Sisi sedang duduk di depan teras rumahnya. Wajahnya di tekuk kesal. Hari ini adalah hari kepulangan ibunya dari rumah sakit. Sudah satu minggu berlalu sejak kejadian sisi yang di paksa menikah dengan digo. Seharusnya sisi senang karena ibunya sudah pulang dari rumah sakit. Namun bukannya senang sisi malah merasa sedih sekaligus kesal.
Gadis itu melirik kesal ke arah sampingnya menatap sebuah koper besar yang berisikan barang barang miliknya. Sisi menghembuskan nafas kesal dan membenarkan kacamatanya yang melorot. Dia berdiri dan menatap digo yang ada di depannya dengan kesal.
"Aku gak mau-"
"Lo harus mau! Sekarang lo sudah sah jadi istri gue dan lo... harus nurut sama gue. Lo mau dapat dosa gak nurutin suami sendiri?!" Sela digo. Sisi menatap digo tajam. Dia semakin kesal melihat wajah sok angkuhnya digo sekarang.
"Suami?! Mana ada suami yang menyeret istrinya sendiri pergi dari rumahnya! Suami kejam!" Jawab sisi kesal. Dia bersendekap dada menatap koper miliknya. Digo mengedikkan bahunya.
"Ada!" Jawabnya. Sisi menatap digo dengan alis terangkat.
"Kalau ada siapa?!" Tanya sisi menantang. Dia memundurkan wajahnya saat digo mendekatkan wajahnya ke arahnya.
"Gue!" Ucap digo menatap ke arah mata sisi yang sedang mendelik kesal. Sisi mendorong wajah digo agar tidak dekat dengan wajahnya.
"Kamu apa apaan sih?!" Ucap sisi kesal. Digo hanya menatap sisi dengan datar.
"Lagian rumah ini juga bukan milik lo lagi! Rumah lo sekarang adalah rumah gue! Lo harus ikut gue kemana gue tinggal!" Ucap digo datar. Pemuda itu membalikkan badannya membelakangi sisi. Sisi mengerucutkan bibirnya kesal.
"Digo! Biarin aku tinggal di sini untuk se-"
"Gak! Lo harus ikut gue sekarang! Kakek lagi nungguin kita di rumah! Ingat si, lo masih punya hutang ke gue!" Ucap digo menyela sisi. Digo melangkahkan kakinya menuju ke arah mobilnya.
Dengan kesal sisi menarik koper miliknya. Wajah kesalnya terlihat jelas karena memang dia masih ingin tinggal bersama ibunya. Awalnya sisi sudah merencanakan itu semua. Dia akan tinggal dengan ibunya selama satu bulan atau paling tidak satu minggu. Namun saat dia sampai di rumahanya dengan ibunya. Di sana sudah ada digo dan dua orang laki laki dan perempuan sedang menarik sebuah koper.
Sisi terkejut melihat koper miliknya akan di bawa oleh orang asing. Namun saat melihat digo dia merasa kesal. Pemuda itu memaksanya untuk tinggal di rumah keluarga syarief. Sisi menolak dengan keras. Namun semakin keras sisi menolak semakin keras pula digo untuk memaksanya untuk mengikutinya. Digo juga sudah izin kepada ibu sisi dengan wajah senyum sok manisnya. Itu yang di lihat oleh sisi dan sangat membuat sisi muak.
"Digo?! Bantuin aku dong! Kamu gak lihat apa kopernya i...nii... be-rath...!" Ucap sisi dengan suara yang tertahan karena mengangkat kopernya saat akan memasukkan ke dalam bagasi.
Digo memutar bola matanya kesal. Dia menoleh ke arah roman supirnya yang berdiri di samping mobil. Dia menyuruh roman untuk membantu sisi yang kesusahan. Roman menunduk dan berjalan ke arah sisi dan membantunya. Sisi menatap roman dan dia tersenyum.
"Terima kasih... memang tuanmu itu sombong dan angkuh sampai sampai ISTRInya sendiri kesusahan tidak dia bantu!" Ucap sisi sambil menekankan kata istri untuk menyindir digo. Gadis itu melirik ke arah digo kesal.
Roman hanya tersenyum dan membukakan pintu untuk digo. Pemuda itu masuk ke dalam mobil. Melihat itu sisi memutar bola matanya kesal. Dia berdecak dan menoleh ke arah rumahnya. Gadis itu menghela nafas panjang dan menatap rumahnya yang akan dia tinggalkan. Tatapannya sendu menatap rumahnya. Kini tatapannya tertuju pada kamar sang ibu yang jendela terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Arrogant My Husband
Romance"Aku tidak akan pernah mau jika aku harus di jodohkan dengan cowok sepertimu yang gayanya terlalu sok keren dan sombong! Apalagi kelakuanmu yang menyebalkan itu membuatku semakin muak!" - Sisi Oliviani "Lo harus terima perjodohan ini! Gue gak mau ka...