RdR - 11

164 24 60
                                    

"Cinta? Perasaan yang bagaimana? Benarkah kata orang, cintalah yang mampu merubah segalanya? Dan demi cinta apapun dilakukan. Contoh saja orang yang rela menyakiti dirinya sendiri demi satu kata itu.

***

Bugh

Bugh

Bugh

Rinjani memukul samsak yang ada di ruangan beladiri di rumahnya dengan geram. Ia memukulnya tanpa ampun, seolah-olah ingin melampiaskan amarahnya saat ini.

Emosinya tersulut, hatinya teriris, jantungnya berdegup kencang, kepalanya berdenyut dan keringat terus bercucuran di dahinya.

Sudah sejak pulang sekolah tadi ia berada di ruangan ini. Dan tanpa hentinya memukuli samsak yang tak berdosa itu dengan air mata yang tak dapat ia bendung lagi.

Di kepalanya berkecamuk banyak pertanyaan mengenai hubungan Romeo dengan wanita yang ia lihat tadi di Mall dan apa sepenting itukah wanita itu sampai-sampai Romeo rela membohongi dirinya?

Rinjani tertawa miris melihat nasibnya sendiri, ia jadi ingat janji Romeo saat mengajaknya berpacaran kemarin. Romeo telah berjanji tidak akan meninggalkannya.

Tapi, sekarang? Romeo malah mengkhianatinya. Bagi Rinjani, ini lebih sakitnya daripada ia ditinggalkan begitu saja. Kenapa Romeo tak melakukan itu jika ia memilih wanita lain?

Egois, pikirnya.

Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar di telinga Rinjani, membuat Rinjani menoleh ke sumber suara.

Tok tok tok...

Namun, secepat mungkin Rinjani mengalihkan pandangannya dari pintu ruangan ini kembali ke samsak di hadapannya.

"Mau sampai kapan kamu kayak gitu sayang? Kalau kamu ada masalah, cerita sama mama sayang. Enggak perlu kamu tutup-tutupi gitu mama tau kalau kamu lagi ada masalah." tanya Tina-mamanya.

Rinjani menoleh, kemudian tersenyum-memaksa. "Aku enggak kenapa kok ma. Aku juga enggak ada nutupin sesuatu dari mama. Jadi, mama tenang aja." ucapnya.

Tina mengangguk, mengiyakan ucapan putri semata wayangnya dengan terpaksa seraya melangkah menuju tempat putrinya berdiri. Ia tahu watak putrinya itu bagaimana.

Jika, Rinjani memiliki masalah, ia lebih suka menyimpannya sendiri dan melampiaskannya pada ruangan bela diri. Daripada harus mengumbarnya pada orang lain sekalipun keluarganya.

Ia sangat selektif bila bercerita.

Tina menghela nafas pasrah, kemudian tersenyum kembali. Ia membalikan tubuh Rinjani menghadap dirinya. Kemudian memegang pundak anak gadisnya itu.

"Oke, mama enggak akan nanyain kamu lagi. Tapi, kalau seandainya kamu memang enggak kuat untuk menghadapinya sendirian. Lebih baik kamu cerita ke mama. Karena, mama bukan cuma ibu yang semata-mata hanya melahirkan kamu. Tapi, orang yang mempunyai ikatan batin sama kamu lebih dari siapapun dan tanpa harus kamu katakan, mama sudah tau apa yang kamu rasakan." ucapnya seraya mencium kening anaknya.

Rinjani memeluk erat mamanya, dan tersenyum. "Makasih ma. You're the best mom for me. Love you ma."

"Sama-sama sayang. Love you too dear." Tina terus-menerus mengusap punggung anaknya itu untuk menyalurkan kekuatan, agar anaknya bisa tersenyum menghadapi masalah percintaan yang lumrah terjadi pada remaja seumurannya. "Kalau gitu mama keluar ya. Ingat pesan mama tadi sayang." lanjutnya.

Romeo dan RinjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang