Nonton tanpa mulmed emang enak, tapi ditambah mulmed pasti bikin bacanya tambah sik-asik dong. Jadi, diplay yah lagunya! 😁
•••
"Kata orang, nangis itu bisa menghilangkan rasa sakit. Tapi, nyatanya, malah menambah rasa sakit. Bahkan, memperburuk keadaan."
🌹🌹🌹
"Lepasin Rom! Aku enggak suka kamu genggam tangan aku lagi. Yang berlalu ya biarin aja berlalu." protes Rinjani, saat Romeo dengan erat terus menggengam tangannya. "Lagian, kita mau ke mana sih? Penting banget? Kita itu udah selesai kemarin!"
Apa yang telah Rinjani katakan tadi, sangat menohok di hati Romeo. Namun, ia menepis segala perasaan itu demi menjelaskan apa yang telah terjadi.
"Aku enggak akan melepaskan genggaman tangan ini, sebelum kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi." Romeo menjelaskan dengan nada sehalus mungkin. Berharap Rinjani masih mau memberikannya kesempatan.
"Aku kan udah bilang, kita itu udah selesai sejak saat di mana aku bilang putus! Enggak usah memperumit keadaan deh Rom." Rinjani tertawa sinis, masih dengan tangannya yang digenggam Romeo. "Kalau kamu memang pintar, harusnya kamu tahu maksud dari perkataan aku kemarin."
Romeo menghela napas. Mereka kini ada di lorong rumah sakit tempat di mana Ardilla tengah di rawat.
Kemarin, selepas pulang dari rumah Rinjani, Romeo mendapat telepon dari Ardana kalau adiknya, Ardilla mengalami kontraksi lagi.
Hal itu membuat Romeo merasa tak enak dan gelisah. Makanya ia mengajak Rinjani sekalian untuk menjelaskan pada gadis yang kini entah mengapa bisa keras kepala, agar mengerti situasinya saat ini.
"Ruang Anggrek, no 21. Ini maksudnya apa? Siapa yang dirawat? Kenapa aku dibawa ke sini sih?" gumam Rinjani saat dirinya dan Romeo sudah berada tepat di depan ruangan tempat Ardilla dirawat.
Matanya melirik ke sana kemari mencari jawaban atas pertanyaan yang tengah memenuhi kepalanya sekarang. Sebenarnya, kenapa ia di ajak kemari? Apa ada hubungannya dengan putusnya dirinya dan Romeo?
Semua pemikiran-pemikiran yang entah datangnya dari mana berterbangan di kepala Rinjani, seperti meminta keluar satu persatu dan membuat semuanya jadi lebih jelas.
Romeo menghembuskan nafas terlebih dahulu, barulah ia menarik knop pintu dan mendorongnya ke dalam.
Nampak dari pintu masuk, seorang gadis dengan kondisi lemah tengah tertidur pulas di atas ranjang rumah sakit dengan berbagai macam alat terpasang pada dirinya.
Rasanya, baru beberapa hari yang lalu ia melihat gadis itu siuman, kemudian dapat tersenyum dan ceria kembali saat bersama dirinya.
Namun, sekarang ia harus terbaring lemah lagi dengan kondisi yang memprihatinkan.
"Itu kan... Ah iya, dia itu cewek yang bareng Romeo waktu di mall kan? Kenapa bisa dirawat di sini? Apa yang terjadi dan apa yang telah disembunyikan Romeo dari aku?" Rinjani nampak berfikir keras untuk memecahkan semua rasa penasarannya saat ini.
Romeo semakin erat menggenggam tangan Rinjani, kemudian melangkah dengan pasti ke samping ranjang rumah sakit.
"Ini pasti cewek yang berhasil buat kamu cemburu sama aku kan Rin?" Romeo tersenyum, walaupun ia tidak tega harus menunjukkan ini semua. "Dia, bukan siapa-siapa aku. Aku hanya menganggap dia sebagai adik aku dan bagian dari masa lalu aku." jelas Romeo dengan nada tegas dan lantang.
Romeo menoleh pada Ardilla dan berucap, "Hai Dilla, aku kemari ingin menjenguk kamu. Lihat, di sebelah aku ada siapa. Dia adalah gadis yang telah berhasil merebut hati aku sekarang. Dia, Rinjani Almira Gunawan. Semoga kamu cepat sembuh dan siuman lagi ya." sebelah tangannya yang bebas membelai rambut Ardilla dengan perasaan yang tidak bisa diungkapkan.
"Kenapa dia dirawat di sini? Sakit apa dia?" Rinjani justru tidak menghiraukan kata-kata dan perbuatan Romeo, dirinya malah fokus bertanya tentang Ardilla, gadis yang sedang terbaring di sebelahnya.
"Biarkan aku menjelaskan semuanya lebih dulu sayang. Setelah itu, tolong pertimbangkan ucapanmu kemarin." Romeo berucap dengan tulus dan bersungguh-sungguh. "Aku akan ngelakuin apa saja, asalkan kamu percaya pada ucapanku dan kembali lagi bersamaku."
Rinjani terdiam, tangannya yang sedari tadi digenggam oleh Romeo ia lepaskan dengan kasar, kemudian menatap Romeo dalam.
"Itu semua tergantung pada penjelasanmu sekarang. Kalaupun aku enggak bisa terima semuanya, biarkan hubungan kita berjalan hanya sampai di sini." Rinjani berkata dengan perasaan yang tidak ia ketahui bagaimana keadaannya.
"Baik, akan aku jelaskan. Semuanya diawali dari bberapa tahun yang lalu, tepatnya sih tujuh tahun yang lalu. Waktu itu aku masih Sd kelas 4 dan kondisinya saat itu aku murid pindahan. Aku belum bisa berbaur sama anak-anak di sana karena aku termasuk orang yang bisa dibilang berandal dalam hal kelakuan."
Romeo menjeda, dengan menghembuskan nafas. "Terutama, suka ngebuat temen-temen yang lain nangis karena aku kata-katain pas lagi marah atau aku hajar sampai babak belur, dan berakhir aku diaduin ke orang tua mereka."
"Sejak saat itu..... "
•
•
•Pendek yah? Emang sengaja pendek wkwk. Karena, akan ada lanjutannya di part selanjutnya. 😂
Hayo, Romeo sejak saat itu kenapa? Apa penjelasannya cuma sampai sana aja atau ada lagi tuh?
To be continued for part selanjutnya yahh 😋
Salam,
Fistadewi

KAMU SEDANG MEMBACA
Romeo dan Rinjani
Teen FictionUPDATE SEMINGGU SEKALI YAKK! • • • Hanya berisi sebuah kisah tentang dua remaja dengan segala permasalahan yang di hadapi mereka. Entah itu cinta, keluarga ataupun menyangkut perasaan. *** Note: BEBERAPA CHAPTER DI PRIVAT! SILAHKAN FOLLOW DULU PENU...