"See!" Gita mengangkat tangannya ke udara. "Sudah jelas 'kan kalau saya tidak pernah bersekongkol dengannya!"
Ardan mengedikkan bahu sembari mengerutkan dahinya dan juga mengangkat kedua tangannya ke udara. "Baiklah, berdasarkan penjelasan dari pelaku, terbukti bahwa kau tidak bersalah."
"Nah!" seru Gita.
"Tapi..." Ardan bangkit dan melangkahkan kakinya pelan, mondar-mandir di hadapan Gita yang membuat Gita menautkan kedua alisnya. "Seperti apa yang kau bilang tadi, bisa saja dia berbohong," lanjutnya.
"Aduhh.. udah deh bapak nggak usah mempersulit keadaan!"
Ardan berhenti dan kembali duduk. "Saya tidak sedang mempersulit keadaan!"
"Bagaimana menurut anda pak Wiranto? Sudah jelas 'kan kalau posisi saya saat ini sebagai korban tuduhan?" Kini Gita beralih kepada pak Wiranto, meminta dukungan.
"Eh.. Anu mbak..." Pak Wiranto gugup. "Menurut saya pak Ardan benar."
Melihat jawaban yang dilontarkan pak Wiranto itu membuat Gita cemberut.
"Yaudah jadi sekarang mau kalian gimana?!" bentak Gita.
Ardan memundurkan tubuhnya. "Calm down."
"Saya tidak akan bisa tenang sebelum saya dikeluarkan dari sini!" serunya.
"Kamu ingin keluar dari sini, bukan?" tanya Ardan menyeringai.
"IYA!!" Serunya penuh antusias namun dengan ekspresi wajah yang datar.
"Kalau begitu bantu saya dalam menyelesaikan kasus ini."
"Bantu seperti apa lagi? 'Kan pelakunya sudah ada di depan mata!" katanya. "Tuh." Gita melirikkan matanya kearah orang yang sedang berada di sebelahnya, yaitu Farid.
"Datanglah sebagai saksi di pengadilan besok."
"Nggak! Saya udah gak ingin lagi berurusan dengan kalian semua!"
"Ya sudah, berarti kamu memutuskan untuk tetap menetap di penjara sementara ini."
"Shit!" umpatnya lirih. "Baik! Saya akan datang ke pengadilan besok, tapi bapak harus menjemput dan mengantarkan saya kembali besok!"
Entah apa yang ada di dalam pikiran Gita sehingga dia menginginkan hal tersebut.
Ardan mengangkat kedua alisnya. "Tidak masalah."
"Oke! Apa sekarang saya boleh pulang?" Gita berdiri.
"Tunggu!" tahan Ardan. "Kamu tidak diperbolehkan pulang sebelum menandatangani surat ini," katanya sambil menyerahkan selembar kertas kepada Gita.
Selama Gita membaca dan menandatangani surat itu, Ardan berkata, "Sebelumnya kami mohon maaf karena telah menuduh kamu dan telah menyeret kamu ke dalam kasus ini."
"Sudah!" Setelah selesai menandatangi kertas tersebut, Gita langsung menghentakan pulpennya ke atas meja. "Setelah kasus ini selesai, jangan sampai bapak membawa saya ke dalam masalah lagi! Permisi!"
Gita segera melangkahkan kakinya dari tempat yang menurutnya itu like a hell.
Entah sudah keberapa kalinya dia terseret dalam kasus yang sama sekali bukan perbuatannya. Entah tuduhan atau berbagai kasus lain terus-menerus menimpa dirinya.
"Kalo aku jahat nih, pasti aku sudah mengajukan surat gugatan untuk polisi nyolot itu!"
Dia menggentakkan kakinya ke permukaan bumi dengan segenap tenangnya. "ARGHH!! KESEL! KESEL! KESEL!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ISSUES
Storie d'amore"Mereka bilang cinta bisa dimulai dalam 0,2 detik. Yang aku butuhkan adalah 0,2 detik untuk jatuh cinta. Ini disebut cinta pada pandangan pertama. Makanya aku akan mengaku bahwa aku mencintaimu. Bahwa kau adalah hadiah, cinta, dan takdirku." -Noh Ji...