2.2

3.5K 208 38
                                    

Sore harinya, Andri pulang dari kantor. Ia tampak sedikit lelah namun saat menemukan istrinya di ruang tengah, lelahnya seakan bukan apa-apa. "Assalamualaikum," Andri mencium pucuk kepala Aisyah. Gadis itu sedang fokus menonton hingga tidak menyadari kedatangan Andri.

"Wa'alaikumsalam." Aisyah mengernyit. Ia menghidu sesuatu yang tidak sedap dan segera menjepit hidungnya. Aisyah mendorong tubuh Andri agar menjauh. "Mas bau, pergi mandi sana."

Andri mencium aroma badannya sendiri. Ia memang berkeringat tapi seharusnya tidak sampai meninggalkan aroma tidak sedap. "Pergi mandi sana." Aisyah semakin gencar mendorong suaminya itu untuk pergi mandi. Tubuh Andri didorong hingga mereka berjarak satu meter.

Andri menghela napas. Ia mengalah pada Aisyah dan langsung pergi mandi. Di kamar mandi, Andri mengusap badannya dengan sabun dua kali. Ia juga keramas hingga rambutnya dipenuhi busa. Andri memastikan aroma tubuhnya sekali lagi dan ia yakin kali ini tubuhnya tidak bau hingga Aisyah menyuruhnya menjauh.

Usai berpakaian, Andri keluar kamar dan istrinya yang sebelumnya mengeluh itu sedang menikmati buah mangga didepannya tanpa melepaskan pandangannya dari layar TV. Andri ikut bergabung, ia melihat Aisyah sedang menonton drama Korea. Matanya tertuju pada layar sangat serius. Bahkan Andri yakin Aisyah melupakan dirinya.

Istrinya itu sejak hamil suka sekali menonton drama Korea, Andri merasa cemburu tapi juga kasihan dengan istrinya. Jika ia bekerja maka Aisyah akan sendirian di rumah. Daripada Aisyah bosan, biarkanlah ia menahan cemburu dihati selama 9 bulan saja. Saat Aisyah melahirkan nanti ia akan menghapus semua drama Korea itu. Andri hanya perlu bersabar.

"Ah, benar," Aisyah menatap Andri, "Tadi aku bertemu dengan tetangga baru kita, Mas. Kak Juna menyuruh kita untuk mampir ke rumahnya."

"Juna?" Alis Andri menyatu.

Aisyah mengangguk, "Nama tetangga baru kita."

Andri mengusap pucak kepala Aisyah. "Baiklah, kita akan mampir nanti."

"Oke," Aisyah hanya ingin memberitahu Andri mumpung ia ingat. Karenanya, usai menyampaikan informasi yang menurut Andri tidak penting itu, Aisyah kembali fokus pada drama Korea yang ia tonton.

Andri membawa Aisyah kedalam dekapannya, ia sangat merindukan istrinya padahal cuma beberapa jam berpisah tapi rasanya sangat lama. Andri memeluk Aisyah dalam diam meskipun Aisyah tidak merespon dan masih fokus menonton.

Perut Aisyah bergetar. Aisyah memegang tangan suaminya, "Mas, mau nasi goreng di warung depan jalan." Aisyah menatap dapur sekilas, ia sama sekali belum masak makan malam. "Kita makan disana saja ya?"

Andri mengangguk. Dulu sebelum kecelakaan, hal yang paling Andri tunggu adalah masakan Aisyah. Sekarang, berharap bisa mencicipi masakan Aisyah seperti dulu rasanya sangat sulit. Ia perlu bersabar menunggu keahlian memasak istrinya kembali.

"Siap-siaplah dulu." Tidak banyak yang harus dilakukan Aisyah, ia hanya perlu memakai jilbabnya saja. Andri memakaikan jaket pada Aisyah, "Udara malam ini dingin. Kamu bisa masuk angin nanti."

"Mm,"

Sesampainya di warung makan langganan, Aisyah duduk dan Andri yang memesan. Kedua pasangan ini terbiasa makan di warteg daripada restoran terkenal, menurut Aisyah porsi di warteg lebih banyak dibandingkan di restoran bintang lima. Makan di warteg juga lebih murah. Andri juga menyukai makan di warteg.

"Hai, Aisyah. Kita bertemu lagi,"

Baik Andri dan Aisyah sama-sama menoleh pada asal suara. Mata Aisyah sedikit menyipit karena pencahayaannya sedikit minim. Saat pria itu berjalan hingga garis pandang Aisyah, Aisyah tersenyum sopan pada Juna. Pria itu memakai pakaian santai. Hanya kaos polo dan celana kain. Ia tidak memakai kacamatanya.

Cintamu Surgaku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang