chapter 2: Wanna Go Home

924 159 22
                                    

Disclaimer: seluruh tokoh milik agensi dan keluarga masing-masing. Tidak ada keuntungan finansial apapun yang saya dapat dalam membuat fanfiksi ini. Dibuat hanya untuk bersenang-senang

Main pair: Mino/Irene

Genre: Romance/Adventure, a little bit humor and crime

Selamat membaca...

.

Lost in New York—

Chapter 2: Wanna Go Home

.

Luntang-lantung di jalan kota, bagai ranting yang terombang-ambing dalam arus air terjun.

Irene berjalan tak tentu arah. Ia tak tahu di mana dirinya berada sekarang. Ingin menghubungi teman-temannya, tapi ponselnya berada di hotel. Sudah tidak terlihat orang-orang di sekitar trotoar. Hanya ada beberapa kendaraan saja yang lewat di jalan raya. Beberapa toko pun sudah mulai tutup. Hari sudah semakin gelap. Dan Irene tak tahu harus berbuat apa.

Kakinya hanya melangkah ke depan. Mengikuti arah jalan yang—sesungguhnya Irene pun tak tahu menuju ke mana. Dia kedinginan. Irene hanya mau kembali ke hotel sekarang.

Rasanya ingin menangis saja.

Tapi Irene pantang semangat. Ia harus menemukan polisi di sekitar sini. Setidaknya, para polisi akan tahu jika dirinya tersesat. Kakinya kembali melangkah. Ia hanya membawa tas gendong sekarang. Irene merasa haus juga, sedaritadi hanya mondar-mandir di trotoar.

Haus. Irene merasakan tenggorokannya kering.

Terlihat mesin minuman kaleng di dekat gang kecil. Irene merogoh saku pada mantel. Ada beberapa koin yang diberikan Wendy tadi.

Segeralah Irene melangkah menuju mesin minuman kaleng. Memasukkan koin lalu menunggu minuman keluar. Irene menatap sekitar; langit semakin gelap—hanya lampu-lampu yang menyinari dengan bulan di atas sana.

Satu minuman kaleng keluar.

Irene segera mengambil, lalu meminumnya dengan semangat. Lalu kembali berjalan mengikuti arah trotoar.

"Dingin." Irene kembali bergumam. Sembari membuka penutup kaleng, ia mencoba menghangatkan diri.

Kakinya berhenti melangkah. Banyak gerombolan laki-laki tengah berjalan menuju ke tempat dirinya berdiri. Raut wajahnya terlihat menyeramkan, mereka mengenakan mantel hitam tebal, menghisap rokok (Irene sangat benci asap rokok).

"Hey ladies," salah satu dari mereka berucap. Menatap Irene dengan tatapan yang susah diartikan.

Irene paham—kini dirinya dalam bahaya. Dirinya tidak terlalu bodoh untuk mengetahui jika laki-laki tadi ingin bermain dengannya.

Takut. Irene sangat ketakutan sekarang. Jumlah laki-laki itu banyak. Mereka bergerombol.

Hawa dingin sudah tidak dihiraukan. Jantung Irene berpacu lebih cepat. Ia harus lari sekarang.

Tanpa berpikir panjang, Irene berputar arah, lalu lari sekencang-kencangnya.

"Chase the woman!"

Irene semakin mempercepat larinya. Jalanan sudah semakin sepi. Tidak ada yang melintas. Semua terlihat gelap. Udara semakin dingin. Para penjahat mulai mengejar.

Lost in New York [Minrene; Mino/Irene]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang