23. Broken Morning

444 74 21
                                    

Mohon maaf lahir bathin dear readers...
Selamat idul fitri!
Belum sempat di edit, harap maklum ya masih berantakan.
Well, Enjoy Reading...;)

"Ready for presenting yours tomorrow, Nae?"

Aku mengangguk membalas pertanyaan Lorry, si Bule baik hati.

Sebuah insiden mengakrabkan kami di awal jumpa. Aku tak meragukan pepatah bahwa dunia memang selebar kelor.

Well, Lorry Eldrich Byrne adalah sepupu teman bule sekaligus mantan dosen tamuku saat kuliah dulu. Danielle Jessy Byrne.

Begini awalnya.

Setelah hari berkumpul di Washington DC untuk acara penyambutan dan saling memperkenalkan budaya masing-masing negara, kami diterbangkan ke tempat akan menempa diri selama kurang lebih 6 bulan. Sesama guru kelas bawah, aku dan mbak Tika ditempatkan di UTA ( University of Texas at Airlington) untuk mendapatkan tambahan ilmu subject tertentu dan praktek mengajar di Swift Elementary School.

Di hari pertama survey lokasi aku mengalami cidera di bahu dan bagian tubuh sebelah kanan karena menyelamatkan 2 gadis kecil yang hampir tertabrak mobil yang dikendarai pria yang mengemudi dibawah pengaruh alkohol. Padahal saat itu masih sore.

2 anak perempuan yang memanggul backpack di punggung mungilnya, ketika itu berada tak jauh dari tempatku berdiri membelakangi mobil yang bergerak tak beraturan ke arah mereka. Otomatis kakiku bergerak cepat dan tanganku meraih 2 gadis cilik yang hampir saja tertabrak Lexus yang bergerak beba. Karena tak seimbang aku limbung dan jatuh dengan tubuh menangkap 2 anak sekaligus di atasku. Untunglah 2 anak itu tidak cidera parah. Hanya lecet di beberapa bagian tubuh mereka saja. Sedang mobil yang dikemudikan pria mabuk itu menyentuh trotoar dan menabrak beberapa mobil yang terparkir di sampingnya. Si pengemudi yang terluka parah segera dilarikan ke rumah sakit terdekat begitu ambulan tiba. Begitu juga aku. Bahu dan bagian tubuh kananku yang terbentur terlalu keras ternyata perlu dirawat intensif.

Paman salah satu gadis yang kutolong adalah dosen di universitas tempat aku akan menimba ilmu. Karena family namenya mirip dosen tamu yang sampai sekarang masih sering berkirim kabar denganku, tersebutlah nama Danielle dari mulutku. Kemudian yah, kami benar - benar terpesona pada kebetulan yang ada. Danielle yang saat itu masih ada di Fort Worth, tak jauh dari Airlington segera meluncur ke rumah sakit tempat aku di rawat begitu sepupunya menelfon. Reuni dadakan. Benar, Lorry adalah kerabat Danielle yang ku kenal.

Dari sanalah awal aku dan sepupu Danielle, Lorry, menjadi akrab. Dia kerap kali membantuku menyelesaikan beberapa tugas terutama yang berhubungan dengan IT. Meskipun aku sudah bisa menggunakan tangan kananku dengan benar. Beruntung aku dipertemukan dengan Lorry. Dia sangat sabar mengajariku, juga teman-teman satu timku. Kami tak jarang mendapat pujian saat presentasi. Berkat dia.

Saat ini pun, Lorry menemaniku mengerjakan tugas yang akan kupresentasikan besok sambil mengerjakan pekerjaannya. 90% bahan sudah tersusun. Setelah selesai biasanya Lorry memeriksa tampilan, merapikan, lalu memberi saran yang memungkinkan untuk ku aplikasikan.

Getar di ponsel membuatku berhenti memindai beberapa file ke folderku. Nama Hanenda tertera disana. Aku memberi tanda pada Lorry untuk beranjak sebentar kemudian menerima panggilan video dari Hanend. Lorry tersenyum, mengangguk lalu meneruskan aktivitas dengan laptopnya.

"Halo, Assalamualaikum Nend," sapaku seraya mengayunkan tangan kanan.

"Waalaikumussalam Warahmatullah, sibuk Nae?"

"Lumayan. Kenapa Nend? Chesta mana?" tanyaku.

"Ya nggak ada, pengen ngobrol aja. Ches di Surabaya. Pagi ya di sana Nae?"

Buku ke- 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang