2. Murid Baru

555 114 45
                                    

"That's all for today, any questions?"

Jam pelajaran berakhir. Gelengan kepala anak-anak menandakan bahwa aku tak perlu memundurkan waktu pulang mereka.

"Knock..knock, bothering, aren't I?" Suara Nares membuatku menghentikan kesibukan merapikan meja guru. Kujawab dengan gelengan kepala dan segaris senyum.

"How's Life? Better?" Tanyanya lagi seraya mengambil tempat duduk di bangku paling depan yang menghadap langsung padaku.

Lagi, kuulas senyum samar sembari kukaitkan ujung telunjuk dan jempolku membentuk huruf O.

Tidak.
Sebenarnya tidak.

Hanya aku sudah memantapkan hati untuk tak banyak bicara menguak lembar kisah lama. Nareswara adalah salah satu partner of crimeku disini. Kalau aku mulai buka suara bisa dipastikan aku mendrama. Aku tak mau kacau lagi. Bahkan galauku tak layak untuknya. Si buku lama.

"Kayaknya benar-benar gak mau cerita kamunya. Tak apalah. Tapi kita lega akhirnya. You deserve to be happy."Nares tersenyum tulus padaku. Aku mengangguk pelan. Membalas senyumnya.

"Eh, by the way, ada murid pindahan di kelas kamu Nae."

Nares bekerja di sekolah yang sama denganku. Tapi bukan staff pengajar. Dia salah satu orang manajemen sekolah. Juga kepercayaan si pak DoS (Director of Studies). Jadi bisa dipastikan Nares tahu jika ada hal baru di sekolah.

"Hm? Anak pindahan darimana?" Masih dengan kesibukanku, kupindai netraku ke arahnya.

"Surabaya kayaknya. Ayahnya polisi. Duda Nae, ganteng orangnya."
Nares mengangkat jempol tangannya ke atas. Sedang aku memutar bola mataku malas.

"Lantas kenapa?Sedih banget ya dirimu kalau aku single?Bawaannya pengen nyodorin laki aja."

"Hahaha, ya gimana ya Nae. Kalau kamu naksir saya kan gawat. Hitungan bulan saya nikahin Citra lho!"Selorohnya.

"Maaf ya Nares. Kamu bukan pak Dendi yang punya istri kaya raya buat disawerin ke saya ratusan jutanya. Saya gak ada cita-cita mas jadi pelakor, apalagi lakinya cuman macam kamu."Balasku.

"Widihhh...sadess. Tapi si Dos ngincer kamu sih. Amanlah saya.". Nares belum berhenti melawak garing.

"Kamu kurang kerjaan Res? Nirfaedah banget disini. Kalau ndak inget kamu tunangan Citra. Uda kusumpel itu mulut pake kaos kaki dari tadi. Balik gih! Kerja yang bener.Gabut dosa!"

Nares berdiri dari tempatnya duduk sambil terkekeh.

"Gitu dong. Judes juga gak kenapa. Jangan sepi tanpa suara. Nih Citra heboh yang minta infoin kabar kamu. Masa iya kubilang si Nae putus pita suaranya pasca resmi jadi janda?"

Sekarepmulah Res. Mendebat seorang Nareswara sama halnya dengan jogging keliling kampung 8 putaran.
Melelahkan.
Kukibas tanganku mengusirnya pergi

~•~•~•~•~•~

Aku melangkah menuju front office. Mengambil administrasi kelas untuk mengajar hari ini.
Sekolah kami mempunyai sistem yang menurutku bagus. Guru tak dibebankan administrasi macam-macam. Jadi fokus mengajar dan memberikan yang terbaik bagi anak didiknya. Masalah silabus, dan kawan-kawannya sudah ada tim yang menghandle.Tetapi tetap kami diberikan kesempatan untuk mengaktualisasi diri dengan media dan pengembangan materi.
Ketika hendak membalik badan, Ananta berdiri menjulang di samping pintu. Dia adalah DoS sekolah kami.

Buku ke- 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang