Special bagi yang masih setia baca ya. Mana suaranya???
Baru banget ditulis. Inline comments kalau ketemu typo yes. Gomawo..😍
Enjoy everyone!
"Ehem.... yang official cie...cie.."
Baiklah. Aku harus tabah menghadapi ini, bullyan mereka, duo menjengkelkan yang hobi membuat kesal sekaligus sahabat kesayangan, hampir tiap hari.
3 detik setelah saat itu kupasang status berlatar punggung Hanend dengan caption yang tergolong pasaran"thank you", Citra langsung memberondongku dengan berbagai pertanyaan, pernyataan, bahkan tuduhan. Saking nggak sabaran, belum sempat kuketik balasan untuknya, Citra sudah meneleponku dan menjerit histeris sebelum aku menyelesaikan salam. Dia juga Nares turut bahagia meski masih dengan setia menjadi suporter Ananta.
"Sudah hampir sebulan nggak ketemu, cuma telpon-telpon begitu? Duh...itu namanya official yah? Enakan juga sama Ananta Nae ..."
Aku menghela nafas kasar.
"Ya sudah sana kamu aja."
"Andai dia naksirnya sama aku ya. Sayang, dia kepincutnya ke kamu sih.."
"Hush! Gak malu sama yang lagi ada di perut? Istri dan ibu macam apa coba. Aku balik ruangan ya yang. Ananta bisa keluar taring kalau lewat jam makan siang."
Citra terkekeh pelan. Sambil mengangguk dia kembali mengetik lesson plan untuk seminggu ke depan.
Baru saja aku mengakhiri sambungan video call dari Hanend. Memanfaatkan ruangan yang sedang sepi. Tapi ternyata Citra terburu datang bersama Nares setelah kenyang makan siang di luar. Kemudian yah..mulutnya tak berhenti menggodaku. Tak apalah, kalau hal itu cukup untuk mengganti nasi padang yang mereka berikan untukku.
"Sibuk banget ya pak kapolsek?"
Aku hanya mengangguk sambil mengunyah nasi dan rendang yang rasanya juara.
Hanenda adalah salah satu kapolsek muda yang dimiliki negara ini. Bukan termuda sih. Tapi track record dan prestasinya yang bagus mengantarkan dia ke posisi ini di usia yang baru 32. Bahkan, kata tante Rinta dia sempat dipromosikan menjadi wakapolres, tapi Hanend menolak. Karena Chesta tentu saja. Fakta bahwa dia memegang peranan yang lumayan signifikan di kepolisian awalnya kuketahui dari Citra dan Nares. Lalu informasi ekstra dari tante Rinta kudapatkan saat beliau menelfonku ketika mengetahui hubunganku dan Hanend tak lagi stagnan.
Sayangnya sebulan ini Hanend kembali harus membantu salah satu kasus narkoba yang belum juga tuntas. Di masanya menjabat menjadi Kanit Narkoba dulu, Hanend bersama timnya berhasil meringkus banyak gembong. Namun, beberapa pengedar yang sudah teringkus itu ternyata masih saja bisa menjalankan aksinya meski sudah berada di balik jeruji besi. Jadi aku belum punya waktu untuk membicarakan banyak hal dengannya.
"Kamu, bahagia kan Nae?"
Aku menghentikan aktivitas mengunyahku. Menoleh pada Citra, lalu tersenyum dan mengangguk.
"Syukurlah, you deserve to be happy. Semoga Hanenda bisa menjadi yang terakhir, dan ganti hari-hari surammu yang dulu, bareng si brengsek itu, dengan berlipat bahagia," sungutnya.
"Bumil lagi sensi ya? Udah ah, yang lalu gak usah diingat-ingat. Tapi...kasihan juga mereka Cit. Kata ibu, mereka lagi proses cerai."
"Hah? Siapa?Gatra sama si nenek sihir?serius Nae? Kok kamu gak cerita? Gimana- gimana, kok bisa gitu mereka? Rasain. Kena batunya kan!
Aku tertawa melihat reaksi sahabatku ini. Lalu menceritakan apa yang kutahu dari ibu tanpa kutambah atau kukurangi. Citra bukan penyuka gosip. Percaya atau tidak, lulusan terbaik program magister salah satu universitas negeri di Malang ini sama sekali tak up to date tentang perlambean yang gencar di beritakan infotainment. Tontonannya Nat Geo dan sebangsanya. Tapi urusan kondisiku, wajib dia tahu tiap detailnya. Sweet kan? She's one of my favorite person.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku ke- 2
ChickLitTentang Nae yang terluka Tentang Gatra yang mendua Tentang Ananta yang mengejar cinta Tentang Hanenda yang berduka Masih, tentang sebuah romansa. Cover by Windy Haruno