Drrt! Drrrrrrt!
Ponsel Lusi kembali bergetar. Ini sudah yang ke lima belas kali, dan itu berhasil membuatnya berdecak kesal. Lusi memutuskan mengambil ponselnya, ia meletakkannya di meja belajar.Sungguh, Lusi merasa terganggu padahal ia masih sibuk memikirkan datang atau tidaknya ia ke rumah Fero.
Lusi menatap layar ponselnya dengan alis bertaut, "Dasar maling!" Lusi memaki. Ia menggeser tanda hijau di layar ponselnya.
"Apa?!"
Aw! Telinga gue.
Zen mengeluh dari seberang sana.Lusi memutar bola mata jengah, "Ngapain sih gangguin mulu?"
Terdengar suara tawa Zen di telinga Lusi. Hal itu membuatnya semakin kesal.
Makanya kalau gue chat dibales dong.
Zen masih terkekeh.Lusi hanya bisa mengembuskan napasnya putus asa, "To the point aja. Lo mau ngomong apa?"
Miss you.
Lusi tersentak, tanpa sadar ia menjauhkan ponselnya dari telinga, menatap layar ponsel itu dengan tatapan aneh lalu kembali menempelkannya ke telinga,"Sakit ya?"
Zen terkekeh.
I miss you.
"Sinting!"
Karena kesal Lusi mematikan panggilannya. Jujur saja, Lusi memang kesal, tapi mendapat telepon dari Zen malah membuat wajahnya memerah karena tingkat kekesalannya semakin meningkat.
Drrt! Drrt!
Benda canggih itu bergetar di tangan Lusi.Lusi menatapnya jengkel. Ia menjawabnya lagi dan langsung menyemburnya, "Apa?! Kalo nggak penting nggak usah nelpon gue! Atau lo mau gue blokir?!"
Oi cute-nya!
Zen terkekeh.Oke. Gue minta maaf, gue bercanda tadi.
"Lo mau ngomong apa?" tanya Lusi to the point.
Keluar sama gue mau nggak?
Zen menanggapi."Enggak," Lusi menolak.
Beneran? Nanti nyesel loh.
"Dih!"
Padahal gue mau ngajak lo beli kado buat Fero. Tapi kayaknya lo udah tahu mau ngado apa.
Mata Lusi membulat. Ia baru teringat sekarang, dalam hal ini memang hanya Zen yang bisa membantunya, "Gue-" ia hampir kelepasan, refleks Lusi menutup mulut, "oke, kalo lo maksa, gue mau ikut," Lusi meralat ucapannya, dan itu terdengar seolah dirinya terpaksa menuruti Zen.
Lagi-lagi Zen terkekeh.
Gue jemput lo jam berapa? Nanti malem juga boleh.
"Hari ini?!" Lusi terkejut.
Emang mau kapan? Besok gue nggak ada waktu.
Lusi tampak berpikir. Ia melirik jam berukuran kecil di sampingnya, masih menunjukkan pukul 15.10.
"Lo jemput gue satu jam dari sekarang bisa?" Lusi bertanya.
Bisa.
***
Lusi turun dari motor Zen dengan mata membulat. Bagaimana tidak? Zen menghentikan motor besarnya di depan supermarket? Yang benar saja. Kali ini Lusi menatapnya aneh.
"Kita masuk ke sana?" Lusi bertanya, telunjuknya mengarah ke pintu supermarket yang terbuka.
Zen turun dari motor lalu mengangguk dengan seulas senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose You![COMPLETED]
Teen FictionSemuanya berawal dari sikap menyebalkan seorang Zen. Bagi Lusi, dia tak lebih dari seorang cowok yang sangat menyebalkan. Lusi memang tak mengenalnya, tapi Lusi tetap merasa terganggu dengan keberadaannya. Tapi setelah tahu sesuatu dari lelaki itu...