Sebuah mobil berwarna hitam melaju kencang di jalan tol, menerjang derasnya hujan di pagi hari. Di dalam mobil itu ada Lusi, Siska, dan yang lainnya. Mobil itu cukup untuk ditumpangi sampai delapan orang namun, mereka hanya tujuh orang dan itu membuat mereka lebih leluasa sebab tak harus bersempit-sempitan.
Rei sendiri yang mengemudi mobil milik Zoey, sesekali mereka dibuat kesal olehnya sebab berulang kali ia bernyanyi dengan cemprengnya tanpa rasa malu, suara melengkingnya itu sungguh mengganggu telinga mereka, parahnya lagi Rei tak akan berhenti bernyanyi jika Siska belum menoyor kepalanya.
Semua orang kelihatan seneng banget, batin Lusi kesal.
Pantas jika ia kesal saat ini, sebab gadis itu sedang duduk bersebelahan dengan Santi. Nyebelin, dia itu palsu, sedari tadi hanya itu yang di pikirkannya.
"Mau minum?" Santi menawari Lusi yang sedari tadi hanya melihat ke kaca mobil.
Yang ditawari hanya menggeleng pelan, malas untuk meladeni.
Lusi melihat pemandangan dari luar, ia mencoba menghibur diri dengan cara itu, tapi sayangnya itu tak mempan lagi sebab sedari tadi Santi menunjukkan sikap perhatian padanya, membuat Lusi tak suka dengan sikapnnya.
Entah menawari cemilan, menawari minum, memberi bantal dan lain sebagainya, sangat palsu. Sikap Santi yang seperti itu malah semakin membuat Lusi tak suka dengan keberadaannya.
Ditambah lagi dengan keberadaan Zen yang saat ini sedang duduk di kursi di belakangnya. Ya benar, Zen memang ikut dalam liburannya kali ini sebab ia adalah adik dari Zoey. Jujur saja Lusi tadinya sempat kaget dan tak percaya namun, bukan itu permasalahannya, masalahnya ialah bagaimana kalau Zen akan terus mengganggunya? atau selalu berada di dekat Lusi saat Fero ada bersamanya. Dapat ia pastikan jika ia akan mengalami banyak kesulitan kali ini, entah itu dari Zen atau dari Santi. Rasanya ingin sekali ia berteriak untuk melegakan dadanya yang terasa sesak.
Suhu udara di dalam mobil terasa semakin sejuk, suasana yang tepat untuk tidur. Sayangnya saat ini Lusi sedang menahan rasa kantuknya itu, ia takut jika sampai ketiduran sebab ia akan malu jika ada kemungkinan ia mendengkur, mengigau atau hal memalukan lainnya. Tentu saja ia sampai seperti itu karena memang ada Fero yang juga duduk di belakangnya. Bagi Lusi ini adalah sebuah situasi yang tak menyenangkan.
***
"Lu?" bahu Lusi diguncang pelan.
Lusi yang sedang berada dalam mimpinya lantas terusik, ia membuka mata, menoleh ke samping dan tanpa sadar terjingkit ke belakang begitu melihat Santi yang masih memegangi bahunya.
"Kita udah sampai. Turun, yuk?" Santi tersenyum.
Karena tak suka, dengan gerakan natural ia menyingkirkan tangan Santi di bahunya, seolah sedang merenggangkan tubuh.
"Duluan aja, bentar lagi gue nyusul."
Santi mengangguk lalu beranjak pergi.
Lusi menatap punggungnya dengan tatapan tak suka, dia sangat tak nyaman melihat perilaku Santi padanya. Terlihat sekali jika ia sedang berpura-pura.
Lusi menoleh ke depan dan belakang, dia baru sadar jika semua orang sudah turun dari mobil, dan itu mengartikan selama di perjalanan tadi Lusi memang tertidur.
Lusi menepuk dahi, "Moga gue nggak ngigau tadi," tanpa sadar Lusi menutupi wajahnya, ia merasa malu.
Brak!
Terdengar suara jatuh dari luar.Lusi menoleh, ternyata itu suara koper Santi yang terlepas dari tangannya. Lusi menatapnya iri sebab Fero segera membantunya.
Bodo, ah! batin Lusi kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose You![COMPLETED]
Teen FictionSemuanya berawal dari sikap menyebalkan seorang Zen. Bagi Lusi, dia tak lebih dari seorang cowok yang sangat menyebalkan. Lusi memang tak mengenalnya, tapi Lusi tetap merasa terganggu dengan keberadaannya. Tapi setelah tahu sesuatu dari lelaki itu...