2.10

2.3K 145 5
                                    

"Jadi, apa yang bisa aku bantu?" Cassandra meletakkan sendok dan garpunya. Meskipun mereka hanya makan di kantin perusahaan, Cassandra tidak terlalu memperdulikannya. Tidak buruk juga selama ia bisa makan dengan Andri.

Andri tersenyum, "Kamu menyadarinya." Cassandra balas tersenyum. "Aku ingin minta bantuanmu."

"Baiklah." Setuju Cassandra langsung.

"Tunggu, aku bahkan belum memberitahumu." Andri terkejut.

Cassandra mengedikkan bahunya, "Pasti berhubungan dengan perusahanmu 'kan?" Cassandra sedikit mendekatkan tubuhnya, "Terlihat jelas dari kondisi tubuh dan ruang kerjamu saat kita bertemu beberapa hari yang lalu. Jangan remehkan mata seorang pengusaha."

Andri menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Bagaimana kalau kita melanjutkan pembicaraan ini dengan minum kopi di café depan?" Cassandra tersenyum kecil. Andri mau tidak mau mengangguk mengiyakan.

Ada suara bising dipintu depan perusahaan. Saat Andri melewatinya, matanya bertemu dengan Aisyah dan Juna yang bertengkar karena Juna memaksa Aisyah untuk naik mobilnya daripada naik taksi. Tubuh Aisyah bergetar, pandangannya tertuju pada Cassandra yang terdiam disamping Andri.

Aisyah tidak banyak berpikir, ia menghentikkan pertengkarannya dengan Juna dan langsung duduk di dalam mobil. Juna menyeringai, ia melambaikan tangannya pada Andri sebelum pergi. Saat kesadaran Andri kembali, mobil sudah melaju pergi. Kedua tangan Andri terkepal, ia menahan emosinya. Cassandra mendekat pada Andri, "Dri, kamu nggak papa?"

Andri tersenyum kecil, "Aku baik-baik saja. Ayo kita lanjutkan pembicaraan ini."

Aisyah menahan gejolak didadanya. Rasanya sakit tapi tak berdarah. Segala macam kemungkinan buruk tidak henti-hentinya muncul dikepala Aisyah. Aisyah beristigfar terus-menerus. Bibirnya tidak berhenti menggumamkan hal yang sama.

"Kak, tolong turunkan aku didepan."

Juna mengangkat alisnya, "Kita belum sampai."

"Turunkan saja!"

Juna menuruti Aisyah, ia memutar setir mobil untuk berhenti didepan. Aisyah segera turun dari mobil, "Terima kasih atas tumpangannya." Aisyah melirik kanan kiri untuk mencari taksi yang berhenti. Tangannya bergerak untuk melambai, Juna berteriak dari dalam mobil, "Ikut aku saja, rumah kita searah juga."

Aisyah menggeleng, "Mas Andri bisa salah paham lebih jauh jika aku pulang bersama kakak. Aku sudah melakukan kesalahan tadi."

Satu taksi berhenti didepan Aisyah dan gadis itu langsung masuk, tidak memperdulikan Juna yang membanting setir karena kesal. Aisyah sangat keras kepala. Anehnya, Juna semakin tertarik dibuatnya. Ia kesal karena tidak bisa lepas dari Aisyah.

***

Pintu rumah dibuka kasar, membuat suara nyaring yang mengejutkan Aisyah. Andri masuk. Penampilannya masih berantakan seperti sebelum-sebelumnya hanya saja tidak ada senyum diwajahnya. Bahkan salam pun tidak ada. Aisyah mengenyahkan pikiran buruknya. Ia tersenyum menghampiri Andri.

"Mas pulang. Sudah makan? Aisyah baru saja memasak sayur bening. Tunggu sebentar lagi ya."

Andri melangkah mendekat kearah Aisyah, "Kenapa kamu jalan dengan Juna? Aku sudah melarangmu sebelumnya."

"Kak Juna menolongku tempo hari, aku nggak bisa menolak ajakannya lagip..."

"Cukup. Aku nggak mau mendengar alasanmu!"

Aisyah gemetaran. Untuk pertama kalinya, Andri membentaknya sekasar ini. Aisyah memegang tangan Andri, "Mas, Aisyah sudah berusaha untuk menjauhi Kak Juna. Hanya saja..."

Cintamu Surgaku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang