RdR - 31

99 4 9
                                    

"Aku lebih percaya pilihan hati daripada pilihan mata. Kenapa? Karena, apa yang dilihat mata belum tentu tepat seperti apa yang ditentukan pilihan hati."

🙊 🙊 🙊

Tidak ada yang lebih menyenangkan, daripada batalnya jadwal ulangan matematika yang berakhir dengan jam kosong atau free class.

Saat ini kelas Romeo mengalami hal itu, sontak saja membuat seisi kelas ricuh karena gembira. Namun, ada sih satu dua orang yang tidak senang.

Bisa ditebak, kalau mereka adalah siswa pemilik peringkat kelas satu sampai tiga. Ketiganya kompak merasa sedih karena batal ulangan.

Namun, berbeda dengan teman-teman lainnya yang gembira mendengar guru matematika sakit perut dan berakhir mencret.

"Akhirnya yah, selama berbulan-bulan kita nunggu Pak Gigih gak masuk kelas, baru kali ini kesampean." Ujar Gio senang, rasanya sel-sel bahagia di tubuh Gio meningkat drastis.

"Allhamdulilah yah, ternyata ajian gue kemarin malam berhasil. Gak sia-sia gue memohon pada Tuhan agar Pak Gigih gak dateng ngajar, biar batal kita ulangan matematika. Ternyata dikabulkan, betapa bahagianya diriku ini. Terimakasih Tuhan!" Sahut Arjuna, cowok itu terlihat terharu. Kepalanya ia hadapkan ke atas, dengan kedua tangannya yang tidak lupa ia kipas-kipaskan ke arah matanya.

"Apa cuma aku yang dibilang seneng iya, dibilang enggak iya kalau hari ini batal ulangan?" Kini Frans yang mengambil alih pembicaraan di antara mereka.

"Aelah kayak belajar aja lo, kampret," Arjuna gemas, ia menjitak kepala Frans. "Lagian gaya-gayaan pake aku-aku segala. Curut sawah!"

"Adoh! Kasar banget sih sama dedek!" Sungut Frans, kemudian cowok itu menghampiri Romeo dan menggelayut manja di lengan Romeo, berniat mengadu.

Arjuna yang sejak tadi normal, kini berubah gara-gara Frans. Cowok itu seperti naik pitam melihat kelakuan Frans.

"Berani-berani yah kamu gelayut-gelayutan gitu di lengannya aa Omeo? Hah? BERANI YAH KAMU?!"

Arjuna berlari mengejar Frans, sedangkan Frans yang jago lari—dari kenyataan— dengan cekatan berhasil menghindar dari Arjuna.

"SINI KAMU PELAKOR! BERANI-BERANINYA YAH DEKETIN SUAMI SAYA!" Ucap Arjuna, membuat seisi kelas terbelalak, kemudian tertawa.

Maklumi aja deh, untung ganteng mereka. Pasti itu isi otak dari perempuan yang ada di kelas ini kalau sikap mereka yang seperti sekarang tengah kambuh.

"JANGAN KABUR KAMU YAH! KEMARI KAMU NURJANAH!" Pekik Arjuna, sembari terus mengejar Frans. Meja-meja di kelas pun yang tadinya rapi berubah menjadi kapal pecah saking berantakannya. Semua itu ya ulah mereka berdua.

"KAMU PIKIR SAYA TAKUT? LAGIAN ISTRI TUA DIEM AJA DEH!" Teriak Frans membalas perkataan Arjuna. Drama mereka kini makin menjadi-jadi.

Romeo dan RinjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang