Setelah semua yang terjadi. Digo selalu percaya pada sisi. Apapun yang di katakan oleh sisi digo selalu mempercayainya. Pemuda itu selalu berbuat manis dan menyayangi sisi. Mereka hidup bahagia sebagai suami istri. Keluarganya harmonis penuh dengan kasih sayang.
Hingga satu tahunpun berlalu. Selama itupun hubungan mereka masih baik baik saja meskipun ada sebuah pertengkaran kecil di antara mereka. Namun itulah hubungan pasti ada sebuah masalah yang menghiasinya. Dan cinta mereka terlalu kuat untuk di pisahkan.
Hanya satu hal yang kurang dari keluarga mereka. Yaitu seorang anak. Sisi selalu menangis karena menurutnya dia tidak bisa memberikan seorang bayi untuk digo. Beberapa bulan belakangan ini sisi selalu menangis sendirian di kamarnya. Digo tahu jika sang istri tengah bersedih dan dia selalu menghiburnya. Seperti hari ini. Baru saja dugo pulang dari kantor dan saat dia akan mendorong pintu kamarnya yang sedikit terbuka dia mendengar suara sisi yanng sedang berbicara.
"Kamu hamil mil?! Wahh... selamat yahh... iyaa nanti aku ke rumah kamu sama digo. Iya aku akan bawa hadiah. Hadiah mulu yang di harapin. Doa gitu kek!"
Mila memang sudah menikah dengan entah siapa nama suaminya digo tidak tau. Tiga bulan yang lalu mila menikah dan sekarang sudah hamil? Cepat juga ternyata.
"Gimana mil rasanya? Dulu aku pernah hamil tapii.... hhh.... gak apa. Pasti kamu senang bangetkan? Pokoknya selamat buat kamu. Iya. Bye mil."
Digo masih diam di depan pintu pemuda itu mengintip sedikit dari celah pintu melihat sisi tengah murung menunduk menatap selimut putih yang menutupi kakinya. Lagi lagi digo mendapati hal seperti itu.
"Kenapa aku belum juga hamil? Apa kata dokter itu benar? Kalau... kalau keguguran itu membuat aku sulit untuk hamil lagi? Bagaimana kalau aku tidak bisa memberi digo seorang bayi? Aku... aku juga ingin..." suara sisi semakin mengecil dan digo tidak bisa mendengarnya lagi. Dan setelah itu dia mendengar suara isakan sisi. Hati digo teriris mendengarnya. Dia tidak bisa mendengar suara tangisan sisi yang memilukan telinganya.
Digo mengedipkan matanya agar air matanya tidak terjatuh. Dia menyiapkan senyum terbaik untuk menyambut istrinya. Di bukanya pintu kamar itu dan dia masuk ke dalam. Digo tersenyum melihat sisi menghapus air matanya dan digo pura pura tidak melihat kesedihan istrinya.
Di tutupnya pintu kamar dan digo berjalan ke arah sisi. Dia langsung memeluk istrinya dengan erat merasakan kehangatan tubuh istrinya.
"Kenapa?" Tanya digo lembut. Di lepasnya pelukannya dan menatap mata sebam sisi.
"Kamu abis nangis yah?" Tanya digo. Sisi tersenyum menggeleng cepat.
"Abis bangun tidur hehehe..." kata sisi dengan cengirannya. Digo tersenyum dan memeluknya lagi.
"Jangan sedih. Aku gak sanggup lihat kesedihan kamuu..." ucap digo lembut. Dan sisi tahu jika digo telah melihatnya menangis. Kini gadis itu memeluk digo dan menangis di dada suaminya. Digo hanya diam mengelus punggung sisi.
"Aku gak sempurna digoo... aku gak bisa hamil. Aku gak bisa beri kamu keturu-"
"Ssstttt...." ucap digo memotong ucapan sisi dan meletakkan telunjuknya di bibir sisi menghentikan kata katanya. Pemuda itu menggeleng.
"Jangan ngomong gitu. Mungkin tuhan masih belum-"
"Berapa kali kamu ngomong gitu digo? Jangan buat kebohongan lagi. Mungkin memang aku gak bisa hamil." Sela sisi. Digo tidak suka saat sisi berbicara seperti itu. Digo benci sisi yang seperti ini.
"Mungkin itu masih belum pasti sisi.... jadi jangan kamu berburuk sangka. Lebih baik kita periksa dulu ke dokter dan kita bisa membuktikannya!" Ucap digo dingin. Namun kemudian dia menatap sisi sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Arrogant My Husband
Dragoste"Aku tidak akan pernah mau jika aku harus di jodohkan dengan cowok sepertimu yang gayanya terlalu sok keren dan sombong! Apalagi kelakuanmu yang menyebalkan itu membuatku semakin muak!" - Sisi Oliviani "Lo harus terima perjodohan ini! Gue gak mau ka...