Part 23: Just Friends

18.5K 1.3K 39
                                    

Dengerin lagu di mulmed deh, sumpah enak bangeet... ebetewe, gue gak ngerti target vote yang gue minta di part sebelumnya udah tercapai apa belum, tapi part ini abis gue edit dan gue gak tahan untuk gak publish. So mumpung hari ini gue cuti dari kegilaan ibukota dan cuma duduk manis di coffee shop, kenapa gak di up aja dulu. Ya kali ada yang nungguin gue up kan *ngeringis*. Happy Reading Guys, You Rock!

---

You say you love me, I say you crazy
We're nothing more than friends
You're not my lover, more like a brother
I know you since we were like ten, yeah

Friends – Marshmello & Anne-Marie



ARIC POV

Pesawat gue touch down dengan mulus di Bandara Ngurah Rai. Gue melirik panerai gue sekilas, hampir jam 5 sore. Sial! Gue telat gila – gilaan.

Gue ini panitia outbound kantor, walaupun peserta acaranya baru pada datang besok, tapi ya panitia kan emang mestinya dateng duluan, secara gue kudu cek ini itu sebelumnya.

Gue jamin abis ini gue bakal disate sama si Seto. Mestinya gue naik pesawat yang sama bareng Dia, Ayu, Sarah dan Rania tadi pagi tapi apa daya, gue habis menghabiskan salah satu malam ter drama di hidup gue. Jiahhh males banget kan bahasa gue.

Flashback On

Semalam gue habiskan dengan penuh air mata bersama Ira. Ralat, lebih tepatnya Ira yang penuh air mata, gue sendiri gak ngerti mesti bereaksi gimana. Gue marah, kecewa, seneng, semua lah dicampur – campur. Ira nerangin sejujur – jujurnya tentang apa yang sebenernya terjadi antara dia dan Adrian (authors note: Karena ini lapaknya Aric & Ayu, so details ada di lapak Adrian & Ira di sebelah yess, judul bukunya 'Friends don't kiss", bisa tolong di add ke reading listnya, kakak :p)

Ira juga nerangin kenapa dia ngotot gak mau putus sama gue, alasannya terlalu sederhana tapi pasti gue juga akan melakukan hal yang sama. Jawabannya karena orang tua Ira. Well, dan orang tua gue juga. Ya, gue udah pernah bilang kan kalo nyokap kita temenan, dan kita udah tunangan pula. Kebayang aja ekspektasi mereka apa. Ira gak tega ngecewain nyokapnya kalo kita sampe putus dan batal tunangan, secara Ira itu anak tunggal.

So, Ira memulai hubungan terlarangnya dengan Adrian beberapa bulan lalu, sekitar sebulan sebelum gue ketemu sama Ayu. Semua dimulai secara tidak sengaja. Bullshit emang kedengerannya kalo ada hubungan terlarang yang diawali dengan ketidaksengajaan. But guys, it happens. Shit happens.

Well, sebenernya gue gak terlalu marah dengan semua yang udah terjadi, mungkin ini emang udah yang terbaik buat kita semua. Gue cuman menyesalkan kenapa kita gak bisa bicarain semuanya baik – baik sejak awal. Then maybe, semua drama ini gak perlu terjadi. Dan gue maupun Ira, dan bahkan Adrian, bisa ngerengkuh kebahagiaan kita sendiri sejak awal.

Tapi ya sudahlah, gue bahagia kalo Ira dan Ian bahagia. Biar gimana, mereka berdua sahabat gue sejak kecil, dan ada di tengah mereka berarti menghalangi kebahagiaan mereka dan juga kebahagiaan gue sendiri nantinya.

Gue meninggalkan apartment Ira subuh tadi dengan janji untuk menghadap orang tua gue & orang tua Ira bersama – sama segera setelah gue kembali dari Bali. Iya, semalam adalah pertama kalinya gue memutuskan untuk gak nginap di apartment Ira. Setelah tahu yang sebenarnya, entah mengapa menginap di apartment Ira dengan status kita yang sekarang udah mantan pacar terasa salah.

Gue membuka pintu apartment Ira dan langsung bertemu muka dengan Adrian yang ternyata belum pulang. Dia hanya duduk bersandar di depan pintu apartment Ira sejak tadi.

"Ric" ucapnya, wajahnya menatap gue pias. Dia bangkit berdiri.

Gue bertatapan dengan Adrian dalam diam. Dia tampak sekacau gue.

"Tell me why I shouldn't punch you" ucap gue geram. Gue mengerti penjelasan Ira. Tapi gue juga butuh penjelasan Adrian. He's my best friend for God sake, and he cheats with my girlfriend behind my back. That's not cool man.

"I love her, Ric. And all happens by accident. But you are my best friend. Bilang ke gue apa yang harus gue lakuin, dan akan gue turutin. Tapi tolong, jangan minta gue jauh dari Ira, atau dari elo, karena gue gak akan bisa" suaranya bergetar, Adrian menangis.

Seumur hidup gue gak pernah liat Adrian menangis. Dan tatapan Adrian saat itu, gue gak pernah ngeliat tatapan itu sebelumnya. Padahal gue ngerasa udah hafal Adrian luar dalam lengkap dengan semua reaksi yang dia punya, secara reaksinya paling standar karena dia yang paling kalem dari kita semua.

Dan dengan itu saja gue luluh. Hanya dengan sebuah tangisan seorang sahabat gue langsung luluh. Gue gak berkata apa – apa, langsung menubrukkan tubuh gue ke Adrian dan memeluknya. Pelukan antar sahabat yang mungkin terakhir kali kita lakukan saat SD waktu gue menang kejuaraan Tae Kwon Do, karena setelah itu terlalu awkward rasanya untuk 2 orang laki – laki dewasa saling berpelukan.

Gue gak perlu jawab pertanyaan dia lagi, my reaction speaks all.

"Take care of her for me, Yan." ucap gue, "Gue gak akan tinggal diam kalo Ira ngadu bahwa elo nyakitin dia.

"Thanks Ric" ucapnya sambil mengangguk. "I promise" ucapnya lagi, sebelum kemudian memencet password kunci apartment Ira dan menghilang dibaliknya.

Gue menatap pintu apartment Ira lama. So this is it. Even this is what I want, gue emang beneran pernah minta putus dari Ira, tapi kenapa rasanya tetap saja menyakitkan. Having a girl who choose your best friend over you feels... hurt.

Gue berjalan pulang dengan lunglai.

Gue baru sampe apartment gue jam 5 subuh dan langsung ketiduran di sofa ruang tamu.

Terbangun 6 jam kemudian, gue nyaris pingsan waktu sadar pesawat yang mestinya gue naikin ke Bali udah take off sejak 2 jam lalu.

Flashback off

Ngurah Rai Airport, Bali

Gue bergegas keluar dari airport, ngelirik lagi jam tangan Panerai gue dan mendesah putus asa, sumpah gue bakalan disate sama Seto begitu nyampe ke hotel, gak perduli gue ini anak owner sekalipun.

Begitu gue mengangkat kepala gue langsung bertatap muka dengan Ayu yang memasang wajah entah marah entah cemas begitu ngeliat gue, gue terkesiap. Kaget.

"Yu.." panggil gue gamang. Masih gak percaya yang ada di depan gue ini Masayu Kinanti. Orang yang sama yang udah nyuekin gue gila – gilaan sebulan terakhir.

Dia berjalan mendekat masih dengan tatapan aneh yang sama sebelum akhirnya menubruk gue dan memeluk gue erat. "Aku kira kamu kenapa – kenapa Mas Aric, kamu gak bisa dihubungin. Aku takut" ucapnya.

As-ta-ga! If this is a dream, please don't wake me up.

---

Eciyeee... babang Aric statusnya available nih sekarang bang? Udah bang jangan sama Ayu, sama gue ajee... *ngacung*, ayo yang pengen ikut daftar silahkan pencet bintang kecil dibawah :) *lalutersenyummanis*

FORGET ME NOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang