdebar-debar. Semua hal yang dibutuhkan sudah Andri siapkan. Tinggal menunggu Aisyah pergi sebelum Andri bisa memulai kencannya malam ini. Andri berdiri di depan rumah, ia menyapa kakak iparnya yang sempat tidak akur dan menyapa anak-anak.

"Kakak beneran nggak ikut?" tanya Aisyah sekali lagi. Ia berharap Andri pergi ke taman bermain dengannya. Bukankah mereka tidak pernah jalan-jalan lagi sejak dari Tokyo.

Andri menggeleng, "Masih ada yang harus dikerjakan."

Aisyah menghela napas, ia akhirnya menyerah membujuk Andri lalu masuk ke dalam mobil. Andri melihat ekspresi itu, hatinya sedikit tidak nyaman. Angga menepuk bahu Andri lalu tersenyum menggoda, "Kerja dengan benar. Kami akan bersenang-senang hari ini, benar anak-anak?"

Anak-anak menjawab dengan serempak. Senyum tidak pernah luntur dari wajah mereka. Pipi Andri sedikit merona, digoda terang-terangan dengan kakak iparnya seperti ini membuatnya malu. Andri segera masuk ke dalam rumah saat mobil Angga tidak terlihat lagi.

Angga menatap adiknya yang meskipun tersenyum namun jelas sekali tidak ada jejak semangat dimatanya. Angga mengusap kepala adiknya itu, "Jangan cemberut, nanti cantiknya hilang. Suami kamu makin nggak naksir nanti."

Aisyah manyun. Tatapannya semakin sedih. Angga jadi gelagapan, ia tidak sadar jika ucapannya malah membuat adiknya itu lebih tidak bersemangat. Angkasa menghela napas, bagaimana bisa Angga tidak peka akan perasaan Aisyah seperti ini. Itulah kenapa tidak boleh jomlo terlalu lama.

"Kak Aisyah jangan khawatir. Kak Andri bukan pria yang mencintai seseorang dari penampilan saja." Ujar Angkasa.

Merasa ditolong Angkasa, Angga menjadi tenang lalu berkata, "Benar, kalau nggak kenapa ia menikah denganmu, hahahaa."

Angkasa menepuk jidatnya. Hancur sudah. Angga berkata terlalu jujur. Aisyah makin terdiam. Senyum diwajah Aisyah menghilang sepenuhnya. Tiba-tiba, Via menjewer telinga Angga. Tangannya yang kecil tidak terlalu memberikan efek menyakitkan pada Angga. Tapi itu cukup untuk membuatnya kegelian, Via menghentikan jewerannya karena Angkasa menghentikan tangan kecil itu. Angga harus fokus menyetir, tidak baik jika konsentrasinya diganggu seperti ini.

"Kak Angga jahat. Kak Aisyah itu cantik dan pintar masak."

"Benar. Kak Aisyah sangat cantik bahkan Via pun kalah sama Kak Aisyah." Tambah Udin membela Aisyah.

"Apa? Jadi, kamu bilang kalau aku jelek." Kedua tangan Via berada dipinggang. Ia mengajukan protes pada Udin.

Melihat Via mengamuk seperti itu, nyali Udin ciut. Ia tidak suka saat Via mulai mengomel. Udin bersembunyi dilengan Angkasa. Angkasa hanya menghela napas. Semua terasa salah hari ini. Aisyah tertawa. Mendengar perkelahian kecil itu membuat emosinya kembali tenang. Setelah Aisyah pikir dengan matang, meskipun ia tidak cantik sekali pun, meskipun badannya tidak seindah seorang model, ia tetaplah istri Andri. Itu adalah bukti bahwa diantara gadis-gadis cantik diluar sana, Andri memilihnya.

Disisi lain, Amber tersenyum menatap batang putih yang dipegangnya. Itu adalah alat pemeriksaan kehamilan. Dapat dilihat ada dua garis merah yang mencolok disana, Amber memegang erat test pack itu. Ia lalu menggenggam perutnya pelan. Meskipun masih rata, tetapi ada yang hidup disana. Ada bayi di dalam perutnya. Bayinya dengan Andri. Buah hati mereka berdua.

01 Maret 2020

Sepertinya, aku sudah terlalu lama nggak update :)

Maafkan aku

.

Red

Cintamu Surgaku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang