Byur!
Lusi tercebur ke dalam kolam.Untuk beberapa saat ia tenggelam sampai Zen berhasil menarik Lusi ke dalam pelukannya membuat kepalanya kembali bebas ke permukaan, "Uhuk, huk!" Lusi terbatuk-batuk, ia sampai menelan air kolam dan sekarang dadanya terasa sesak, kerongkongannya pun terasa tak nyaman.
"Lo nggakpapa?" Zen bertanya. Ia menyingkirkan rambut panjang Lusi yang menutupi wajahnya.
Lusi terbatuk lagi, "Lo sih, kan udah dibilangin, uhuk!" ia kesusahan bicara, "gue nggak bisa berenang, masih aja maksa!" ia menutupi hidungnya, hidungnya terasa mampet.
"Sorry," Zen meminta maaf.
Lusi melihat ke sekeliling sambil terbatuk-batu, ia mengusap wajahnya, kini ia menyadari semua orang menatapnya.
Ia kembali menatap Zen, dan segera sadar jika ia berada dipelukannya, kontan ia mendorong dada bidang Zen, ia meronta.
"Ngapain peluk-peluk gue!"
"Mau dilepasin biar tenggelam lagi?" Zen berujar, ia menatap Lusi teduh.
Iya juga! Lusi membenarkan.
"Yaudah sekarang bantuin gue naik," Lusi meminta.
"Kalo gue nggak mau gimana?"
"Ih, rese!" Lusi melirik Fero yang sedang memandanginya, lelaki itu mencoba mendekat. "Buruan, Fero lagi ke sini. Malu kan, gue."
Zen menoleh, "Emang kenapa? Gue cuma bantuin kok."
Sekali lagi Lusi memukul dada Zen, "Cepet nggak!"
Zen menurutinya dengan ogah-ogahan. Perlahan ia menaikkan Lusi, "Puas?" ia berenang menjauh.
Fero yang baru tiba di depan Lusi segera bertanya, "Lo nggakpapa?"
"Nggakpapa," Lusi menggeleng.
"Lo nggak bisa renang?"
Lusi mengangguk.
"Mau gue ajarin?" Fero mengulurkan tangan.
Lusi menatap tangan Fero ragu, "Gue nggak bisa, gue takut, Fer."
"Nggakpapa. Ada gue kok," ia meraih tangan Lusi.
Lusi masih ragu, tapi mencoba menuruti Fero. Perlahan ia menceburkan diri ke kolam, sedikit pun ia tak pernah melepaskan tangan Fero.
Untuk beberapa saat Lusi belajar berenang bersama Fero, ia merasa sangat senang sampai melupakan keberadaan Santi, Rei, dan Zen yang juga di sekitarnya, hal itu bisa dilihat dari senyumnya yang tak pernah pudar. Sesekali Lusi bersorak gembira karena mulai bisa berenang walau sedikit. Tetapi kebahagiaannya itu membuat Santi merasa iri, ia bergegas keluar dari kolam guna meninggalkan yang lain, lebih tepatnya meninggalkan Fero bersama Lusi.
Sementara Zen yang melihat itu hanya bisa menatap sayu.
Akhirnya lo bisa deket juga sama Fero, batin Zen.
Ia menepi untuk duduk di pinggiran kolam, Rei mengekor di belakangnya.
"Woi, balapan lagi sini sama gue! " tantang Rei percaya diri.
Zen mendengus, "Nggak ah, ntar Kakak kalah lagi," Zen mencibir.
"Songong lo, ya! Tadi itu gue belum siap makanya kalah, gue sekarang udah siap. Ayo tanding ulang!"
Zen terkekeh, "Ya deh, terserah."
Rei tersenyum lebar, lalu menaiki kolam dan bersiap.
"Hitung bareng-bareng," Zen mengingatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose You![COMPLETED]
Teen FictionSemuanya berawal dari sikap menyebalkan seorang Zen. Bagi Lusi, dia tak lebih dari seorang cowok yang sangat menyebalkan. Lusi memang tak mengenalnya, tapi Lusi tetap merasa terganggu dengan keberadaannya. Tapi setelah tahu sesuatu dari lelaki itu...