Disclaimer: seluruh tokoh milik agensi dan keluarga masing-masing. Tidak ada keuntungan finansial apapun yang saya dapat dalam membuat fanfiksi ini. Dibuat hanya untuk bersenang-senang
Main pair: Mino/Irene
Selamat membaca...
.
—Lost in New York—
Chapter 6: First Snow in Warm Night
.
Sudah tiga hari Irene dan Mino tidak berjumpa. Irene sekarang tengah sibuk berwisata dengan teman-temannya. Tenang saja, sekarang Irene sudah belajar bahasa Inggris sedikit-sedikit dengan Wendy. Dan lagi—kini dirinya berjanji tidak akan ceroboh lagi seperti kemarin-kemarin.
Senang? Tentu saja, Irene merasa sungguh senang bisa menghabiskan waktu bersama sahabatnya. Tapi, sejak kemarin ia merasa hampa. Sedih, tapi tidak jelas kenapa. Rindu? Sepertinya. Tapi dengan siapa?
Irene memandang kota New York dari dalam jendela hotel. Hari sudah malam dan gedung-gedung tingkat terlihat berkilau terpantul sinar bulan dan kerlap-kerlip lampu. Udara di malam hari pun sudah semakin dingin. Musim salju hampir tiba. Irene menunggu turunnya salju pertama di kota New York. Pasti rasanya menyenangkan.
"Belum tidur?" Seulgi datang membawa susu cokelat hangat. Diberikannya susu itu pada Irene yang tengah tersenyum.
"Terima kasih." Irene meminum cokelat hangat pesanan Seulgi. Sangat hangat dan dapat membuat tubuhnya segar. Manis berlaput panas yang pas dalam lidah.
Seulgi duduk di atas ranjang milik Irene. Menatap keluar jendela, "Kak, kelihatannya kamu sedang murung."
Irene sedikit terkejut, tapi berusaha bersikap biasa saja, "Perasaanmu saja."
Keduanya hanya diam. Kembali menatap indahnya malam dari atas hotel nan mewah. Seulgi menghembuskan napas perlahan, "Biar kutebak, Kakak pasti sedang memikirkan laki-laki yang bersama Kakak waktu itu di kantor polisi."
Irene mendadak terbatuk. Padahal tenggorokannya tidak gatal sama sekali. Tidak ada lalat juga yang masuk ke dalam mulutnya (lagipula, untuk apa ada lalat di dalam hotel). Seulgi paham betul kelakuan Irene; akan terbatuk dengan sendirinya jika merasa salah tingkah.
Lho, berarti Irene salah tingkah sekarang?
"Hah, yang benar saja aku memikirkan pencopet itu." Irene bersikap cuek. Tetap menatap kota New York dengan pipi merah merona.
Irene berusaha meminum cokelat hangatnya. Tapi ia sadar, minumannya sudah habis. Seulgi hanya terkikik saja melihatnya—sudah terlihat jelas jika Irene salah tingkah, masih saja mengelak, "Aku tahu kamu sedang salah tingkah, Kak."
Cangkir putih ditaruh di atas meja. Irene mendengus saja mendengar ucapan Seulgi. Ia memang merasa hampa dan merindukan seseorang. Tapi kan tidak tahu rindu pada siapa. Mungkin saja pada ayahnya. Tapi—kalau ia rindu pada ayahnya, kenapa tidak terlintas bayangan sang ayah di matanya?
Memang sih, hanya bayangan Mino yang melintas di mata Irene. Tapi, masa iya dia rindu sama si copet? Irene membatin sendiri; amit-amit jabang bayi.
"Tidur Kak, besok masih mau jalan-jalan lagi kan?" Seulgi tersenyum manis, lalu keluar dari kamar Irene.
Kini, Irene hanya sendiri dalam kamar. Ia berbaring di atas ranjang—menatap langit-langit kamar hotel yang indah; ukiran bergaya Yunani begitu cantik. Desainnya sangat pas dipadu dengan cat berwarna kuning berbalut emas. Fondasi yang disatukan dengan suasana di luar hotel yang bersinar akan sinar rembulan dan lampu-lampu kerlip, fragmennya tertutup sempurna. Irene merasa nyaman melihatnya.
'Mino sedang apa, ya?'
Irene menggelengkan kepala. Lho, lho. Kok jadi mikirin Mino?
Wanita cantik itu berusaha memikirkan hal lain. Hobi? Irene suka belanja! Mengelilingi mall besar dan duduk di taman yang sepi. Irene sangat suka itu. Apalagi jika ditemani Mino.
What the hell?!
Sekarang Irene mulai mengerti bahasa Inggris. Jadi dia bisa mengumpat dalam bahasa asing. Ia bangkit dari ranjang. Jalan ke sana dan ke mari. Berusaha menghilangkan bayangan sang pencopet dalam matanya. Mungkin ia kelelahan, jadi seperti ini.
Irene mengambil mantel tebal, lalu berjalan keluar dari kamar hotel. Ia berniat jalan-jalan sebentar ke luar hotel. Tidak jauh kok. Irene tahu diri; ia tidak ingin tersesat lagi jika pergi jauh-jauh. Lagipula hari sudah larut. Irene sepertinya senang keluyuran malam-malam.
Kaki berbalut piyama berjalan menelusuri jalan trotoar dekat hotel. Irene memasukkan kedua tangannya dalam saku mantel. Dingin sekali, Irene menghembuskan napas. Banyak uap yang mengepul di udara. Jalanan begitu sepi—hanya ada beberapa mobil yang lewat. Irene melihat ada kursi panjang di jalan trotoar. Ia segera mendudukkan diri di sana.
Sepi, gelap, dan dingin. Irene jadi teringat kejadian ketika dirinya tersesat.
Mantel dieratkan. Udara semakin lancang masuk dalam tubuhnya tanpa permisi. Irene menggigil. Seharusnya ia membawa syal dan sarung tangan tadi.
Irene mendunduk, merasakan ada syal berwarna merah melilit pada leher putihnya.
Wanita itu terkejut, ia mendongakkan kepala; melihat seseorang yang memasangkan syal padanya. Ia terkejut, matanya melebar. Itu si pencopet—ah, maksudnya Song Mino!
Irene lantas berdiri. Menatap Mino yang tengah menatap ke arahnya, "Jangan katakan aku sedang berkhayal. Ya, pasti ini hanya bayangan si copet yang selalu mampir di mataku."
Ctak.
Irene meringis, dahinya disentil perlahan.
"Dasar gadis tidak sopan. Masih saja memanggilku begitu." Mino berucap, bibirnya tersenyum.
Mata mereka bertatapan, "Kenapa malam-malam begini kamu di luar? Tidak takut diculik?" Mino menggoda Irene.
Irene memukul perut Mino kencang. Sang copet kesakitan, "Hei, ini sangat sakit, tahu!"
Mino memprotes perbuatan Irene. Matanya melirik sang wanita—ia tengah tertawa, "K—kamu lucu sekali. Kenapa memasang ekspresi seperti itu?"
Irene tertawa riang. Suaranya sedikit menggema di jalanan (mengingat suasana sedang sepi). Mino ikut tertawa sendiri melihatnya. Tidak tahu kenapa, tapi hatinya menghangat ketika melihat senyuman Irene. Padahal cuaca sedang dingin.
Irene berhenti tertawa. Tangannya berasakan sesuatu yang basah turun dari atas langit. Kepalanya mendongak ke atas.
Salju pertama turun, di kota New York.
"Salju turun?" Mino merasakan setetes air jatuh di atas rambutnya.
Irene terdiam sejenak. Ia senang—salju pertama yang ia tunggu akhirnya turun juga. Sudah lama Irene menanti. Dan lagi, ini adalah salju paling indah yang pernah Irene rasakan.
Karena ia menyaksikannya bersama si copet; Mino.
Dan menurut Mino, ini adalah salju paling hangat yang pernah ia rasakan seumur hidup. Karena merasakan dinginnya salju dicampur dengan senyuman paling hangat milik Irene Bae.
.
TBC
—Tangerang, 17 Mei 2018 - 12:13 AM—
A/n: selamat menjalankan puasa bagi yang menjalankan! <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost in New York [Minrene; Mino/Irene]
Fanfikce[ Adventure AU ] Liburan musim dingin di negeri Paman Sam yang--seharusnya menyenangkan, malah berbanding terbalik dengan apa yang ada dalam bayangan Bae Joohyun (biasa dipanggil Irene). Ketika sedang mengelilingi kota New York, Irene mendadak terp...