Hari hari telah berlalu. Sudah satu minggu sisi tinggal kembali di rumah digo. Gadis itu masih takut jika kembali lagi ke kontrakannya. Lagipula digo juga melarangnya kembali ke tempat itu. Mereka tidur sekamar. Tidak ada tidur terpisah sejak kejadian itu. Mengingatnya membuat sisi malu. Bagaimana bisa dia melakukan itu dengan digo?
'Dia suamimu!'
Memang digo suaminya. Tapi bukankah dia akan bercerai? Atau digo memang tidak ingin menceraikannya? Digo jatuh cinta padanya? Sisi tersenyum memikirkan jika digo memang mencintainya. Secepat itukah? Sisi dilema. Haruskah dia bertahan dengan digo? Tapi... sisi takut. Dia takut digo akan meninggalkannya. Dan sisi tidak ingin lagi lagi di tinggal oleh orang yang dia cinta.
Sisi tersentak saat tiba tiba ada yang memeluknya dari belakang. Dia tersenyum saat mencium aroma wangi digo. Dapat dipastikan jika yang memeluknya sekarang adalah digo. Di pegangnya tangan digo yang melingkar di perutnya.
"Digo... ken-"
"Kamu ngapain di sini? Gak kedinginan?" Tanya digo. Sisi menggeleng. Dia memang sekarang tengah berdiri balkon kamar digo. Memandang langit malam yang penuh dengan bintang.
"Aku suka melihat bintang." Kata sisi. Digo menumpukan kepalanya ke bahu sisi. Nafas digo terasa di leher sisi membuatnya sedikit geli.
"Kenapa suka lihat bintang?" Tanya digo lagi. Pemuda itu memejamkan matanya menghirup leher sisi. Sisi tersenyum sendu dan mendongak menatap bintang.
"Karena bintang tidak pernah sendiri. Dia selalu di temani bintang yang lain. Meskipun kadangkala ada satu bintang tapi masih ada bulan yang menemaninya." Kata sisi sendu.
"Aku ingin jadi seperti bintang yang tidak pernah sendiri. Aku takut sendirian dan gak mau sendiri. Karena sendiri itu sepi dan menakutkan bagiku." Lanjutnya lagi. Digo diam menatap wajah sendu sisi dari belakang. Dia memeluk gadis itu semakin erat.
"Kamu gak akan sendiri si... ada aku yang akan selalu ada untuk kamu. Aku akan menjadi bulan jika bintang sendirian." Kata digo. Sisi tertegun mendengarnya. Gadis itu melepaskan pelukan digo dan membalikkan badannya menatap digo.
Di tatapnya mata digo kini tengah menatapnya. Dia mencari kebohongan di mata itu. Namun yang sisi lihat hanya sebuah ketulusan di mata itu. Sisi ragu. Dia merasa ragu apakah dia harus mempercayai kata kata digo? Melihat mata itu hati sisi berkata jika dia harus mempercayainya.
"Kenapa?" Tanya digo. Sisi tersentak dari lamunannya. Di tatapnya wajah digo yang kini menatapnya bingung.
"Kamu gak percaya sama aku?" Tanya digo. Sisi diam dan menunduk. Tidak bisa menjawab apa yang di tanyakan oleh pemuda itu. Entah kenapa tiba tiba saja sisi menangis.
Mendengar isakan tangis dari gadis di depannya membuat digo tersentak kaget. Dia menghela nafas dan memeluknya. Di elusnya punggung rapuh sisi dengan pelan.
"Sstt.... jangan nangis... aku gak minta kamu buat percaya sama aku si. Tapi aku sduah berjanji sama kakek kalau aku akan menjaga kamu. Dan aku gak akan biarin kamu terluka." Kata digo. Sisi memeluk digo dan menangis di pelukan digo. Kini sisi tidak perduli lagi jika digo meninggalkannya nanti. Yang pasti sekarang digo bersamanya dan dia tidak akan membiarkan digo untuk meninggalkannya.
Digo membawa sisi masuk ke dalam dengan keadaan tetap memeluk sisi. Rasanya dia tidak ingin melepaskan pelukannya itu. Dia merasa nyaman dengan keadaan seperti ini. Selama satu minggu ini memeluk sisi adalah kegiatan favoritnya. Dia bisa merasakan kehangatan dengan memeluk gadis itu.
Digo menghempaskan tubuh mereka ke atas ranjang. Di elusnya kepala sisi agar gadis itu tertidur. Sesekali di ciumnya puncak kepala gadis itu. Digo memejamkan matanya merasa sangat menyaman dan senang. Senang akhirnya gadis itu kembali bersamanya lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/122517471-288-k846364.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Arrogant My Husband
Romansa"Aku tidak akan pernah mau jika aku harus di jodohkan dengan cowok sepertimu yang gayanya terlalu sok keren dan sombong! Apalagi kelakuanmu yang menyebalkan itu membuatku semakin muak!" - Sisi Oliviani "Lo harus terima perjodohan ini! Gue gak mau ka...