RdR - 20

232 16 87
                                    

"Satu kebohongan, dapat menghancurkan segalanya yang telah kita bangun. Jadi tolong, jangan berikan aku kebohongan, agar hubungan kita tidak berantakan."

¶ ¶ ¶ ¶

Seorang laki-laki dengan badan yang tegap serta wibawa yang sangat terlihat meski kini tengah memakai pakaian santai, sedang duduk di meja makan dengan secangkir kopi di hadapannya.

Kedua tangannya membolak-balik halaman koran yang baru saja datang tadi pagi. Berhubung hari ini hari minggu, laki-laki itu berniat bersantai dan menghabiskan waktu di rumah bersama istri dan anaknya.

Laki-laki itu adalah ayah Rinjani. Wintoro Adi Gunawan. Laki-laki berumur empat puluh tujuh tahun yang kini bisa dikatakan terkenal dikalangan pebisnis di Jakarta.

Beliau memiliki beberapa perusahaan besar dan ternama di beberapa daerah. Khususnya di Jakarta karena cabangnya terletak di sana.

Meski telah berumur hampir setengah abad, tidak membuat laki-laki itu kelihangan wibawa dan sikap tegasnya. Justru, di umur seperti sekarang wibawa dan sifat tegasnya makin terlihat.

Laki-laki itu sangat menyukai olahraga dan kegiatan-kegiatan yang memacu adrenalin. Terutama kegiatan mendaki gunung. Mendaki gunung sudah beliau lakukan sejak masih duduk di bangku SMA.

Beliau sangat menyukai olahraga itu, makanya Rinjani juga menyukai olahraga itu karena menurun dari papanya.

Wintoro bisa dibilang seorang laki-laki pekerja keras yang tangguh karena memulai bisnisnya dari awal hingga sekarang tanpa ada rasa menyerah dan putus asa.

Beliau jugalah yang bersama-sama dengan ayah Romeo mendaki ke Gunung Rinjani beberapa tahun yang lalu sebelum insiden jatuhnya papa Rinjani saat mendaki di sana.

Segelintir kisah itu terkadang masih sering menghantui seorang Wintoro.
Bagaimana tidak? Karena insiden itu terjadi, keduanya sedang bersama mendaki gunung yang sudah lama menjadi target untuk mereka daki.

Tetapi, tanpa disengaja insiden yang akhirnya menyebabkan ayah Romeo meninggal itu terjadi. Banyak rekan bisnis yang kenal dengan mereka berdua, sempat berpikir bahwa pelakunya adalah Wintoro.

Alasannya klasik, karena insiden terjadi saat mereka tengah bersama. Padahal bukan berarti sedang bersama, yang menyebabkan itu terjadi adalah dirinya.

Saat tengah menyeruput kopinya, terlihat seorang gadis turun dari lantai dua. Siapa lagi kalau bukan Rinjani.

Putrinya itu kini telah tumbuh menjadi perempuan yang beranjak dewasa. Membuat Wintoro lebih hati-hati menjaga putri semata wayangnya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan padanya.

Setelah meneguk beberapa tegukan dari kopi pada cangkir miliknya, laki-laki itu bersuara. "Anak papa tumben udah bangun jam segini? Biasanya kalau hari libur, kamu kan bangun siang." tanyanya pada Rinjani. Tumben laki-laki itu bisa ada di rumah saat hari libur. Biasanya sibuk bekerja.

"Yee, Jani mah emang bangun pagi kali pa kalau libur. Tanya mama gih. Papa aja tuh yang jarang di rumah kalau libur. Makanya lupa sama kebiasaan anaknya." cibir Rinjani, gadis itu tengah menyiapkan sereal kesukaannya untuk sarapan.

Setelah menuangkan sereal ke dalam mangkuk dan mengisinya dengan susu coklat, gadis itu lantas mendekati papanya dan duduk di samping laki-laki itu.

Romeo dan RinjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang