RdR - 23

195 12 69
                                    

"Kamu tahu enggak, kenapa aku lebih suka kamu daripada gula? Karena sebanyak apapun aku menyampurkan kamu ke dalam diri aku, aku enggak akan pernah bisa kena diabetes walaupun kamu manisnya ngelebihin gula, hehe."

•®•®•®•

Jakarta, kota di Indonesia yang sangat terkenal akan kemacetannya di pagi hari. Oh ralat, jangankan pagi hari, siang, sore bahkan malam haripun Ibu Kota dari Indonesia ini pasti akan mengalami yang namanya kemacetan.

Sama seperti yang dirasakan Raka siang ini. Jam di atas dashboard menunjukkan pukul sebelas siang. Namun, ia masih berhenti di lampu merah untuk ketiga kalinya.

Jarak toko buku langganannya itu dari rumahnya, hanya sekitar lima belas menit. Namun, harus melewati tiga lampu merah. Dan lampu merah ini, adalah lampu merah terakhir.

Tak lama menunggu, lampu lalu lintas pun berganti menjadi warna hijau. Refleks, cowok itupun langsung menarik tuas rem dan menginjak pedal gas.

Akhirnya, setelah lima belas menit berada di jalan raya dan merasakan kemacetan, Raka sampai di toko buku langganannya sewaktu SMP dulu.

Diparkirkannya mobil yang ia kendarai dengan apik di parkiran. Kemudian, cowok itu turun dari mobilnya dan tidak lupa menekan pengunci pada kunci mobilnya.

Sebum melangkah masuk ke dalam, cowok itu pasti akan memastikan bahwa mobilnya telah benar-benar siap untuk ditinggalkan.

Setelah memastikan mobilnya aman, cowok itu melesat ke dalam toko buku.

Harum.

Satu kata itu yang dapat mewakili  apa yang ia rasakan kini. Aroma harus khas buku-buku yang baru dicetak, tercium pada hidung mancung Raka.

Semerbak buku-buku yang baru dicetak mendominasi toko buku dan membuatnya tampak gembira. Setiap kali ke toko buku, pasti hal ini yang sangat ia tunggu-tunggu.

Menciumi aroma buku yang baru dicetak dan tiba di toko buku, adalah hal wajib yang akan ia lakukan sebelum mulai mencari komik incarannya.

Bagi Raka, aroma buku-buku itu dapat membuatnya merasa tenang dan nyaman. Rasanya, ia akan betah berlama-lama di toko buku saking merasa nyamannya.

Puas menghirup aroma khas buku, cowok itu melangkah menuju deretan meja yang berisi jejeran komik berbagai judul.

Baru beberapa melangkah dari pintu masuk menuju ruangan yang lebih dalam, banyak pasang mata mulai meliriknya.

Siapa lagi kalau bukan kaum hawa. Semua pasang mata menatapnya satu persatu. Seolah-olah takjub akan postur tubuh dan wajah cowok itu.

Memang, Raka terbilang cowok dengan perawakan sempurnya. Namun, ia bukan tipe cowok yang senang jika dielu-elukan menggunakan kata "Sempurna" itu sendiri.

Jadi, orang yang menganguminya hanya bisa mengangumi dalam hati, agar Raka tidak merasa tersinggung dan malah tidak nyaman.

Badannya yang tinggi tegap, hidung mancung, kulit berwarna putih cerah, dada bidang dan bahu lebarnya, semakin membuat cewek-cewek yang melihatnya terpesona.

Ketika salah satu dari mereka tidak sengaja bertatap muka dengannya, cowok itu pasti akan refleks membalas tatapan orang yang menatapnya dengan seulas senyum manis pada bibirnya.

Romeo dan RinjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang