Suasana kantor polisi masih seperti hari-hari biasanya. Walaupun hari sudah terbilang larut namun semuanya masih kelihatan sibuk dengan urusannya masing-masing. Ardan sendiri masih sibuk mengurusi masalah Farid, seorang tersangka yang melarikan diri.
"Apa kalian sudah menemukan jejak buronan utama kita?" Ardan menyelidik kepada seluruh anggota yang diperintahkan untuk menemukan keberadaan Farid. Ya, Farid dijadikan daftar buronan utama karena jika ia tidak dengan cepat ditemukan, maka kemungkinan buruk akan terjadi.
"Sampai saat ini jejaknya masih belum dapat ditemukan, pak," jawab salah seorang polisi.
Ardan menarik napasnya dalam-dalam, dan menghembuskannya dengan perlahan.
BRAK!!
"Bodoh!" Ardan menghentakkan tangannya ke atas meja sehingga menimbulkan suara yang membuat kaget orang-orang yang kini tengah berada di hadapannya.
"Ini sudah hari keberapa semenjak buronan itu kabur dan kalian masih belum menemukannya?!" Sorot matanya tajam, seakan-akan siap memangsa orang-orang yang berada di dekatnya.
"Kalau seperti ini, saya yang harus turun tangan!"
"Permisi pak Ardan," tiba-tiba ada seorang anggota polisi yang datang, membuyarkan sebuah ketegangan dalam perkumpulan ini.
Ardan lantas menoleh. "Ada apa?" tanyanya dingin.
"Maaf jika menganggu, tapi ada seorang perampok yang baru saja kami tangkap. Bisakah bapak menyempat diri untuk menangani kasusnya itu, pak?" jawab polisi tersebut.
Ardan memandang ke seluruh anggota polisi yang kini berada di hadapannya. "Baiklah, untuk kalian semua segeralah cari keberadaan buronan utama hingga ketemu! Saya juga akan ikut turun tangan nanti!" ucapnya tegas yang kemudian ia pun beranjak untuk menemui sang perampok.
Ardan memandang tajam ke arah si perampok yang tengah duduk dengan tangan yang sudah diborgol. "Untuk apa kau merampok?"
Bagi kebanyakan orang sudah pasti berkata bahwa tujuan merampok untuk menyambung hidup si perampok itu sendiri, padahal kenyataan itu tidak sepenuhnya benar. Untuk kasus yang seperti ini Ardan sudah sangat mengenalinya. Ia sudah tau betul apa yang harus dilakukannya untuk mengatasi kasus perampokan.
Si perampok itu menjawab sambil menunduk. "Karena saya butuh uang," katanya terlihat menyesal.
Di saat seperti ini kebanyakan perampok akan terlihat sangat lemah. Ia merasa dirinya sangar ketika memalak dan merampok orang. Padahal jika ia sudah berhadapan dengan para polisi, mental mereka akan menciut dengan seketika.
Salah seorang anggota polisi mulai mengeluarkan hasil curian sang perampok itu. "Ini barang-barang yang berhasil kami dapatkan sebagai barang bukti."
Ardan langsung memerika barang-barang hasil rampokan yang kebanyakan berupa tas milik wanita.
"Dimana kalian menemukan dia?" tanya Ardan kepada para anggota polisi yang berhasil menangkapnya.
"Kami menemukan dia di ujung jalan ketika ia sedang merampok seorang nenek tua."
Ardan kembali beralih ke perampok. "Apa diantara korban-korban yang berhasil engkau rampok ini terdapat korban jiwa?" tanyanya menyelidik.
Perampok itu masih diam, tidak berkutik.
"CEPAT KATAKAN!" ucapnya sambil menggertak meja serta membentak si perampok, menyuruhnya untuk buka suara.
Teriakan Ardan berhasil membuat perampok itu semakin ketakutan.

KAMU SEDANG MEMBACA
ISSUES
Romance"Mereka bilang cinta bisa dimulai dalam 0,2 detik. Yang aku butuhkan adalah 0,2 detik untuk jatuh cinta. Ini disebut cinta pada pandangan pertama. Makanya aku akan mengaku bahwa aku mencintaimu. Bahwa kau adalah hadiah, cinta, dan takdirku." -Noh Ji...