{28} Slavery

163 14 0
                                    

Dapur kantor terlihat sepi, tidak ada satu orang pun disini. Kemana perginya para OB/OG? Ah mungkin saja mereka semua sedang sibuk bekerja di luar dapur. Tidak selamanya 'kan mereka selalu berada di dapur?

Tapi masalahnya sekarang, apakah Gita mampu membawa semua minuman pesanan para rekan kerjanya itu dari dapur menuju ruang kerjanya?

Bisa saja ia mengantarkan minuman untuk rekan-rekannya itu secara bergiliran. Tapi bukankah itu pekerjaan yang cukup menguras tenaga?

Masalah itu nanti saja lah ia pikirkan lagi. Sekarang lebih baik jika ia membuatkan minuman untuk dirinya dahulu, sekaligus minuman pesanan para rekan kerjanya.

Gita mulai membuka bungkusan sachet white coffee kesukaannya. Dapur kantornya ini terbilang cukup lengkap, sangat lengkap malah. Segala jenis minuman tersedia disini, baik untuk para karyawan, maupun untuk para client. Gita selalu merasa sangat beruntung sekali bisa bekerja disini.

"Jadi sekarang jabatanmu di kantor ini sudah diturunkan menjadi office girl?"

Ardan, dialah yang berkata demikian. Pria itu, senang sekali datang secara tiba-tiba dan mengejutkan Gita.

"Mengapa kamu masih berada di kantor ini?"

Ardan melangkahkan kakinya mendekati rak, sepertinya ia ingin mengambil gelas disana.

Sontak Gita terbelalak kaget. "Hey hey! Apa yang ingin kamu lakukan?"

"Aku hanya ingin minum," kata Ardan sambil mengangkat gelas yang telah digenggamnya ke udara.

"Memangnya kamu pikir kau itu siapa? Seenaknya saja minum disini!" seru Gita.

Ardan tertawa getir. "Biar kuulangi pertanyaanmu itu. Memangnya kau pikir kau itu siapa? Seenaknya melarangku untuk minum."

"Aku karyawan kantor ini! Sedangkan kamu? Kamu hanyalah seorang polisi yang kebetulan menjadi anaknya bu Nayla."

"Aku memanglah anaknya, dan itu adalah takdir, bukan sebuah kebetulan."

Gita mendengus kesal. "Terserah apa katamu, yang jelas cepatlah pergi dari sini! Keberadaanmu hanya akan berdampak buruk bagi kantor ini!"

"Apakah sekarang pekerjaanmu sudah beralih menjadi seorang peramal?" kata Ardan sambil menekan keran air pada dispenser, setelah gelasnya itu sudah terisi penuh, ia mulai meneguk air itu.

Gita menatap horor ke arah Ardan. Setelah itu dia mengabaikannya, karena pasti saat ini rekan-rekan kerjanya tersebut sedang menunggu lama titipan mereka pada Gita.

Ardan mulai meletakkan gelas bekasnya itu di wastafel. "Apa kau benar-benar ingin meminum semua itu?" tanya Ardan keheranan.

"Ini semua bukan untukku, ini titipan rekan-rekan kerjaku."

"Oh jadi ternyata sekarang kau telah beralih profesi lagi menjadi asisten para rekan-rekanmu itu?"

Arrgghh, rasanya Gita ingin sekali menyumpel mulut pria berseragam polisi tersebut dengan kain lap yang tengah berada di hadapannya.

"Kamu bisa diam nggak sih?!" geram Gita.

"Kemana perginya para OB disini?" tanya Ardan sambil mengamati setiap sudut dapur kantor.

"Manaku tau!!" kata Gita ketus. Kini semua minuman pesanan rekannya itu sudah selesai dibuatkan olehnya. Saatnya pergi dari polisi annoying itu dan segera menuju kembali ke ruangannya.

Gita mulai mengambil sebuah nampan dari dalam rak agar semua gelas itu dapat dibawanya sekaligus. Kemudian, ia meletakkan gelas-gelas itu satu per satu.

ISSUESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang