Part 11: Thinking about you

27.7K 1.4K 22
                                    


I've been working later, I've been drinking stronger
I've been smoking deeper but the memories won't stop
I can't stop thinking 'bout you
I can't get high, I can't get by, I can't get through
I can't stop thinking 'bout you

Thinking about you – Dua lipa



Fable malam ini luar biasa ramainya, selain karena weekend, juga karena malam ini pas lagi Ladies night. Entah bagaimana caranya, tapi Devan selalu bisa memilih waktu 'studi banding'nya saat ladies night.

Aku duduk di sofa VIP. Teman – teman Devan yang akhirnya juga menjadi teman – temanku sudah berkumpul di sana. Alexei, si lawyer yang playboy, Dira, produser film yang blak – blakan, Luca, sang akuntan yang serius dan Josh, Pak Dokter yang gaul. Walau berasal dari berbagai profesi namun kami semua saling mengerti satu sama lain sampai terkadang aku merasa seperti sudah mengenal mereka dari dulu.

"Tumben lengkap nih" ucap Josh sambil minum. Josh ini suaminya Dira, mereka udah married sejak lulus SMU karena MBA. Walau dunia mereka dan juga gaya mereka bertolak belakang tapi sumpah mereka cocok banget dan keliatan jelas saling mencintai satu sama lain. Bikin aku terkadang iri berat sama mereka.

Aku menatap botol – botol minuman diatas meja. Vodka, Whisky, Jack D, teman – temanku suka minuman yang 'murni' sedangkan aku lebih suka menyesap cocktail macam cosmopolitan, margarita, atau martini. Aku menyesap martini ku perlahan, pikiranku melayang ke kejadian beberapa jam yang lalu.

---

"Would you sleep with me tonight Yu? I really want You" ucapnya.

Aku menatap ke arah Aric tidak percaya. "What?" sentakku, nada suaraku meninggi.

"Yu, tolong jawab aku, there's something between us right?" tanyanya lagi. "Gak mungkin kamu gak punya rasa yang sama kayak apa yang aku rasa ke kamu", suaranya menuntut.

Aku menatapnya frustasi. Aku tidak suka diserang oleh kenyataan, apalagi jika kenyataan itu benar.

"Pak Aric" jawabku formal. "Rasa apa yang sebenernya bapak maksud? nafsu? suka? cinta? Kasih tau saya rasa apa yang bapak maksud? Even if there is something, so what?" tantangku. "Itu gak buat bapak punya hak buat meniduri saya, memang bapak kira saya perempuan apa?" teriakku lagi.

Aku menatapnya tajam, lupa pada kenyataan bahwa kami sudah lebih akrab dan tidak perlu panggilan formalitas 'Bapak' untuk berkomunikasi.

"Yu.." panggilnya.

Ia tampak gelisah dan tidak nyaman. Mungkin ia tidak biasa ditolak. Syukurin deh tuh, loe pikir gue cewek gampangan, pikirku dalam hati.

"I'm sorry Yu. Maaf kalau kamu tersinggung. I just... want you. I want you badly. I wanna be with you tonight." lanjutnya.

"Well if you wanna f*ck me, then you have to marry me first" tantangku lagi.

Itu adalah kalimat tergila yang pernah aku ucapkan, kalimat yang seumur hidup tidak akan pernah aku ucapkan kepada siapapun kalau tidak sedang marah seperti ini. I know better than anyone else bahwa pernikahan tidak pernah ada dalam daftar perjalanan hidupku. Aku tidak percaya pada kata cinta, apalagi pada lembaga pernikahan yang mengatas namakan cinta.

Kulihat Aric tercenung di depanku.

Aku menatap kedepan, lampu lalu lintas masih merah, kami masih dalam posisi berhenti. Aku menarik napas dalam dan mengambil keputusan cepat.

"Do not come near me again Pak Aric, I warn you" ucapku sambil menatapnya tajam sebelum akhirnya membuka pintu mobil dan keluar dari Evoque putih Aric.

"AYU!" teriak Aric memanggilku.

Aku menyeberang dengan tergesa. Lampu lalu lintas yang tadinya merah telah berubah menjadi hijau. Aric tidak akan punya pilihan selain bergerak maju. Aku menghela napas panjang sekali lagi sebelum akhirnya naik ke mobil pertama yang melintas di depanku, sebuah bus kota, tanpa perduli kemana tujuan bus itu.

---

"Yu.... Ayu..."sebuah suara yang terasa jauh membuatku tersadar kalau aku masih ada di Fable. Ternyata Alexei.

"Eh iya Lex?" tanyaku sambil tersenyum. Kepalaku terasa ringan, kulirik botol di depanku, ternyata tanpa sadar aku sudah menghabiskan bergelas – gelas vodka selain gelas martini ku sendiri.

"Loe kenapa?" tanyanya. "Dari tadi kita ajak ngobrol loe cuman senyum. Sekalinya dipanggil malah gak nyahut sama sekali. Loe ada masalah Yu?" tanyanya lagi.

Kulihat temanku yang lain masih asik bercengkerama.

"Gue cuman lagi capek Lex, banyak deadline" elakku. "Turun Yuk" ajakku.

Alex langsung tertawa, "Pengalihan perhatian" jawabnya sambil terkekeh.

"Tapi gak papalah, kebetulan lagunya lagi enak. Inget Yu, kalo loe butuh cerita, kita ada disini buat loe, gue ada disini" lanjutnya sambil menatapku dalam.

Aku tersenyum, aku mengerti maksudnya. Alex sudah lama naksir aku. Rasa yang tidak pernah aku balas, aku bahkan tidak pernah memberinya harapan palsu. Ia temanku, aku tidak bisa menyakitinya walaupun ia juga seorang player.

Aku berdiri dan menarik tangan Alex, menariknya ke lantai dansa, I need distractions.

---

Yuhuuuu... apakah ada yang mau kasih bintang malam ini?

Note: Beberapa part sengaja dihapus untuk menghindari plagiator. Sudah dipilih sedemikian rupa sehingga part yang dihapus tidak akan mengganggu makna cerita.

If you love happy ending, please bear with me.
Thanks for supporting! 🙏🏻

FORGET ME NOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang