Menghindar

64 27 16
                                    

Malam ini hujan turun rintik-rintik, udara di sekitar jadi semakin dingin, langit pun tak memperlihatkan bintang sama sekali, membuatnya terlihat tak bercahaya seolah tak bahagia untuk menyambut pergantian tahun.

Waktu menunjukkan pukul 23.30. Lusi, Siska, Zoey, dan Rei masih berada di belakang vila, mereka sedang asik membakar jagung. Rei sesekali berjoget dengan aneh mengikuti alunan musik yang diputar, gerakannya memang terlihat kaku namun, mampu mengundang gelak tawa di antara mereka.

Lusi yang baru saja menyadari sesuatu lantas mengedarkan pandangan, ia mencari keberadaan Fero, sudah sejak sepuluh menit lalu ia tak melihat keberadaannya.

Dia kemana? Apa lagi sama Zen? batin Lusi.

Lusi berdiri dari kursi empuk berbentuk bulat yang sedari tadi ia duduki. Ia berjalan ke dalam vila, sesekali ia menoleh kanan dan kiri berharap menemukan keberadaan Fero. Sayangnya meski ia mencari sampai ruang depan hingga ke teras, ia tak juga menemukan lelaki itu.

Lusi berhenti berjalan, mencoba berpikir, "Mungkin aja Fero lagi di atap," Lusi menebak. Ia kembali berjalan menuju tangga, menaikinya satu per satu.

Saat berada di atas Lusi bisa mendengar suara Fero, terdengar ia sedang tertawa renyah, Lusi mengira Fero memang sedang bersama Zen. Ia mempercepat langkahnya namun, saat berada di dekat balkon, Lusi berhenti ia melihat Santi berada di sana. Gadis itu sedang melihat ke arahnya. Ternyata Lusi salah, Fero bersama Santi, perempuan yang membenci dirinya, membuat Lusi enggan mendekat meski sebenarnya ingin.

Seolah berusaha memanasi Lusi, Santi terus mengajak Fero bercanda, membuat keduanya bersama-sama tertawa lepas, Santi tersenyum penuh kemenangan menatap Lusi yang masih berdiri di ambang pintu.

"Fero?" Santi memanggil, ia masih menatap Lusi.

Fero berdehem pelan.

Santi mendekat dan memegang tangan Fero membuat lelaki itu menatapnya aneh sebab tiba-tiba memegang tangannya. Tapi Fero tak enak hati jika harus melepaskan diri.

"Gue boleh minta sesuatu sama lo?" Santi bertanya.

"Apa?" Fero menjawab.

"Untuk sekali ini aja, lo mau nggak nemenin tahun baru gue? Gue pengen menyambut tahun baru ini bareng lo. Jadi, gue mohon jangan tinggalin gue di sini sendirian," Santi menatap Fero lekat, menunggu Fero menjawabnya.

"Tapi gue-"

"Please, Fer. Cuma untuk beberapa detik aja, karena ada sesuatu juga yang pengen gue ucapin."

"San, gue harus-"

"Apa?" Santi memotong ucapannya, "apa Lusi lagi? Sepenting itukah dia dibandingkan dengan persahabatan kita?"

Merasa tak nyaman dengan keadaan ini, Lusi segera pergi, ia merasa sakit kala melihat keduanya tertawa bersama, ditambah dengan mendengar pertanyaan Santi pada Fero barusan. Sungguh, ia tak ingin tahu jawaban atas pertanyaan itu, karena jika jawaban itu jauh dari harapannya, pasti ia akan lebih tersakiti. Dengan tak sabaran Lusi menuruni tangga sampai membuatnya hampir tergelincir, untung saja dengan sigap Lusi berpegangan. Saat menuruni anak tangga terakhir, Lusi segera memelesat menuju teras, sesampainya di teras ia berhenti berlari, menatap ke luar melihat hujan yang tiba-tiba berhenti.

Perlahan Lusi kembali melangkah, ia berjalan hingga melewati halaman, badannya merinding merasakan dinginnya udara setelah hujan, ia mencium aroma tanah basah yang semerbak, Lusi menyempatkan diri untuk melirik lampu gantung yang membentuk bulat di dekat tiang, begitu indah untuk di letakkan di sana, dan terlalu sayang untuk diguyur hujan. Langkahnya terhenti di dekat kursi panjang yang berada di bawah pohon.

I Choose You![COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang