{18} Tense Moments

351 43 6
                                    

"Hoamm..."

Mulutnya menganga lebar karena menguap. Gita baru saja bangun dari tidur sejenaknya.

Tapi ada yang aneh.

Ketika ia melihat ke arah kaca jendela, namun mengapa di luar tampak gelap?

Merasa ada sesuatu yang ganjal, ia segera menyalakan saklar lampu kamarnya itu kemudian melihat ke arah jam yang tergantung di dinding. Benar saja, ini sudah pukul delapan malam. Dia tidur cukup lama. Bukan cukup lagi, tapi memang sudah berlebihan. Lagipula bukannya tadi ia hanya hendak tidur sejenak? Tapi mengapa sampai kebablasan seperti ini?

Namun, tiba-tiba ada sesuatu yang terlintas dalam pikirannya. Ia baru sadar kalau saat ini adalah waktunya kucing-kucing bu Nayla untuk makan malam.

Seluruh ruangan tampak gelap, lampu taman juga masih belum mengeluarkan cahaya yang dapat menerangi taman. Itu semua disebabkan karena Gita belum sempat untuk menekan setiap saklar di segala penjuru ruangan.

Alih-alih menyalakan seluruh sumber pencahayaan, Gita justru khawatir akan kucing-kucing bu Nayla. Ia lebih memprioritasnya karena itulah tujuan utama ia dipekerjakan oleh bu Nayla.

Tak bisa dibayangkan jika nanti ia lupa memberikan kucing-kucing tersebut makanan. Pasti kucing-kucing itu sudah sering dimanjakan, dan jika telat sedikit saja maka akan mudah jatuh sakit. Ya kira-kira sebelas dua belas lah dengan anak kecil yang sering dimanjakan oleh kedua orang tuanya.

Tidak ingin berlama-lama lagi, Gita bergegas menuju ruangan khusus kucing, dan segera memberi makan kucing-kucing itu.

Kucing-kucing tersebut nampak senang karena kehadiran Gita, dibuktikan dengan mereka semua mengeong ketika Gita baru saja menyalakan lampu ruangan khusus kucing-kucing itu.

"Oke guys, saatnya makan malam! Yuhuu..."

Gita mengajak bicara kucing-kucing tersebut seakan-akan mereka adalah teman-temannya.

Sedangkan, mereka hanya merespon dengan mengeong pelan seolah-olah mereka mengerti akan ucapannya Gita.

Gita mengambil makanan kucing dari dalam rak, dan langsung menuangkannya di tempat makan yang ada pada setiap kandang.

Tau bahwa mereka baru saja disunguhi makanan, kucing-kucing milik bu Nayla itu segera melahap makanan mereka masing-masing.

"Makan yang banyak ya..." Gita mengatakan kata-kata itu sambil mengelus lembut setiap kucing.

Setelah memberi jatah makan mlm pada kucing-kucing itu, kini saatnya Gita lah yang harus makan. Sedari pagi perutnya masih kosong. Rasanya seperti orang yang sedang berpuasa namun tidak sahur.

Perutnya dari tadi sudah mulai keroncongan. Dengan langkah tergesa-gesa karena kelaparan, ia melangkahkan kakinya menuju dapur.

Gita memasuki dapur yang masih gelap karena minimnya pencahayaan. Ia belum berhasil menemukan dimana letak saklar lampu dapur berada. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk membuka kulkas dan berniat untuk memakan apa saja yang tersedia disana. Perutnya sudah tidak bisa diajak berkompromi lagi.

Di dalam kulkas milik bu Nayla terdapat berbagai macam makanan. Mulai dari bahan mentah maupun makanan siap saji.

Tak ingin melunjak pada majikannya sendiri, Gita pun hanya mengambil sebuah cake dingin beserta dengan sekotak susu berukuran sedang.

Setidaknya makanan yang kini sedang disantap olehnya bisa menganjal perutnya hingga esok pagi. Karena tidak mungkin ia memasak makanan dengan berbagai olahan bahan yang tersedia di kulkas pada saat malam hari seperti ini.

Tiba-tiba, terdengar suara pintu berderit sehingga membuat Gita yang sedang menyantap makanannya itu terkesiap kaget. Makanan yang disantap olehnya pun belum sepenuhnya habis.

Dengan perlahan Gita mulai melangkahkan kakinya menuju ke arah sumber suara yang sepertinya berasal dari ruang tengah tersebut. Ia berjalan dengan mengendap-endap berusaha untuk tidak menimbulkan suara sedikitpun.

Lorong-lorong rumah bu Nayla pun sepenuhnya gelap. Disaat tegang seperti ini, tidak terlintas dalam pikirannya untuk menyalakan lampu terlebih dahulu. Yang menjadi tujuannya saat ini adalah mengetahui ada apa sebenarnya di ruang tengah itu. Apa mungkin ada hantu dirumah ini? Tidak menutup kemungkinan jika memang benar di rumah sebesar ini terdapat penghuninya, penghuni tak kasat mata.

Setibanya di ruang tengah, mata Gita berhasil menangkap sebuah sosok hitam-hitam. Apakah dia tidak salah lihat? Wajar saja pandangannya kabur, karena tidak ada sumber pencahayaan di sini selain cahaya yang berasal dari rembulan.

Gita mengintip dari balik sisi dinding. Ia terus memperhatikan objek yang nampak seperti seseorang yang sedang mengambil barang-barang dari dalam laci lalu meletakkannya pada sebuah ransel.

Tapi tunggu,

Sepertinya itu bukan hantu. Terbukti karena objek itu menapakkan kakinya di lantai.

Atau jangan-jangan itu adalah pencuri?

Mata Gita membulat sempurna, tidak percaya dengan semua hal yang kini tengah dilihatnya. Ia panik. Hingga tanpa sadar ia menyenggol sebuah figura yang tadinya sedang tergeletak dengan manis di atas kabinet, sehingga menyebabkan figura itu terjatuh ke lantai dan menyebabkan suara yang cukup mengangetkan disaat sedang tegang seperti ini.

Kepanikannya itu membawakam dirinya pada suatu masalah. Suara yang selama ini tengah dihindari olehnya telah menyebabkan sang pencuri menoleh ke arahnya.

Gita panik ketika pencuri menyadari keberadaannya. Begitu juga dengan si pencuri.

Tanpa berpikir panjang lagi, si pencuri langsung melangkahkan kakinya mendekati Gita.

"Wah wah, ternyata masih ada orang disini. Kukira rumah ini sedang kosong," kata pencuri itu sepenuhnya mengejek.

Perlahan Gita melangkahkan kakinya mundur seiring dengan langkah si pencuri yang mendekat ke arahnya.

"Tolong jangan sakiti diriku," katanya ketakutan.

Si pencuri berhenti mendekat dan malah tertawa mengejek. "Aku tidak akan membiarkan orang yang sudah melihat aksi kejahatanku hidup tenang begitu saja."

Ucapan yang dilontarkan olehnya membuat bulu kuduk Gita bergidik ngeri. Tatapan yang diberikan oleh pencuri itu terlihat sangat mengerikan bagi Gita.

Melihat ancaman yang sudah berada di depan matanya, Gita langsung mencari cara untuk berusaha melarikan diri.

BRAK!

Ia melayangkan tendangannya tepat di perut pencuri tersebut. Satu hantaman keras yang diberikan oleh Gita berhasil membuat pencuri itu langsung tumbang seketika.

Kini yang hendak dilakukan olehnya yaitu berusaha kabur dari pencuri. Namun, baru beberapa langkah Gita melangkahkan kakinya, pencuri itu berhasil bangkit dan menarik lengan Gita agar ia tidak bisa pergi darinya.

"Lepaskan!" Gita berusaha meronta, sedangkan pencuri tersebut nampaknya tengah mengeluarkan sebilah pisau lipat dari saku celananya.

"Apa ada kata-kata terakhir?" ucapnya yang membuat kadar ketakutan Gita mencapai titik level paling atas. Ia masih ingin hidup. Ia merasa masih belum bisa membahagiakan keluarganya.

Pencuri mulai menempelkan pisau itu tepat di leher Gita. Dengan sekali goresan saja, maka akan tamatlah riwayatnya.

__☆*☆__

Yaampun gaiss maapkeun aing karna baru update setelah sekian lama:(
Lagi sibuk banget sumpah dah:"

ISSUESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang