Kamu bodoh saat mengulang kesalahan yang sama, dan aku lebih bodoh lagi jika memaafkan orang seperti kamu.
***
Setiap manusia tidak selalu memiliki pendapat yang sama terhadap sesuatu hal. Mungkin dapat dikatakan nyaris selalu berbeda.
Seperti aku yang selalu memiliki pandangan yang berbeda dengan kamu. Kamu memilih menilai sesuatu dari hasilnya, sedangkan aku tidak. Aku memilih menilai sesuatu dari prosesnya.
Kamu memilih melihat sesuatu tidak hanya dari luar, tetapi pun dari dalamnya. Sedang aku? Aku memilih melihat sesuatu dari apa yang ia tunjukkan padaku. Apa pun itu. Sisi luar atau sisi dalamnya, aku tak perduli. Yang aku ingin lihat adalah apa yang sesuatu itu ingin tunjukkan padaku.
Kamu mendefinisikan sesuatu dari apa yang kamu lihat dalam satu kali dan satu titik pandang. Sedangkan aku mendefinisikan sesuatu dari beberapa titik pandang lainnya.
Seperti kamu yang mendefinisikan kebodohan adalah kegagalan. Dan aku yang mendefinisikan kebodohan adalah kegagalan yang sama dan berulang.
Kamu tidak aku katakan bodoh hanya karena melakukan sebuah kesalahan. Kamu bodoh karena mengulang kesalahan yang sama untuk kedua atau kesekian kalinya.
Tapi tahukah kamu, bahwa ada yang lebih bodoh dari kamu. Ya, aku. Aku akan benar-benar bodoh saat memaafkan kamu si orang bodoh yang dengan segannya melakukan kesalahan yang sama.
Kamu ingin tahu apa kesalahan berulangmu itu? Kamu ingin tahu apa kebodohanmu?
Menghilang.
- Fetch -
Dheo tiba di kampus lebih awal pada pukul 08.00, karena memang kelasnya baru akan dimulai setengah jam lagi.
Ia terburu-buru untuk ke kelas Qian karena ia yakin wanita itu tidak sempat sarapan saat datang ke kampus sepagi ini, apalagi Qian sempat memberitahunya bahwa ia harus berangkat sebelum jam delapan pagi. Dheo benar-benar tahu kebiasaan buruk Qian untuk tidak sarapan jika sudah seperti itu.
Karena terlalu terburu-buru, membuatnya tak sengaja saling bersenggolan dengan laki-laki yang tengah berjalan cepat pula dari arah yang berlawanan dengannya.
"Eh, sorry," ucap Dheo sambil sedikit menunduk.
Patra hanya bergumam sebagai balasan dari permintaan maaf Dheo, lalu kembali melanjutkan langkahnya pergi.
Dheo yang baru melihat wajahnya itu seperti merasa pernah melihat orang itu sebelumnya. Tapi, entah kapan dan dimana.
Saat Dheo baru ingin melangkah lagi, ia akhirnya sadar. Laki-laki itu, laki-laki brengsek yang pernah ia tahu beberapa tahun silam.
Dheo berbalik ke arah Patra berjalan pergi. Lalu, menatap ruang kelas yang mungkin baru ia tinggalkan. Ruang itu ruang kelas Qiandra.
Matanya memanas. Rahangnya mengeras. Ia mengepalkan tangannya kuat, hingga ruas kuku-kuku jarinya menancap dalam telapak tangannya. "Apapun rencana lo kali ini, gue gak bakalan biarin itu berhasil, brengsek".
Dheo lalu kembali ke tujuan awalnya hingga ia tiba di sini. Ia bergegas masuk ke dalam kelas lukis itu dan duduk di kursi yang tepat berada di depan meja lukis Qian.
KAMU SEDANG MEMBACA
FETCH [Completed]
RomanceMenghilang adalah keahlianmu. Keahlianmu tentu bukan keahlianku. Aku tak ahli menghilang. Aku juga tak ahli mencarimu. Alih-alih mencari, melihatmu saja sudah hampir di ujung garis nihil. Kamu adalah sosok yang terlalu misterius namun tak juga musta...