{27} Luckily

135 20 0
                                    

"Ah begini bu, nametag saya--"

Tok... Tok... Tok...

Belum sempat Gita menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

Tidak lama kemudian, pintu ruangan bu Nayla yang sengaja tidak dikunci tersebut langsung terbuka dan menampakkan seorang pria dengan seragam polisi lengkap.

Pria itu adalah orang yang kehadirannya sangat tidak diharapkan oleh Gita.

"Assalamualaikum, mah," ucap Ardan yang kemudian melangkahkan kakinya mendekati bu Nayla yang merupakan mamahnya sendiri.

"Waalaikumsalam," ucap bu Nayla dan Gita bersamaan. Ardan mulai mencium punggung tangan bu Nayla.

Walaupun di kantor polisi ia terkenal dengan ketegasan serta keangkuhannya, namun sebenarnya dibalik sosoknya yang cukup menyeramkan bagi para anggota polisi lain itu, ia hanyalah sesosok anak yang patuh kepada orang tuanya.

Ardan sangat setuju terhadap suatu kutipan quotes Lee Iacocca, dari salah satu buku yang pernah dibacanya, beliau mengatakan bahwa,
"The only rock I know that stays steady, the only institution I know that works, is the family."

Maka dari itu, ia selalu mengutamakan keluarga diatas segalanya.

"Ardan, mengapa kamu kesini, nak?" tanya mamahnya alias bu Nayla.

"Sebenarnya aku ingin bertemu dengan dia mah, sekalian mengunjungi mamah juga," katanya sambil melirikkan matanya ke arah Gita.

"Ada perlu apa?!" tanya Gita ketus. Oh iya, dia baru sadar kalau ada mamahnya polisi itu juga disini. Gita menggigit bibirnya, takut bahwa bu Nayla akan marah karena Gita bicara dengan ketus terhadap anaknya.

"Iya ada perlu apa, nak?" Syukurlah bu Nayla tidak merespon lebih mengenai ucapan ketus Gita terhadap anaknya itu.

Ardan mulai menyodorkan sebuah tas yang digenggam olehnya. "Ini. Apakah ini milikmu?"

Gita cukup terkejut, ia langsung merebut tas itu dari genggaman Ardan secara paksa karena ia terlalu bahagia tasnya telah kembali. Gita lantas memeriksa isi dalam tasnya tersebut. Wajahnya dihiasi dengan senyuman sumringah ketika tahu bahwa itu benar-benar tas miliknya. "Iya ini punyaku. Tapi, bagaimana bisa tas ini ada di tanganmu?"

"Semalam ada beberapa anggota polisi yang berhasi menangkap seorang perampok di ujung jalan, dan ternyata kau adalah salah satu korban perampokan tersebut," jelas Ardan.

Bu Nayla kaget ketika mendengar kalimat Ardan yang menyatakan bahwa Gita adalah salah satu korban perampokan tersebut. "Ya ampun! Tapi kamu tidak kenapa-kenapa 'kan, Gita?" Kekhawatira bu Nayla sangatlah mirip dengan kecemasan mamahnya. Mungkin jika mamahnya mengetahui hal tersebut, reaksinya juga tidak akan berbeda seperti bu Nayla.

Ketikka Gita hendak bilang bahwa ia tidak apa-apa, namun dengan cepat Ardan bertanya, "Apa bahumu baik-baik saja?"

"Kamu terluka?" Bu Nayla langsung memeriksa bahu Gita. Tapi dengan cepat juga Gita menolaknya dengan cara menutupi bahunya itu dengan tangannya sendiri. Karena tidak mungkin jika ia menampakkan bahunya yang terluka tersebut dihadapan mereka berdua.

"Ah bahuku tidak apa-apa kok."

"Apa kamu ingin saya menyuruh Ardan untuk mengantarkanmu ke rumah sakit?"

Dengan cepat Gita menggeleng. "Tidak perlu, bu. Ini hanya luka ringan saja. Ibu tidak perlu cemas."

"Ya sudah kalau begitu," kata bu Nayla menyerah.

Gita mulai mengeluarkan nametag nya dari dalam tasnya, lalu segera mengenakannya. "Terima kasih karena bapak telah mengembalikan tas saya."

"Siapa yang kau maksud dengan sebutan bapak itu?" seru bu Nayla.

Haduh, gawat ini. Gita kikuk. "Umm maaf bu, saya tidak tahu harus menyebut anak ibu itu dengan sebutan apa."

"Panggilah anak saya dengan sebutan namanya saja, lagipula umur kalian tidak jauh berbeda 'kan?"

Orang yang dibicarakan hanya bisa diam sambil senyum-senyum sendiri.

"Baiklah kalau begitu saya pamit ingin kembali mengerjakan pekerjaan saya, bu," pamit Gita.

"Mari," pamitnya juga kepada Ardan sambil menganggukan kepalanya sekali sebagai bentuk kesantunan. Kemudian Gita mulai beranjak pergi dari ruangan bu Nayla tersebut.

Baru saja Gita tiba di ruangannya dan duduk di cubicle nya, tiba-riba Kinan datang menganpirinya. "Gita, kamu tadi abis ngapain dari ruangannya bu Nayla?"

Gita hendak menjawab pertanyaan Kinan, namun ia sudah lebih dahulu berucap, "Itu tas pemberian dari bu Nayla ya? Bagus ih, pasti mahal deh," kata Kinan sambil memperhatikan tas yang dibawa Gita dari ruangan bu Nayla.

"Ah enggak, ini tas punyaku kok. Lagipula harganya juga murah," jawab Gita sambil terkekeh.

"Bukannya tadi pas kamu ke ruangan bu Nayla tidak membawa tas ya? Tapi kok baru pas baliknya kamu tiba-tiba bawa tas itu?" Tanya Kinan penasaran.

"Udah deh Kinan! Waktu itu ketika kita makan siang di restoran depan kantor kamu pernah bilang ke aku jangan terlalu kepo dengan urusan orang, tapi nyatanya kamu sendiri yang ingin tahu urusan orang! Gimana sih kamu?!" Risa yang sedang sibuk di cubicle nya itu pun tiba-tiba menyambar. Nampaknya kini ia tengah geram kepada Kinan yang terlalu ingin mencampuri urusan Gita.

"Yaudah sih Ris, sewot aja kamu! Gita nya juga tidak masalah 'kan?" Pandangan mata Kinan kini tertuju ke arah Risa.

Gita menautkan kedua alisnya ketika Kinan berkata bahwa ia tidak masalah jika Kinan ingin tahu tentang urusannya. Namun sebenarnya ia merasa risih sekali jika ada orang yang selalu ingin mencampuri urusan pribadinya.

"Udah udah.. Lebih baik kalian urusi saja pekerjaan kalian masing-masing. Nggak usah memperdebatkan masalahku," kesal Gita.

Kinan akhirnya memutuskan untuk kembali ke cubicle nya tanpa berbicara lagi.

Gita kembali bangkit dari duduknya. "Aku ingin ke dapur, apakah ada yang mau sekalian nitip?" ujar Gita kepada sesama rekannya

"Aku mau teh manis hangat ya, Git."
"Kopi less sugar satu ya."
"Mau coklat panas dong Git."

Begitulah antusiasme para rekan kerja Gita. Gita tahu, mereka itu bukannya malas, tapi karena mereka terlalu sibuk dengan pekerjaannya jadi tidak pernah menyempatkan dirinya ke dapur untuk sekedar minum.

Sebenarnya saat ini Gita juga sedang sibuk-sibuknya, namun karena ia merasa sedikit mengantuk jadi ia putuskan untuk menyeruput segelas kopi sejenak, sekaligus juga membantu rekan-rekannya yang tengah sibuk itu.

***


I'm so sorry guys udah hiatus lama banget, tapi emang I haven't sense to write this story again. Silahkan kalian berhalu sesuka kalian tentang kelanjutan ceritanya. Terima kasih untuk kalian yang pernah membaca cerita saya:)

Ini ada beberapa cerita yang udah lama banget numpuk di draft. Dan bakal di post semuanya kok:)

Kamsahamnida yorobun
Jinja saranghae❤
Annyeong~

ISSUESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang