Salah tingkah

109 33 3
                                    

Byurr!
Air yang dipenuhi sampah mengguyur badan Lusi hingga kuyup. Bau busuk menyeruak ke hidung. Ia terpaku dengan keadaan kacaunya.

Deru langkah kaki si penyiram itu melangkah pergi. Saat itulah Lusi segera tersadar, ia membuka pintu toilet hingga membantingnya keras.

"Hei, tunggu!" Lusi mengejar. Meski sedikit kesulitan sebab sepatunya basah namun, ia terus berlari dan,

Buk!
Ia jatuh terpeleset.

"Uukh," Lusi merintih. Ia tak lagi melihat sosok misterius itu. Seseorang itu menghilang tanpa adanya saksi yang melihat. Tetapi Lusi sempat melihat dan mengingat sepatu yang dikenakan sosok itu, warnanya biru cerah dan terlihat baru. Ia juga mengingat jaket hitam yang digunakan sosok itu untuk menutupi diri.

Perlahan Lusi mencoba berdiri. Ia mendekati cermin dan melihat keadaan kacaunya. Seragamnya basah sehingga membuatnnya terlihat begitu kotor, rambutnya juga lepek, kulit putihnya sampai terlihat kecokelatan terkena air kotor. Lusi menggelengkan kepala seolah tak percaya hal seperti ini menimpa dirinya.

Seseorang datang dan hampir menjerit begitu menatap Lusi, sedetik kemudian ia memberikan tatapan aneh padanya. Seseorang itu menutupi hidungya dan menggerutu tak jelas namun, Lusi mengabaikannya.

Lusi membasuh wajah dan tangannya kemudian berjalan menuju kelas.

Di lorong kelas banyak murid yang mencibir Lusi dan memandangnya jijik.

"Ih! Jorok banget sih!"

"Busuk!"

"Jijik banget, deh!"

"Risi gue!"

"Caper banget jadi orang!"

"Pengen populer nggak segitunya kali!"

Telinga Lusi sampai berdengung mendengar cibiran kasar mereka. Langkah kakinya terus terpacu diiringi hujatan mereka di sekitarnya, itu berlaku sampai ia memasuki kelas.

"Lusi?!" pekik si ketua kelas. Matanya sampai melotot melihat Lusi.

Lusi berdiri di depan kelas dan mengedarkan pandangan hingga ke setiap sudut kelas. Hanya sedikit murid yang berada di dalam kelas, hampir separuhnya.

Sepatu biru itu! Dia nggak ada di sini, pikir Lusi.

Seluruh teman-temannya memandangnya aneh. Ada beberapa yang bertanya. Ada pula yang mencibir.

Kesal dengan keadaannya Lusi beranjak mendekati tas sekolahnya, ia berlari sampai ke gerbang sekolah.

"Hah! Hah!" Lusi terengah. Ia menghentikan larinya.

Lusi berbalik untuk melihat sekolahnya. Menatapnya nanar.

Beberapa detik kemudian Lusi berbalik dan kembali berlari menuju rumahnya.

***

Selesai membersihkan badan, Lusi segera berganti pakaian dan menuju dapur. Ia membuka lemari es lalu mengambil satu botol minuman.

Dibukanya tutup botol itu dan meneguk isinya hingga habis,
"Siapa? Siapa yang tega perlakuin gue kayak gitu?" ujar Lusi Lirih. Ia menundukkan kepala.

Cklek!
Suara pintu terbuka.

Lusi tercekat,
"Itu tante?" jantungnya berdebar karena kaget.

"Lusi?" Siska memanggil. Terdengar langkah sepatunya semakin mendekat.

Lusi segera menghampiri.

Siska menatapnya bingung, tapi ada sedikit raut lega menghiasi wajahnya.

"Kenapa, Kak?"

"Syukur, deh. Kirain rumahnya dibobol maling soalnya pintunya nggak dikunci. Ternyata lo udah pulang," tutur Siska.

I Choose You![COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang