Masih ingat

111 35 2
                                    

Lusi masih menatap punggung Zen yang kian menjauh,
"Kayak ada yang aneh," Lusi berujar, buru-buru ia membuka kunci layar ponselnya. Begitu membukanya matanya membulat, bibirnya terbuka lebar, Lusi terkejut dengan apa yang dilihatnya di ponsel itu. Tak disangka, Zen memotret dirinya saat tidur, terlebih dalam foto itu Zen terlihat hampir mencium kening Lusi.

Lusi menautkan alis,
"Dasar, Bad boy! " umpatnya kesal.

"Kenapa, Lu?" Rere penasaran. Ia mendekat kemudian tertawa renyah, "tapi itu lucu loh," Rere berpendapat.

Kring! Kring!
Bel tanda masuk berdering.

Lusi dan Rere bergegas menuju kelas. Sesekali Lusi menghentakkan kaki untuk melampiaskan kekesalannya.

Sesampainya di depan kelas, Lusi melihat Zen dari kejauhan, lelaki itu melambaikan tangan padanya. Karena kesal Lusi membalasnya dengan kepalan tangan, ingin sekali ia meninju lelaki itu sampai puas.

Dari kejauhan Zen meneriakinya,
"Cute girl! "

Lusi memutar bola mata jengah lalu melangkah masuk ke dalam kelas.

***

Malam hari sekitar pukul 21.00, Lusi baru selesai belajar. Ia memasukkan bukunya ke dalam tas. Aktivitasnya terhenti begitu ponsel canggihnya bergetar.

Tangan Lusi meraih ponsel dan membaca chat masuk tersebut,
"Hai, Lu-ser?" Lusi menautkan alis. Kemudian tersenyum jail, "elo maling, kan?" Lusi berucap, jemarinya sibuk mengetik layar ponselnya.

Sesaat kemudian ia mendapat balasan.

Lusi melihat balasan Zen dan terperanggah begitu melihat foto yang dikirim olehnya,
"Nyebelin banget, sih!" Lusi mengepalkan tangan di layar ponselnya seakan ingin meninju Zen di seberang sana.

***

Keesokkan harinya di cuaca yang hangat disertai embusan angin lirih tepatnya pukul 10.07, Lusi berjalan dengan langkah cepatnya melewati koridor sekolah. Di sana sudah dipenuhi oleh beberapa murid lainnya yang berlalu-lalang melewati koridor itu. Kali ini ia berjalan sendirian, sebab Rere tak masuk sekolah. Meskipun ia seorang diri Lusi tidak mengurungkan niatnya untuk menemui Zen.

Langkahnya terhenti begitu melihat Zen keluar dari sebuah kelas, lelaki berpostur tinggi itu berjalan ke arahnya sambil menatap layar ponsel. Sepertinya ia tak tahu jika sedang diamati Lusi dari kejauhan.

"Oke. Gue bakalan hapus foto jelek itu pake tangan gue sendiri," ujarnya pada diri sendiri. Dengan sabar ia menunggu Zen melewatinya.

Zen berjalan sambil terus melihat ponselnya sampai ia melewati Lusi.

Syut!
Ponselnya disahut Lusi.

Zen menatap Lusi dengan raut tanpa ekspresi seakan tiada beban,
"Kenapa? Elo kangen sama gue?" Zen tersenyum simpul.

"Enggak!" tukas Lusi ketus. Ia membuka kunci layar ponsel Zen. Dan benar saja, tepat seperti dugaanya, Zen juga menjadikan foto itu sebagai Wallpaper ponselnya. Menyebalkan.

Begitu Lusi lengah beberapa detik, dengan cepat Zen mengambil kembali ponselnya.

"Ini hape gue, Lu-ser," ujar Zen seraya melangkah pergi.

"Tunggu!" Lusi menarik baju seragam Zen, "hapus dulu fotonya!" ucap Lusi.

"Nggak bisa. Itu foto gue," Zen menimpali. Ia terus berjalan tanpa memperdulikan Lusi di belakangnya.

"Tapi ada foto gue juga. Hapus nggak?!"

"Enggak!" jawab Zen singkat. Tiba-tiba Zen berhenti. Ia melihat Fero di depan kelasnya.

I Choose You![COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang