"Mereka bilang cinta bisa dimulai dalam 0,2 detik. Yang aku butuhkan adalah 0,2 detik untuk jatuh cinta. Ini disebut cinta pada pandangan pertama. Makanya aku akan mengaku bahwa aku mencintaimu. Bahwa kau adalah hadiah, cinta, dan takdirku."
-Noh Ji...
Gita baru bangun sore harinya. Ketika ia terbangun dari tidurnya, saat itu juga perutnya mulai keroncongan minta diisi. Mengingat dari pagi perutnya itu masih kosong. Jadi wajar saja kalau saat ini perutnya itu terus menyalakan musik keroncongnya.
Dengan mata yang masih merem melek, Gita terpaksa harus memenuhi keinginan perutnya itu. Dia bangun, keluar dari kamarnya, melangkahkan kakinya menuju dapur sesekali menguap.
Di dapur, ia melihat mamahnya yang sedang menyantap sebuah hidangan yang kelihatannya sangat lezat.
Gita menarik kursi makan, dan mulai mendudukinya. "Lagi makan apa, mah?"
Kehadiran Gita cukup membuat mamahnya yang sedang fokus makan sambil memainkan ponselnya itu tersentak kaget. "Eh kamu Git, mamah kira siapa."
Gita membalas dengan sebuah cengiran khasnya lalu bola matanya itu kembali menuju ke arah objek yang sedang dimakan oleh mamahnya itu.