#25-Menjauh-

15.1K 1K 69
                                    

Sisi membereskan barang barang miliknya. Dia menghela nafas panjang dan memandang pemandangan dari jendela yang ada di kamarnya. Ini sudah satu bulan. Sepertinya memang dia harus pergi dari rumah ini. Digo tetap tidak pernah menganggapnya. Memang benar jika digo selalu ada bersamanya. Namun pemuda itu tidak pernah bicara hanya diam. Tidak mengatakan apapun dan pergi ke kamarnya sendiri. Sisi akan pergi. Tidak ada gunanya lagi dia di sini. Dia hanya akan menunggu surat cerai dari digo dan dia akan bebas dari pemuda itu.

"Mau kemana lo?!"

Sisi menoleh ke arah digo yang baru saja masuk ke dalam kamarnya dengan pakaian formalnya. Sepertinya digo akan berangkat kerja. Sisi tersenyum.

"Aku udah bilang kalau aku akan pergi digo. Aku akan tinggal di rumah mila dan-"

"Enggak lo tetep disini!!!"

"Kenapa? Kenapa aku harus di sini? Lagipula keberadaanku di sini tidak ada artinyakan? Buat apa lagi? Aku di rumah mila dan akan bekerja. Kalau kamu mau kasih surat cerai bisa kamu kasih ke mila." Kata sisi sedih. Dia menunduk dan membawa tas miliknya keluar dari kamar itu membiarkan digo yang masih terdiam di tempatnya. Lega sisi lega bisa keluar dari rumah itu meskipun ada sedikit keberatan hati karena harus jauh dari digo. Namun ini adalah pilihannya. Jauh dari digo dan pemuda itu akan tetap ada.

Sisi tersenyum menatap mila yang kini tengah menatapnya kesal. Gadis itu bersendekap dada menatap sisi yang berdiri di depan pintu rumahnya.

"Mila plis aku pinjam uang kamu bentar kalau kita udah kerja aku janji akan bayar uangnya dehh..." mohon sisi. Mila menggeleng.

"Guekan udah bilang di telpon kalau lo tinggal di sini." Kata mila kesal. Sisi menghela nafas.

"Aku gak mau merepotkan kamu mila. Biarin aku ngekos oke?"

"Lo gak merepotkan sisi... ayolah gue udah nurutin maunya elo kalau lo akan ikut gue kerja di kantor tempat gue kerja. Sekarang lo harus turutin gue." Ucap mila kesal. Sisi mengangguk lesu dan mengikuti mila masuk ke dalam rumahnya.

"Aku akan tinggal sampai aku udah masuk kantor yahh..." kata sisi.

"Oke oke. Oh iya. Mulai besok kita bisa interview ke kantor jam delapan. Astaga si. Gue gak nyangka ternyata banyak banget yang ingin kerja di sana cuman karena CEOnya itu masih muda dan ganteng. Gue gak nyangka." Kata mila saat dia sudah duduk di atas ranjangnya. Setelah menaruh tasnya sisi ikut duduk di samping mila.

"Eumm... jangan jangan kamu juga-"

"Yee enggak lahh... gue emang dari dulu pengen kerja di kantor itu. Gue lihat dari kantornya aja udah pengen banget kerja di sana. Gue gak tau sihh... kantor itu miliknya siapa. Pokonya gue pengen kerja di sana. Papa juga ngebolehin waktu gue bilang kerja di sana. Kantor itu juga kerja sama sama kantor papa." Cerocos mila. Sisi mengangguk.

"Emangnya apa sih namanya? Kan selama ini kamu yang urus surat punyaku." Tanya sisi penasaran.

"SYF Group. Sumpah si perusahaan itu udah mendunia tau. Makanya gue pengen banget kerja di sana. Gajinya gak di ragukan lagi. Besar!" Kata mila senang. Sisi terdiam mendengarnya.

"SYF Group?" Tanya sisi pelan. Mila menatapnya bingung dan mengangguk pelan.

"SYF Group? Astaga milaa!!!"

"Kenapa lo kaget gue melamar kerja di sana? Iya dong. Itukan perusa-"

"Mila itu perusahaan milik keluarga Syarief!" Pekik sisi gemas. Mila menatapnya terkejut.

"Seriusan?!" Pekiknya. Sisi mengangguk.

"Hah? Perusahaan besar itu punya digo? Jadi bener dong desas desus yang katanya digo itu anak konglemerat?" Seru mila tidak percaya. Sisi menatapnya kesal.

Mr. Arrogant My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang