Part 10: Sleep with me tonight

29.8K 1.4K 38
                                    

Hadehhh... ini mulmed Aric pas maksa anter Ayu pulang. Pijimana nolaknya bang.. itu muka tolong dikondisikan, sariawan adek langsung bang 😜

—-

But it's my fate
I need lips to devour
My nervous system is shut all right
I won't sleep unless you sleep with me tonight
Deep with me tonight

Sleep with me tonight – Enigma feat. Dido

Mereka sampai di tempat nobar 15 menit lebih lambat dari seharusnya.

Didalam theater, Pak Burhan, CEO PT. Buana Sejahtera berdiri di depan layar sambil menyampaikan pidato singkat tentang produk yang diluncurkan. Aric berjalan diam di depan Ayu dan mengambil kursi kosong pertama yang bisa ditemukannya, pas banget tinggal kosong 2 kursi.

"Dari mana aja loe, berduaan sama anak gue?" tegur Pak Seto dari belakang kami. 

"Ngurusin berkas Narnia buat pitching besok" jawab Aric cuek. "Loe lupa ngasih gue tadi" lanjutnya sambil menyebutkan nama project yang sedang berjalan.

"Oh iya ya?" tanya Pak Seto sambil terkekeh.


AYU POV

Tidak lama lampu bioskop pun mati, iklan produk PT. Buana Sejahtera yang baru launching terpampang di layar bioskop, iklan buatan kami, buah pikiran team Aric. Harus kuakui, iklannya bagus. Aric ngambil sudut pandang beda cuma buat nyeritain sekeping biskuit.

Baru saja aku mau bilang ke Aric kalau karyanya bagus aku merasa tangan Aric menggenggam erat tanganku di pegangan kursi bioskop. Aku menegang. Otomatis menoleh ke kanan dan kiri takut ketahuan yang lain, tapi tentu saja gak ada seorangpun yang sadar. Semua mata menoleh ke depan, film sudah dimulai.

Aku hendak menoleh ke arah Aric saat kurasakan pipiku dikecup lembut. Astaga.

"Diem, jangan gerak – gerak heboh kalau gak mau ketahuan yang lain" bisik Aric ditelingaku. Lalu ciumannya turun ke leherku. OMG! This is going to be a looonnggg movie.

---

Aku mencuci tangan di toilet. Gak ada yang bisa kuingat dari film tadi. Padahal itu film baru dan lagi jadi box office di U.S tapi aku ga bisa inget apapun dari film berdurasi 2 jam tersebut.

Yang bisa kuingat hanya hangat nafas Aric di leherku, bibirnya yang menyusuri setiap sudut wajahku, dan sentuhannya di pahaku.

Sebut aku murahan, memang. Memang itulah aku. Sejak bertekad menjarah hati setiap laki – laki aku benar – benar melakukannya. Itu bukan sekadar tekad belaka. Aku benar  - benar menjarah hati setiap laki – laki yang kurasa brengsek seperti Ayahku dan lantas menghancurkannya berkeping – keping. 

Semua, dan jumlahnya tidak sedikit. Memangnya dengan alasan apalagi aku rutin menyambangi berbagai klub malam setiap minggunya? Tentu saja untuk melaksanakan tekadku.

Tapi Aric, Ia berbeda. Hanya dia satu – satunya pria yang langsung pingsan setelah pertama kali menciumku. Pria lain biasanya akan mencoba menggiringku ke atas ranjang, yang tidak pernah membuahkan hasil sebelumnya.

Aric bahkan sama sekali tidak mengingat pertemuan pertama kami tersebut. Sejak bertemu kembali di Resolve satu bulan lalu pun, ia memperlakukanku dengan sopan. Kecuali kelakuan anehnya akhir – akhir ini sih.

Aku tahu ia player. Demi Tuhan aku pertama kali bertemu dengannya di dalam klub, dalam keadaan mabuk berat. Gak ada pria baik – baik yang main ke klub. Tapi masalahnya lagi, Ia masih terhitung bos ku. Dan aku pantang mengencani bosku sendiri, apalagi sampai bermain – main dengannya. Alaric terlarang untukku.

Aku tidak mau menjadi seperti tante Ardina, yang bermain - main dengan bosnya, Ayahku, dan merebutnya dari keluarganya. Pelakor, I can never be such bitch. I will never take anything that is not mine from the first place.

Aku keluar dari bioskop setelah berpamitan dengan semua rekan – rekanku dan bersiap memesan taksi online. Ponselku berdering, nama Devan berpendar di layar.

"Ya Van" jawabku

"Fable yuk, gue lagi off nih" ajaknya

Aku melihat jam, masih jam 6. Devan memang selalu menghabiskan waktu liburnya di klub lain, kalau aku tanya pasti dia akan jawab 'lagi studi banding'. Bah, studi banding my ass. Ya kali ada studi banding antar klub malam. Eh apa ada ya?

Aku masih menimbang ketika Devan berkata lagi "Ini Jumat Yu, besok loe libur kalee"

Aku mendesah, gak bisa berkelit.

"Ya udah, ketemu di sana ya Van, gue balik apartment dulu" lanjutku. Masih cukup waktu untuk bersih – bersih dan ganti kostum. Baju kerjaku sama sekali ga bisa dipake masuk klub, kelebihan bahan.

"Oke" jawabnya.

Setelah menutup panggilan dan membuka aplikasi taksi online entah mengapa aku merasa ada yang memperhatikanku. Aku menoleh. Di pojok lobby mall berdiri Aric, menatapku sambil merokok. Ia menyandar di pilar.

"Hai" ucapnya saat tau kalo aku menyadari keberadaannya. "Aku anter?" tawarnya.

"Gak usah Pak, eh... mas" ralatku saat menyadari ia berjengit. "Saya pake taksi online saja" lanjutku.

"Sama aku aja" ucapnya lagi sambil menghampiriku. Menginjak rokok kreteknya yang masih setengah. "Tuh, mobilnya udah dateng, yuk" ajaknya sambil menarik lenganku. Membuatku mau tak mau menghampiri Evoque nya yang baru masuk areal valet.

Kami berkendara dalam diam. Sudah 15 menit berjalan dan aku mulai bingung saat menyadari Aric tidak sekalipun menanyakan alamatku. Aku celingukan menatap sekeliling, kami masih ada di sekitar SCBD. Aric mengarahkan mobilnya ke arah Senayan.

"Mas, apartemenku di daerah Permata Hijau" ucapku tanpa ditanya.

"I'm planning to take you somewhere else Yu" ucapnya "If you let me"

"Hah?" tanyaku bingung "Maksudnya?"

Aric mendesah, ia tampak bimbang. Ia menatapku lekat dan berkata "Would you sleep with me tonight Yu? I really want You".

Oh shit!

---

Ho... ho... ho... See you next weekend guyss... yang sabar yess, orang sabar disayang author :)

Vote & Comment nya ditungguin terus gak pake bosen :)

FORGET ME NOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang