#24-Berdamai-

14.8K 996 27
                                    

Pagi ini suasana di rumah keluarga Syarief terlihat berduka. Semua orang berbondong bondong untuk melawat ke rumah itu. Dua orang jenazah sudah di makamkan. Semua keluarga berduka di sana. Sisi dan digo keduanya duduk berdampingan dengan wajah muram mereka.

Sisi berdiam diri memikirkan papanya yang baru saja dia temui sekarang telah pergi. Digo pemuda itu berduka atas meninggalnya orang yang sangat dia sayang. Dia tidak menyangka kakeknya akan pergi secepat itu. Karena kecelakaan mobil kakeknya meninggal dunia. Digo tidak terima. Pasti dan dia yakin kematian kakeknya bukan karena tidak sengaja. Dia tau banyak sekali musuh musuh keluarga mereka. Digo tau musuh musuh itulah yang membuat mobil kakeknya masuk ke dalam jurang dan menyebabkan kakeknya meninggal.

Rumah itu terlihat sangat berduka. Meninggalnya kakek digo yang tiba tiba membuat mereka terkejut dan merasa sangat kehilangan. Tidak ada rona kebahagiaan sama sekali yang tampak dari keluarga itu. Mereka saling diam dengan pikiran mereka masing masing.

"Digo... sebaiknya kamu tinggal di sini lagi jangan di apartemen." Suara papa digo memecahkan kesunyian di antara mereka.

"Gak!" Jawabnya singkat.

Sisi menoleh ke arah mereka. Dia tertegun. Digo masih membenci papanya. Sisi tidak ingin. Dia tidak ingin keluarga ini terpecah belah. Dia juga tidak boleh terlarut dalam kesedihannya. Dia harus menyemangati digo yang kini sangat sedih. Pemuda itu kehilangan sosok yang dia sayangi. Sisi tau rasanya seperti apa jika kehilangan orang yang sangat dia sayangi.

"Digo... papa benar. Di sini kita aman dari musuh. Setidaknya di sini penjagaannya ketat. Lagipula kaki aku juga belum sembuh." Kaya sisi parau. Digo menoleh menatap sisi yang tersenyum padanya. Senyum yang sangat terlihat sekali di paksakan.

"Aku mau istirahat di kamar. Capek. Mbak tolong antar saya." Kata sisi pada suster yang berdiri di sampingnya. Suster itu mengangguk dan membawa sisi ke salah satu kamar yang ada di lantai satu. Digo menatap kepergian sisi. Merasa kasihan dengan gadis itu. Kini dia hanya tinggal sendiri di dunia ini. Hanya dia? Benarkah hanya dia keluaga ynag di miliki sisi sebagai seorang suami? Digo menghela nafas dan berjalan mengikuti sisi.

Digo membuka pintu kamar yang di tempati sisi dan dia melihat sisi tengah tertidur membelakanginya. Tidak ada suster yang merawat sisi. Berarti suster itu pergi. Dia tahu jika sisi tengah menangis. Gadis itu menangis. Digo berjalan menghampiri sisi dan duduk di ranjang. Merasa ranjangnya bergerak sisi menghentikan tangisannya.

Diam. Mereka berdua diam. Tidak ada yang berbicara. Digo bingung harus berbicara apa pada sisi. Dan kemudian dia teringat kata kata sisi yang memintanya untuk tinggal di rumah ini lagi.

"Kenapa lo menyetujui papa buat tinggal di sini lagi?!" Tanya digo dingin. Sisi diam.

"Lo taukan kalau gue gak suka di rumah ini!" Kata digo kesal. Dia beranjak dari duduknya pergi ke kamarnya.

"Kadang kita harus mendengar penjelasan orang lebih dahulu sebelum kita beransumsi yang tidak tidak tentang apa yang kita lihat. Karena yang kita lihat belum tentu juga kebenarannya."

Suara sisi meskipun pelan namun digo bisa mendengarnya. Langkah digo terhenti dan dia menoleh ke arah sisi. Tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan gadis itu. Sisi mendudukkan dirinya dan menoleh ke arah digo.

"Seharusnya kamu senang. Seharusnya kamu bersyukur karena kamu masih mempunyai keluarga." Kata sisi serak karena menangis. Digo memandangnya.

"Meskipun begitu papa gak sayang sama gue. Gak ada orang yang sama gue selain kakek." Jawabnya datar. Sisi menatapnya sedih.

"Kamu seharusnya senang masih bisa bertemu papa kamu. Kamu juga masih bisa merasakan kasih sayang ibu kandung kamu meskipun hanya sebentar. Sedangkan aku? Aku tidak pernah bertemu dengan orangtua kandungku. Mamaku meninggal sebelum aku melihat dunia ini. Dan papa? Dia berusaha membunuh aku dan baru kemarin... kemarin adalah hari pertama dan terakhir kalinya aku bertemu dengan papa...." kata sisi semakin parau karena tangisnya semakin menjadi. Gadis itu mengalihkan pandangannya dari digo yang masih menatapnya.

Mr. Arrogant My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang