{19} Where There is a Problem, There He is.

361 48 20
                                    

"Tapi tunggu, sepertinya akan menyenangkan jika aku mencicipi tubuhmu terlebih dahulu."

Deru napas Gita kini semakin tidak beraturan. Tidak. Ia tidak ingin berakhir dengan cara tidak terhormat seperti itu. Tapi, ia juga bingung bagaimana caranya agar dia bisa pergi darinya. Jika ia terus berontak dan meronta-ronta, maka pisau itu akan menyayat lehernya dengan sekali hentakan.

"Baiklah, aku akan menikmati keindahan tubumu terlebih dahulu sebelum aku menghabisi nyawamu." Pencuri itu mulai meletakkan pisaunya di atas meja yang berada didekatnya.

"Dasar pencuri licik!"

"Apa kau bilang? Wah sudah berani ya kau rupanya," kata pencuri sambil meraih dagu Gita dan mendongakkan kepalanya secara kasar.

Gita berusaha untuk menahan air mata nya yang akan tumpah. Air matanya sudah terbendung di dalam kantung matanya. Itu bukan hanya sekedar air mata kesedihan, melainkan juga air mata ketakutan.

Ia tidak ingin menjadi terkenal dalam semalam hanya karena kasus kematiannya. Ia tidak ingin jika nanti nama baiknya akan tercemar karena kasus kematiannya itu. Bagaimana mungkin jika kasus kematian seorang Fragita Deviana akan viral dalam semalam dengan berita yang berjudul,

'Seorang akuntan cantik tewas dibunuh oleh pencuri di rumah atasannya ketika sedang mengurus kucing. Sebelum tewas, korban sempat diperkosa oleh pelaku dengan sangat brutal baru kemudian dibunuh dengan sebilah pisau yang menancap pada perutnya.'

Membayangkan judul yang sangat panjang seperti list tagihan kartu kreditnya itupun sudah sangat memuakan bagi dirinya.

Kembali ke dalam ketengangan yang sedang dialaminya, kini sorot mata pencuri itu semakin menajam. Sang pencuri menyunggingkan senyum nya miring ketika melihat ke arah dada Gita yang terlihat nampak rata.

Image nya sudah buruk, ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Inilah saat yang tepat untuk melawannya.

"HYYAA!!"

Tinju yang sangat keras berhasil membuat pencuri itu meronta kesakitan. Dibuangnya jauh-jauh pisau yang tergeletak di atas meja tersebut, dan satu pukulan lagi berhasil mengenai wajah si pencuri.

"Jangan macam-macam denganku!"

Pencuri itu menyerang Gita dengan tangan kosong. Gita berusaha menghindar, menangkis setiap pukulan yang diberikan oleh si pencuri lalu membalasnya dengan pukulan dan tendangan secara bertubi-tubi.

Namun, usaha perlawanannya itu hanya bertahan hingga kurang dari semenit sebelum akhirnya Gita terjatuh karena pencuri mendorong sehingga menyebabkan tubuhnya membentur meja yang menyebabkan dirinya terjatuh.

Pencuri itu meraih sebuah kotak balok kayu yang berada di atas meja, lalu mengangkatnya dan hendak dihentakkan ke arah tubuh Gita yang kini tengah berada di bawahnya.

"AAAAA!!!"

Gita menjerit sembari berusaha melindungi tubuhnya dengan kedua tangannya. Namun, sebelum kotak balok kayu itu berhasil menghantam tubuhnya, tiba-tiba ada seseorang yang mendobrak pintu sehingga cahaya rembulan berangsur-angsur datang menyinari ruangan beriringan ketika pintu itu terbuka sehingga membuat Gita kesilauan.

Sosok itu segera menyerang si pencuri yang tadinya ingin membunuh Gita. Gita memundurkan tubuhnya ke belakang untuk menghindari perkelahian yang sedang terjadi dihadapannya itu.

Perkelahian sengit antara si pencuri dengan si penyelamat hidup Gita masih tak dapat terhindarkan. Perkelahian tersebut berlangsung selama kurang lebih tiga menit tanpa jeda. Hingga pada akhirnya sosok pria penyelamat hidup Gita itu berhasil menumbangkan tubuh pencuri kemudian ia menengkurapkan tubuh pencuri lalu menarik tangan pencuri itu ke belakang tubuhnya sendiri agar ia tidak dapat bergerak lagi.

ISSUESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang