20

5.2K 281 18
                                    

"Hei, kamu mendaftar SMA dimana?" tanya Lifa sekali lagi. Hari ini pun ia mempertanyakan hal yang sama kepada Angkasa. Angkasa pun lagi-lagi memberikan respon yang sama, ia tidak menggubris keberadaan Lifa dan hanya terus membaca bukunya. Lifa menghela napas dan ikut menyandarkan tubuhnya. Ia memejamkan matanya dan menikmati angin yang berhembus mengenai wajahnya. Aroma permen tertangkap indra penciuman Lifa. Lifa tersenyum kecil.

Seminggu telah berlalu sejak kedatangannya di Jakarta dan hari ini hari terakhir ia bisa berkunjung ke Panti Asuhan sebelum kembali ke Bandung. Lifa harus mengetahui dimana Angkasa akan mendaftar sekolah. Hari ini kesempatan terakhirnya untuk bertanya langsung kepada Angkasa. Sebenarnya, bisa saja ia bertanya kepada Aisyah namun Lifa memutuskan untuk menjadikan itu sebagai langkah terakhir.

Angkasa berdiri dari duduknya. Lifa segera membuka matanya, ia lalu mengikuti Angkasa dari belakang. "Mau pergi kemana?"

"Jangan ikuti saya." Tolak Angkasa.

"Makanya bilang dulu mau kemana."

Angkasa geram, "Saya mau ke toilet."

"Oh," Lifa tersenyum lalu berhenti mengikuti Angkasa. Lifa menghela napas, ia berjalan dengan lunglai. "Padahal aku sudah mendekatinya selama seminggu ini, tapi masih nggak ada respon."

"Kak Lifa, ayo kita bermain lagi?" Udin menarik ujung baju Lifa. Bocah 5 tahun itu tampak sangat kotor saat ini, sepertinya ia baru saja bermain tanah.

Lifa tersenyum lalu mensejajarkan tingginya dengan Udin. "Yosh, mari kita bermain dengan yang lain." Udin segera berlari dan memberitahukannya pada anak-anak yang lain. Lifa segera dikerumuni anak-anak kecil. "Lalu? Apa yang akan kita mainkan?"

"Polisi dan pencuri," jawab Via dengan riang, senyum gadis kecil itu memperlihatkan beberapa giginya yang ompong. Lifa tertawa kecil.

Udin melihat Angkasa yang baru saja keluar dari toilet dan segera memanggilnya, "Kak Angkasa, ayo kita bermain!"

"Baiklah," balas Angkasa.

Lifa melihat Angkasa dan seketika mendapatkan ide. "Angkasa, jika aku memenangkan permainan ini, kamu harus memberitahu aku SMA yang kamu tuju serta nomor teleponmu."

"Dan jika saya yang menang?" tanya Angkasa yang mulai tertarik.

Lifa tersenyum, "Aku nggak akan menganggumu lagi. Bagaimana?"

"Baiklah."

"Ya, walau aku pasti yang akan menang." Lifa tersenyum miring. Ia percaya diri dengan stamina yang dimilikinya. Tubuh Angkasa itu kurus bahkan selama di panti asuhan, Lifa hanya melihat kalau kerjaan Angkasa itu hanya membaca buku. Lifa tambah yakin bahwa ia bisa mengalahkan Angkasa dengan mudah.

"Jangan terlalu percaya diri." Kata Angkasa yang hampir seperti bisikan. Lifa yang terlalu semangat tidak memperhatikan perkataan Angkasa barusan, ia sibuk mengatur strategi untuk menangkap pencuri Angkasa. Angkasa dan tim pencurinya segera berpencar sebelum polisi Lifa dan timnya memulai operasi penangkapan.

Waktu yang tersisa tinggal lima menit lagi, Lifa berhasil menangkap semua pencuri hanya Angkasa saja yang belum tertangkap. Jika Angkasa masih belum tertangkap maka ia akan kalah. Tapi dimana? Lifa sudah mencari sekeliling panti, namun sama sekali tidak menemukan persembunyian Angkasa. Anak-anak yang berperan sebagai polisi pun sudah membantu mencari tempat-tempat yang mungkin dijadikan sebagai tempat persembunyiannya tetapi hasilnya masih tetap sama. Lifa memutuskan untuk kembali ke 'penjara', namun sesuatu yang tidak Lifa sangka adalah bahwa semua tahanan sudah melarikan diri. Lifa melihat punggung Angkasa tidak jauh dari 'penjara', tanpa pikir panjang Lifa segera mengejar Angkasa.

Cintamu Surgaku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang