#30-Hurt-

19.1K 1.2K 214
                                    

Sisi berjalan pelan menuju pintu keluar kantor dengan pandangan kosong. Dugaan sisi benar jika digo tidak akan mengejarnya. Sisi tersenyum sinis.

'Memang kamu siapa? Kamu tidak penting untuknya.'

Yeah dia tidak berarti untuk digo. Jadi untuk apa dia mengejarnya?! Memikirkan itu membuat sisi tidak fokus pada jalannya. Hingga sisi tidak melihat tangga di depannya. Hampir saja dia jatuh jika saja tidak ada seseorang yang memegangi pinggangnya hingga tidak terjatuh. Sisi terkejut sangat terkejut. Apa yang terjadi pada janinnya jika dia jatuh?! Sisi memegang perutnya yang kebetulan di sana ada tangan seseorang yang menolongnya.

Sisi menoleh ke arah belakang dan dia tertegun saat melihat wajah digo yang menampakkan kekhawatiran. Seakan tersadar dari keadaan yang terjadi sisi segera melepaskan pelukan digo dan mendorongnya agar mwnjauh darinya. Sisi menutupi hidungnya karena mencium bau parfum wanita tadi dari digo.

"Si kamu gak papa?" Tanya digo khawatir. Sisi menggeleng.

"Jangan deket dekat aku!!" Pekik sisi saat melihat digo akan mendekat ke arahnya. Reflek pemuda itu menghentikan langkahnya menatap sisi bingung.

"Bau. Kamu bau!" Kata sisi seakan menjawab raut bingung digo. Digo mengernyit dan mencium badannya. Wangi tidak bau.

"Gak bau kok." Jawab digo dan akan melangkah. Namun sisi mundur hingga digo kembali berhenti berjalan.

"Kamu bau parfum wanita itu digo. Aku gak suka. Aku akan mual kalo menciumnya." Jawab sisi datar dan dan berjalan meninggalkan digo yang tertegun di tempatnya.

Sisi masuk ke dalam mobil jemputannya saat melihat mobil itu berhenti di depan. Dia menyeka air maatnya yang entah sejak kapan sudah mengalir. Dia menatap supir pribadi digo.

"Pak jalan pak." Suruh sisi.

"Tapi non den digo-"

"Dia bisa pulang sendiri naik mobilnya." Sela sisi. Supir itu mengangguk dan menjalan mobilnya meninggalkan digo yang masih bergeming di tempatnya.

Sampainya di rumah sisi segera masuk ke dalam kamar miliknya dan menangis di atas ranjang. Dia sudah melepas kacamatanya dan dia kini menangis dengan menyembunyikan wajahnya di balik kedua tangannya.

"Sisi?! Buka pintunya. Aku bisa jelasin semuanya si!" Sisi terdiam mendengar teriak digo di luar kamarnya. Dia menyeka air matanya.

"Mandi digo. Aku gak mau ketemu kamu kalau kamu masih bau parfum wanita itu." Jawab sisi.

"Tapi si-"

"Kita akan bicara nanti kalau kamu sudah bersih." Sela sisi. Sisi berdiri dari duduknya dan berjalan ke kamar mandi. Dia juga akan mandi agar digo tidak melihatnya dalam keadaan buruk seperti tadi. Dia tidak ingin dianggap lemah oleh pemuda itu.

Saat keluar dari dalam kamar mandi sisi mencium bau tubuh digo yang menguar di dalam kamar itu. Dia mendongak dan melihat digo kini duduk atas ranjang menatapnya dengan wajah bersalahnya. Sisi tersenyum dan berjalan mendekati digo. Sisi duduk di ujung pojok ranjang sedikit menjauhi pemuda itu. Melihat itu digo bergerak mendekatinya. Melihat sisi yang hanya diam menatap lurus ke depan tanpa ada niatan untuk menjauhinya digo semakin mendekat ke arah sisi.

"Sii... kamu lihat...-"

"Iya." Jawab sisi sebelum digo menyelesaikan kata katanya. Digo menatap sendu. Dia raihnya tangan sisi dan menggenggamnya seakan takut gadis itu lergi darinya.

"Yang kamu lihat tadi itu gak seperti yang kamu pikir. Dia itu teman aku-"

"Teman? Aku baru tahu kalau teman bisa berciuman dengan mesra saling tatap dengan penuh cinta seperti sepasang kekasih. Maaf aku gak tau kalau dengan teman kamu kayak gitu." Sela sisi lagi dan menatap digo dengan senyum kecutnya. Digo menggit bibir bawahnya dan memegang tangan sisi semakin erat.

Mr. Arrogant My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang