Re-publish on 14 Dec 2018
Halloooo...masih ada yang kangen sama babang Aric? Kalo saya masih *senyummanis*. Sorry baru sempet update ya guys, I'm attending a looonggg conference in Taipei dan agendanya padat merayap kayak jalur mudik. Rapet pokoknya. Just returned back yesterday, galau mau up FMN atau FDK dulu, tapi ternyata saiyah lebih kangen babang Aric. wkwkwk. Enjoy your reading :)
Hands on your body, I don't wanna waste no time
Feels like forever even if forever's tonight
Just lay with me, waste this night away with me
You're mine, I can't look away, I just gotta say
Mine - Bazzi
ARIC POV
Ayu bergerak gelisah di duduknya, matanya menatap kosong ke luar jendela mobil.
"You okay?" tanya gue.
Dia menoleh ke gue, lantas tersenyum singkat sebelum kembali menatap ke luar jendela.
Gue gak ngerti hubungan jenis apa yang dimiliki Ayu dengan kedua orang tuanya, dan bakalan susah banget ngebayanginnya secara keluarga gue luar biasa harmonis. Orang tua gue terlihat jelas saling mencintai dan walaupun mereka berdua sama – sama sibuk tapi mereka selalu punya waktu buat gue dan Arumi, adek gue.
Bokap gue CEO, dan walaupun gue gak tau pasti total asset keluarga gue, tapi gue cukup paham kalo asset keluarga gue gak sedikit. My Dad is very well known in this country. Nyokap gue, on the other hand, is an artist. Nyokap gue pelukis, darah seninya mengalir deras di gue dan Arumi. Gue hobi gambar dari kecil sementara Arumi bisa mainin beberapa instrumen musik.
Ayu tersentak kaget waktu mobil perusahaan bokap yang emang gue pake selama di Solo berhenti di depan sebuah gerbang besar. Gerbang itu langsung membuka begitu mobil yang gue tumpangi membunyikan klakson, dan apa yang ada di balik gerbang itu bikin gue ternganga.
Gue tau dari nyokap kalo nyokapnya Ayu keturunan bangsawan, darah biru, tapi sama sekali ga nyangka kalo rumahnya seluas ini. I mean, really really luas. Halamannya.. wow, what can I say? Mungkin anak-anak gue nanti bisa main bola di halaman rumah eyangnya. Gue tertawa dalam hati, yeah right.. lamaran gue aja belum tentu diterima nyokap dan eyangnya Ayu kok ya bisa-bisanya gue ge-er duluan.
"Den Ayu" sapa seorang pelayan saat kita keluar dari mobil.
Ayu hanya menganggukkan kepalanya sedikit, menggandeng tangan gue ke arah rumah. Diem-diem gue deg-deg an ngebayangin bakal ketemu sama keluarganya Ayu, terutama eyangnya Ayu. Biar gimana darah gue merah, bukan biru, dan setajir apapun bokap gue, gue ini masih karyawan biasa. Karyawannya bokap pula, bener-bener deh. I mean, gue gak pernah meragukan diri gue sendiri, tapi kalo loe ngalamin apa yang gue alamin sekarang, kalo loe liat segede apa rumah eyangnya Ayu, gue yakin elo bakal sejiper gue.
"Masayu" sapa seorang wanita cantik bergaun dari arah rumah, berjalan cepat ke arah kami.
"Ibu" sapa Ayu sambil menyalim ibunya.
"Laksmi" panggil nyokap gue dengan suara kencang, berjalan cepat menyerobot tangan gue yang hendak menyalim ibunya Ayu. Ya, nyokap gue berhasil mendesak ikut di menit-menit terakhir keberangkatan kami. Tanpa persiapan heboh, tanpa koper, karena awalnya ia hanya bersikeras mengantar ke bandara. Don't ask me how, karena gue juga ga yakin gimana semuanya terjadi, tapi satu hal yang pasti, kalo nyokap gue punya keinginan then udah pasti keinginan itu bakal terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGET ME NOT
ChickLit"Karena hati tidak akan pernah lupa" Warning 21+ Highest rank #3 in Romance (29 dec'18-2 Jan'19), #1 in chicklit (6&13 May'19), #1 in novel (14 May'19), #1 in playboy, #1 in novel dewasa (2 oct'19) ALARIC Gue ga pernah ngejar cewek. Never, my entire...