Part 30: Starved

20.3K 1.2K 13
                                    


Warning 21+, Read at your own Risk

Buat semua readers FMN yang udah dikentangin dari awal sampe sibuk komen 'hajarrrr' setiap saat, ya udah deh nih, hajar beneran. Anggap aja THR dari gue buat babang Aric *ngakak*. Yok bang, silahkan dilepas yess..

---

I didn't know that I was starving 'till I tasted you
Don't need no butterflies when you give me the whole damn zoo
By the way, by the way, you do things to my body
I didn't know that I was starving 'till I tasted you

Starving – Hailee Steinfeld



AYU POV

"Aku inget dimana pernah merasakan bibir aroma citrus dan mint ini" bisik Aric di telingaku.

"Beberapa bulan lalu, disini. Maaf aku lupa sama kamu, tapi aku gak akan pernah lupa rasa yang kamu tinggalkan", bisiknya lagi. Lidahnya menjelajah masuk ke telingaku, mengulumnya cepat.

Aku tidak berhasil menahan untuk tidak mendesah. Gosh!

Desahan kecilku tadi langsung diartikan cepat oleh Aric, tanpa membuang waktu ia menaruh kedua tangannya di pinggulku dan mengangkatku dari kursi bar, membuatku menjejak lantai dalam sekejap dan menarikku keluar Club. Sekilas aku mendengar suara Devan memanggilku, aku menoleh dan menggeleng samar, memintanya tidak menyusulku.

Aku juga gak ngerti kenapa aku melakukan itu, aku hanya mengikuti insting. Dan instingku memintaku untuk mengikuti Aric.

Aric menarikku cepat ke lantai atas, ya, ada hotel diatas Club ini.

Aku menatap diam waktu dia check in kamar dan menolak layanan antaran koper karena kami memang gak bawa koper apapun selain baju yang melekat di tubuh. Bajuku yang minim dan transparan sudah tertutupi dengan jaket Aric, menutup akses pria – pria berhidung belang yang hobi menatap lapar.

Aku bener – bener gak tau ada apa dengan diriku. Aku bukan perempuan baik – baik, satu – satunya yang baik di diriku adalah status segel ku yang masih utuh alias masih perawan. Tapi diluar itu, sebagai player sejati aku tahu pasti apa maksud Aric menarikku ke kamar hotel. I mean, come on, gak mungkin kan cuma buat ngobrol – ngobrol doang.

Tapi aku juga gak bisa menahan diriku untuk menolak seperti biasanya. Entah apa yang merasukiku, tapi tidak bertemu dengan Aric selama hampir seminggu ternyata berat untukku. Aku sudah terlalu terbiasa dengan keberadaannya di sekitarku. Dengan kelakuannya yang playful, dengan perhatiannya, dan bahkan dengan sifatnya yang agak posesif. Aku... rindu...

Aku seperti kerbau yang dicocok hidungnya, berjalan cepat mengikuti Aric, tangannya menggengam tanganku erat, seolah takut aku akan pergi.

Bunyi pintu yang berdebam di belakangku membuatku terperanjat kaget, aku membelalak, di depanku terbentang kamar yang cukup luas, Aric gak booking kamar standard ternyata.

"Mas.. aku..."

Belum sempat aku bicara, tubuh Aric sudah berdiri persis di depanku. Ia melepaskan jaketnya di tubuhku. Dengan satu tarikan kuat, jaket itu sudah teronggok di lantai, di bawah kakiku. Napasku tersekat.

"You should never wear this" geramnya sembari menatap ke arah baju bagian atasku yang transparan. Jari telunjuknya menyusuri bagian luar bra ku dibawah lapisan lace tipis bajuku. Aku bergetar.

FORGET ME NOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang