4. Hadiah untuk Pendatang

2.6K 232 26
                                    

Hadiah yang kuberikan itu termasuk yang paling baik untuk seorang yang datang kembali setelah pergi menghilang.

***

Pernahkah kalian kedatangan tetangga baru?Lantas, apakah pernah kalian datang berkunjung pada tetangga baru itu untuk memberikan semacam hadiah sebagai tanda selamat datang?

Mungkin tidak banyak orang menganggap hal itu penting karena memang tidaklah harus untuk dilakukan. Namun, di era sekarang ini masih ada lingkungan yang menerapkannya.

Tetapi, akan ada tetangga kalian yang akhirnya pergi atau pindah ke tempat lain, ke tempat yang baru.

Anehnya, ada juga yang pada akhirnya datang kembali ke rumah lama mereka. Rumah yang mereka tinggalkan dulu.

Mereka mungkin baru datang. Namun, bukan "baru datang" yang sebenarnya. Mereka adalah pendatang yang pernah pergi sebelumnya.

Tetangga baru yang pernah pergi lalu datang kembali itu tidak akan disambut sama seperti tetangga baru yang sesungguhnya, bukan?

Mereka tidak akan menerima hadiah yang sama.

Mungkin saja mereka menerima hadiah. Namun, bukan hadiah seperti yang mereka inginkan.

Perlu kamu ketahui. Kamu akan berkasus sama seperti tetangga yang pergi lalu kembali.

Karena kamu menghilang, lalu datang kembali semaumu, aku punya hadiah terbaik untukmu. Semoga saja kamu menyukainya, sama seperti aku menyukainya.

- Fetch -

"Selamat pagi, semuanya. Saya Patra Seftian, penanggung jawab kegiatan pameran lukis tahun ini. Salam kenal, dan semoga kita dapat bekerja sama," tutur laki-laki itu dengan ramah.

Qian terperangah. Ia benar-benar tidak memiliki satu kata pun di otaknya kini. Ia meneguk ludahnya kasar. Sorot matanya menajam. Keringat dingin bermunculan di pelipisnya. Ia mengatupkan kuat jari-jemari tangannya membentuk kepalan.

Meirlin memerhatikan seksama laki-laki itu, ia seperti mengingat pernah melihat sosok itu sebelumnya.

"Ah, manusia tembok !" Pekik Meirlin sambil menunjuk Patra.

Semua mahasiswa lainnya menatap ke arah Meirlin bingung.

Meirlin berjalan mendekat ke arah Patra. "Iya, lo manusia tembok yang berdiri di tengah jalan, terus menghalangi orang yang mau lewat. Udah bikin barang-barang gue jatoh, lo nya gak minta maaf bahkan bantuin barang-barang gue pun nggak. Lo kan?" Lanjut Meirlin dengan nada mulai meninggi. Ya, Meirlin kesal.

Patra menyatukan alisnya, menajamkan sorot matanya pada Meirlin. Ia membalik-balik kertas - yang Meirlin yakini - berisi nama-nama mahasiswa di kelas itu beserta foto-foto mereka.

Patra menatap Meirlin lagi. "Merlin Alvenita?"

"What? Lo bilang apa? Panggil gue apa?"

Patra melirik nama itu lagi berupaya memastikan. "Ya, nama kamu, Merlin Alvenita," ulangnya.

"APA?"

"MERLIN,"

Meirlin memukul meja kuat. Menghentikan Patra yang hendak menyebut namanya lagi, lalu menarik paksa kertas yang dipegang Patra tadi.

"Lo gak bisa baca? Buta? MEIRLIN !
M - E - I - R - L - I - N . MEIRLIN ALVENITA! Not MERLIN ! Jangan perkosa nama orang sembarangan ya, manusia tembok !" Bentak Meirlin sambil menunjuk-nunjuk namanya di kertas itu.

FETCH [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang