Masih anget ini ya. Monggo dibaca..Enjoy!😉
"Ini apa?" tanya Ananta seraya menatapku tajam.
"Seperti yang anda sudah baca Sir. Mohon maaf, saya resign lebih cepat. Anda benar, kemungkinan aplikasi beasiswa saya diterima besar. Saya mau persiapkan semua dulu. Kalau tetap di sini saya bakal banyak minta izin."
"Kalau saya nggak ACC?"
"Saya tetap berhenti."
Ananta menatapku dalam.
"Ada masalah dengan Hanend?"tanyanya.
Aku balas melihatnya sambil mengedikkan bahu."Baru saja dia tanya saya, kamu ada atau tidak di sekolah," Ananta menggoyang ponselnya,"kalian sudah dewasa kan? Come on!be professional, Nae. Jangan dicampur adukkan dengan..."
"Saya dan Hanend sudah tidak ada hubungan apapun, saya memang mau fokus ke beasiswa saja, Sir." Potongku.
Tentu saja Ananta terkejut. Sederet kata tanya otomatis terlontar kemudian. Sampai akhirnya nama Hisa juga dia ucapkan. Lalu dia sadar bahwa apa yang dia ucapkan membuat wajahku semakin kaku.
Ah, tentu saja.
Tentu saja Ananta tahu.
Lalu kenapa dia tak menolongku?Setidaknya membiarkan aku tahu dari awal. Setidaknya dia berusaha lebih keras mendapatkan hatiku. Bukan malah membiarkan aku jatuh lebih dalam pada seorang Hanenda.Ananta meminta maaf tentu saja. Tapi apa berguna?
Hatiku mengernyit nyeri.Percakapan terakhirku di mobil dengan Hanenda terngiang kembali.
"Kamu sudah tahu tentang Gupita dari kapan?"
Hanenda diam tak menjawab.
"Oke, saya asumsikan dari dulu kamu sudah tahu. Tapi kenapa kamu masih nekat mendekati saya?"
Dia masih tak bersuara.
"Kamu memang maunya begini? Hancurin hati saya sekalian? Kamu..." Kalimatku tergantung di udara, tak sanggup kulanjutkan. Leherku seperti dililit rantai besi.
Hanenda menoleh ke arahku sebelum meminggirkan mobilnya. Menghela nafas dalam lalu memiringkan badannya menghadapku.
"Saya minta maaf Nae.Tidak sedikitpun saya bermaksud menyakiti kamu. Nyatanya saya memang sepengecut itu. Saya nggak punya pembelaan bagus tentang ini. Apapun alasan yang saya lontarkan, tetap saja tidak bisa dibenarkan. Saya tau ini fatal. Tapi saya mohon tolong tetap bertahan di samping saya. Biar saya yang mencari jalan keluar."
"Jalan keluar seperti apa yang kamu pikirkan Nend? Tell me then."
Hanend bungkam, memandangku dengan tatapan campuran antara kalut dan gelisah. Lalu menarik nafas dalam lagi.
"Nae. Saya sedang mengusahakan alternatif kedua. Deng..."
"Dengan meminta Hisa merelakan kamu mendahuluinya menikah, lalu saya tidak punya pilihan lain selain ikut serta menghancurkan hubungan Hisa dan Eksak ?" potongku.
Reaksinya seperti yang kutebak. Pasti Hanenda kaget.
"Benar kan?!"
"..."
"Bagaimana bisa kamu menegosiasikan sesuatu yang jelas-jelas saya juga ada di dalamnya pada Hisa, tapi tak sekalipun kamu bicarakan ini dengan saya sebelumnya. Maksudnya apa terus?
...
"Dan, kalau itu alternatif kedua, lalu yang pertama seperti apa?"
Hanend menghela nafas sedikit kasar kali ini. Memandangku intens sekian detik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku ke- 2
ChickLitTentang Nae yang terluka Tentang Gatra yang mendua Tentang Ananta yang mengejar cinta Tentang Hanenda yang berduka Masih, tentang sebuah romansa. Cover by Windy Haruno