chapter 3: Destiny

907 150 68
                                    

Disclaimer: seluruh tokoh milik agensi dan keluarga masing-masing. Tidak ada keuntungan finansial apapun yang saya dapat dalam membuat fanfiksi ini. Dibuat hanya untuk bersenang-senang

Main pair: Mino/Irene

Genre: Romance/Adventure, a little bit humor and crime

Selamat membaca...

.

—Lost in New York—

Chapter 3: Destiny

.

"Fight me if you dare, shit."

Ucapan sang lelaki membuat para berandalan geram. Sok jagoan sekali dia; pikir para berandalan. Segeralah mereka mengambil ancang-ancang untuk menghajar si pria tak tahu diri.

Irene sedikit mengintip, ia gemetar—kini, mereka semua bertengkar. Saling pukul-memukul, menendang bokong, melempar, menampar, dan melakukan hal kekerasan lainnya. Irene ketakutan—takut dihajar juga.

Kedua mata kembali ditutup rapat. Telapak tangan menutup daun telinga; tidak mau mendengar suara jeritan kesakitan ataupun pukulan. Ini pengalamannya pertama kali, dirinya hanya anak rumahan yang tak pernah tahu kerasnya dunia luar karena sang ayah selalu melindunginya.

Ia butuh lindungan sang ayah.

"Hey, are you okay?"

Laki-laki itu bertanya, Irene perlahan membuka mata; menatap darah yang menempel pada sudut bibir. Ia tersenyum, "Can you speak English?"

Irene tahu kata-kata ini—sering ditanyakan pada dirinya, "N—no."

Laki-laki itu kembali tersenyum hangat, "Are you from Korean?"

Irene hanya mengangguk.

"Apa kamu terluka?"

"Kamu yang terluka."

Laki-laki itu hanya terkikik, "Tidak apa. Ini sudah biasa."

Irene dibantu untuk berdiri. Berandalan tadi sudah pergi entah ke mana. Laki-laki di depannya pun berdandan ala penjahat—namun sesungguhnya sangat baik.

Intinya, jangan menilai orang hanya dari luarnya saja.

"Kamu bisa bahasa Korea?" Irene bertanya, menatap pria yang lebih tinggi dari dirinya.

Yang ditanya menatap, lalu tersenyum, "Ya, ibuku orang Korea asli. Jadi, aku bisa berbahasa Korea."

Irene hanya mangut-mangut, "Terima kasih sudah menolongku."

"Tidak masalah. Sesama manusia harus saling tolong-menolong, kan?"

Pria itu baik sekali. Ia kembali tersenyum menatap Irene, "Namamu siapa?"

"Bae Joohyun. Tapi sering disapa Irene, Irene Bae." ujar Irene, "Namamu siapa?"

"Hansol Vernon Chwe. Panggil saja Vernon." pria itu tersenyum. Memasukkan kedua tangan pada saku jaket, "Kenapa malam-malam begini masih berkeliaran di luar?"

Irene menunduk, menatap aspal yang—sepertinya sudah dingin akibat suhu yang semakin rendah ketika malam hari, "Aku terpisah dengan temanku tadi saat di stasiun bawah tanah. Dan—aku tidak bisa berbahasa Inggris."

Vernon mengerti, "Mau kuantar pulang? Alamatnya di mana?"

Kedua mata Irene mendadak berbinar, "B—benarkah?! Sungguh?!"

Lost in New York [Minrene; Mino/Irene]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang