2.9

2.1K 144 12
                                    

"Assalamualaikum, Sandra," Andri menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sedikit canggung untuk menghubungi teman lamanya ini. "Ini aku Andri."

Cassandra tersenyum lebar mendengar suara Andri. Ia membalas salam Andri terlebih dahulu. "... Akhirnya kamu menghubungiku. Ada apa, Dri?"

"Ah, itu... apa kita bisa makan siang bareng hari ini? Ada yang ingin aku bicarakan denganmu."

Cassandra menyeringai, ia melihat arlojinya. "Baiklah. Aku akan menemuimu."

"Terima kasih, Sandra. Sampai jumpa nanti."

"Sampai jumpa." Cassandra melihat layar ponselnya yang sudah kembali normal sejak Andri menutup panggilannya. Ia tersenyum penuh arti. Cassandra berdiri didekat jendela hotel. Suasana Jakarta yang sangat ramai dapat ia lihat dengan jelas. "Aku nggak sabar untuk melihatmu."

Cassandra membuka jubah mandinya dan segera memilah pakaian yang akan ia kenakan di makan siang yang sangat special ini. Cassandra melihat foto di galeri ponselnya, ada satu foto dengan gadis berhijab sebagai modelnya. Sedang tersenyum bahagia.

"Jika gadis ini bisa menarik perhatianmu, maka aku sebaiknya nggak memakai pakaian yang terbuka. Kamu bukan tipe pria yang mudah tergoda dengan tubuh wanita."

Cassandra menyampingkan pakaian yang sangat terbuka. Ia akhirnya memutuskan memakai blouse putih dengan rok yang menggantung berwarna biru muda. Pakaian yang jarang Cassandra gunakan karena selama ini ia memakai pakaian yang menonjolkan bentuk tubuhnya. Didepan Andri, Cassandra harus menjaga penampilannya agar tidak mengecewakan dan sesuai selera Andri.

"Kapan kakak akan berhenti mengikutiku!" Aisyah menatap Juna yang keras kepala. Dibilangi berapa kali pun untuk menjauh dari dirinya, pria itu malah semakin gencar mengekori. Selama Aisyah keluar rumah, akan selalu ada Juna dibelakangnya. Aisyah merasa sedikit tidak nyaman.

"Hm," Juna berpikir. "Nggak akan pernah."

Aisyah mendesah. Ia menaruh buku yang akan ia baca untuk hari ini di meja.

Juna ikut duduk didepan Aisyah seperti biasa. Diabaikan oleh Aisyah pun, Juna sudah biasa. "Aku menjagamu, Syah. Siapa tahu kamu jatuh pingsan seperti terakhir kali."

Aisyah menatap Juna serius, "Aku berterima kasih karena kakak menolongku terakhir kali. Hanya saja jangan menggangguku."

"Aku nggak mengganggumu."

"Kakak mengikutiku kemana pun aku pergi. Itu termasuk mengganggu."

Juna mengedikkan bahunya. Ia membenarkan sedikit perkataan Aisyah. Juna mengganti kembali topik pembicaraan mereka, "Kalau kamu sangat berterima kasih kepadaku. Ayo kita makan siang bersama."

"Nggak."

Juna memaksa, "Hanya sekali saja. Aku nggak pernah makan siang dengan seorang 'teman' sebelumnya."

"Bohong!"

Juna memasang wajah memelas, "Aku serius. Dulu aku anak yang introvert jadi aku nggak punya teman. Ayolah hanya sekali makan siang. Mau ya, ya, ya?"

Aisyah memegang pelipisnya. Mengapa menghadapi anak kecil lebih mudah daripada menghadapi Juna.

"Ya, ya, ya, ya...."

"Berhenti." Aisyah menutup bukunya keras. Juna tersenyum, "Baiklah. Hanya sekali ini saja. Tapi biarkan aku makan bersama Mas Andri."

Juna cemberut, "Kenapa kita nggak makan berdua saja?"

"Aku ini sudah menikah. Suamiku juga melarang untuk bertemu kakak. Aku melakukan ini karena kakak sudah menolongku saja."

Juna mencibir, "Baiklah, telpon saja suamimu itu." wajahnya jelas tidak senang. Ia harus memiliki Aisyah secepatnya agar mereka bisa makan berdua saja tanpa pengganggu.

Aisyah menelpon Andri, ia menunggu panggilannya diangkat tapi hanya ada suara operator yang berbicara. Aisyah menelpon Andri lagi dan masih suara operator yang menjawab. "Sepertinya Mas Andri sibuk, kita makan lain kali saja."

Juna memaksa, raut wajahnya serius. "Harus hari ini!"

Bulu kuduk Aisyah merinding dibuatnya. "Lain kali saja, suamiku nggak bisa menemani."

Juna menyeringai, "Kirimkan saja pesan, saat Andri membacanya ia pasti akan menyusul kita."

Aisyah ragu. Ia menggeleng, "Nggak. Aku akan makan dengan kakak bersama Mas Andri atau nggak sama sekali." Ancamnya.

Juna menghela napas. Kenapa gadis didepannya sungguh keras kepala.

"Bagaimana jika kita menemui Andri di kantor dan bertanya secara langsung."

Aisyah menggeleng, "Mas Andri pasti sibuk bekerja."

"Oh, ayolah, Syah. Itu jam makan siang, apa kamu nggak khawatir Andri makan dengan teratur atau nggak." Meskipun enggan, Juna tetap mengatakan hal itu. Ini cara terakhir untuk mengajak Aisyah makan bersamanya.

Memikirkan kesehatan suaminya. Aisyah akhirnya mengangguk. Juna bersorak senang dalam hatinya. Juna menyarankan Aisyah untuk ikut bersamanya namun Aisyah bersikeras untuk menolak. "Aku akan naik taksi."

Juna untuk kesekian kalinya mengalah. Ia mengikuti taksi yang dinaiki Aisyah dari belakang, seperti keseharian yang ia lakukan sejak memutuskan untuk mendekati Aisyah. Rasanya berbeda. Sejak Juna bisa mendekati gadis itu meskipun harus berjarak satu meter, Juna mulai membenci kegiatan mengamati dari jauh ini. ia ingin selalu bisa dekat dengan Aisyah.

Karena Aisyah datang di jam makan siang maka keadaan kantor menjadi lebih ramai. Aisyah berjalan ke ruang kerja Andri setelah bertanya dengan resepsionis letak ruangannya. Juna ingin mengikuti Aisyah namun gadis itu mengancam dengan mata melotot. Juna lagi-lagi mengalah. Kenapa ia terlihat sangat lemah saat berada didekat Aisyah.

Geo berselisih dengan Aisyah di koridor. "Istrinya Bos Andri, 'kan?"

Aisyah mengerjapkan matanya. Ia tersenyum. "Mas Andri ada?"

Geo mengangguk, "Bos ada di kantin sedang istirahat makan siang."

Aisyah mengangguk, "Terima kasih," ia lalu kembali ke lantai satu. Saat pintu lift terbuka, pandangan pertama Aisyah adalah bertemu dengan Juna. Kedua tangan pria itu dilipat didepan dada.

"Ketemu?"

Aisyah berjalan terlebih dulu menuju kantin. "Mas Andri sedang makan di kantin." Raut wajah Aisyah lega, setidaknya Andri tidak melupakan kesehatannya dan masih ingat makan meskipun keadaan perusahaan sedang sulit.

Langkah Aisyah terhenti. Juna yang mengekori dibelakang pun ikut berhenti. Ia melihat Andri yang sedang makan bersama seorang gadis. Kedua objek itu bergerak, Aisyah berjalan mundur lalu berbalik pergi. Bibir Juna terangkat beberapa tingkat. Meskipun ini bukan rencananya, ia senang melihat Andri sedang bersama gadis lain. Juna melirik sedikit ekspresi Aisyah. Tangan Aisyah mengepal kuat. Ia lalu tersenyum pada Juna, "Aku mau beristirahat saja. Kita makan saat Mas Andri sudah nggak sibuk, kak."

Tidak seperti sebelumnya. Juna langsung mengiyakan.

15 April 2020

.

War kita!! War!!!

.

Red

Cintamu Surgaku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang