Part 22: No Drama

17.9K 1.2K 22
                                    

Ntar sore mau bukber sama geng lama, biasanya baru sampe rumah nyaris midnight saking macetnya. So, daripada ga jadi up... sekarang aja deh up nya.

This part is dedicated to my routine commentator: skippy19 and @rochiefa, and for everyone else who continue to vote & supporting me. Thank you and happy reading :)

---

Don't want no drama ma
We pulled up in that ooh la la
And backed out in that oh my God
Don't want no drama ma

No Drama – Tinashe




ARIC POV

"Shit!" teriak Aric gusar di parkiran apartment Ira. Sudah terlalu malam untuk berkunjung, dan sebenarnya sore tadi ia sudah bilang tidak akan mampir ke tempat Ira. Tapi apa daya, pesan whatsapp Ira sore ini tidak bisa diacuhkannya begitu saja.

Ia membaca ulang pesan whatsapp Ira. Hanya 2 pesan namun berhasil membuat Aric panas dingin.

'Do you know that you often whisper Ayu's name in your sleep? Kamu ada hubungan apa sama Dia?'

Lantas pesan berikutnya

'Aku minta sama Ayu untuk menjauhi kamu and she said yes'

Aric berjalan cepat ke arah Apartment Ira. Ini seharusnya sudah selesai dari berbulan – bulan yang lalu, geramnya. Dengan tergesa ia memencet kunci apartment Ira sebelum akhirnya membanting pintu itu dan terkejut dengan pemandangan di depannya.

Disitu, di sofa apartment, Ira terduduk sambil menangis dan dipeluk erat oleh... Adrian? Mata Aric melebar, kaget oleh pandangan didepannya. Yang ditatap langsung melepaskan pelukan mereka. Ira menunduk menatap lantai apartment, sementara Adrian langsung berdiri menghampirinya sambil berucap "Ric, this is not what you think it is".

Aric menggeleng. Cukup! Sudah cukup drama hidupnya 1 bulan ini. Terlalu banyak hal yang terjadi dan membuatnya bingung.

Selama 1 bulan ini Ira mendadak menempel ketat padanya. Ira itu wanita karir, dia sibuk pake banget. Walaupun mereka bertemu nyaris setiap hari tapi pertemuan itu biasanya terjadi diatas jam 11 malam dan acapkali berujung pertemuan singkat penuh peluh diatas ranjang.

Tapi sudah sekitar satu bulan ini Ira mendadak punya waktu luang tak terbatas untuk Aric. Makan siang bersama, pulang kantor tepat waktu dan sudah ada di Apartment jam 7 malam, sungguh sangat tidak Ira sekali.

Bukannya Aric tidak senang, tapi sepertinya Ia dan Ira memang hanya cocok diatas ranjang. Waktu luang yang diberikan Ira lebih sering berujung pertengkaran dibanding obrolan santai namun bermutu seperti yang mereka miliki dulu sebelum menjadi sepasang kekasih. Ia merindukan Ira nya yang dulu, teman kecilnya.

Ayu juga menghindarinya habis – habisan. Semua telpon nya di reject, emailnya berbalik tidak berbalas, apalagi pesan – pesan whatsapp nya yang hanya bertanda centang satu. Ayu mengacuhkannya habis – habisan.

Aric hanya bisa menggeram gemas setiap kali melihat Ayu dijemput pria lain di depannya saat pulang kantor. Seminggu lalu ia hampir saja menghajar Reno saat memergoki Reno dan Ayu makan siang bersama padahal ternyata ada Adya bersama mereka, lalu beberapa hari lalu saat Ayu dijemput Alex Bali itu, dan Oliver... astaga Oliver. Tidak terhitung seringnya Aric memergoki mereka berdua berujung Oliver yang tersenyum penuh kemenangan dan Ayu yang tetap cuek kepadanya. Astaga!

Aric mengacak rambutnya frustasi, rambutnya sudah gondrong tidak berbentuk, sangat tidak Aric sekali. Biasanya ia lumayan perduli pada penampilannya, tapi kini gak lagi.

Dan ini, apalagi ini? Kenapa Adrian ada disini? Di apartment Ira? Memang Adrian adalah kakak tingkat Ira saat kuliah di Belanda dulu, tapi setahu Aric tidak ada hubungan apa – apa diantara mereka selain itu. Atau ada? Mata Aric memicing tajam, menatap tidak suka 2 insan di depannya. Ia tidak suka dibohongi, apalagi oleh orang yang dekat dengannya.

"Explain" ujar gue gusar, berusaha untuk tidak meledak.

"Kamu pulang aja Yan" ucap Ira pelan

"No, let's do this together" ucap Adrian. Cih.. belum diterangin aja gue udah bisa nebak kemana arah penjelasan mereka.

"Please..." mohon Ira ke Adrian "I need to have this conversation alone, with Aric"

Mungkin karena nada suaranya, atau karena air mata di wajah Ira, yang jelas Adrian akhirnya mengalah.

"Oke, aku pulang dulu. Call me" ucapnya ke Ira. Lantas ia menoleh menatapku.

"I'm sorry broe, I wish there's another way" ucapnya lelah "Loe tau dimana cari gue kalo loe ngerasa butuh menghajar gue abis ini", lalu dengan itu Adrian berlalu.

Bunyi pintu apartment ditutup menjadi tanda kalo Adrian sudah pergi.

Ira beranjak ke dapur.

"Tolong duduk dulu Ric, aku ambilin kamu minum" ucapnya.

Dia balik dengan 2 gelas air putih dingin dan 1 botol Jack, "Choose yourself" ucapnya.

"Explain, Ra" ucap gue tegas, mengacuhkan beragam tipe minuman yang disediain Ira buat gue.

Di depan gue Ira menarik nafas panjang sebelum akhirnya mengangkat wajahnya menatap gue. Wajahnya sudah penuh air mata, Ia lalu berkata pelan "I'm so sorry Ric...".

---

Ho..ho...ho... Kegep.. kegep... drama dehhh...

TBC, voments yak... minimal 20 votes di chap ini baru gue lanjut (ngulur waktu lagi banyak deadline, hehehe)

FORGET ME NOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang