DHEO SPESIAL PART
Berhenti melakukan hal yang melelahkan : bersuara.
***
Banyak orang tak mengerti benar-benar apa itu meminta. Mereka mengira meminta itu hanya membuka telapak tangan. Nyatanya tidak seperti itu, tidak segampang itu. Meminta bukan hanya sebatas kamu mengulurkan dan membuka telapak tanganmu.
Meminta harus dimulai dengan pertanyaan. Karena meminta artinya menanya. Kita tidak bisa dikatakan meminta tanpa menanyakannya bukan? Ya. Itu karena meminta sama dengan menanya.
Jika aku memintamu untuk bersamaku, maka caraku memintanya adalah dengan bertanya.
"Apakah kamu bersedia bersamaku?" adalah salah satu contoh dari sekian banyaknya pertanyaanku padamu.
Namun, tahukah kamu betapa melelahkannya terus menyuarakan permintaan itu? Aku lelah !
Jangan bergerak ! Jangan bergerak ke mana pun. Karena aku sendiri yang akan berhenti melakukan hal bodoh nan melelahkan tersebut. Yang terpenting adalah mengunci seluruh bagian tubuhku yang dapat bersuara. Termasuk hatiku.
- Fetch -
Di saku celana, tidak ada. Di tas juga tidak ada. Meirlin yang tengah mencari-cari ponselnya itu pun sadar dan menepuk dahinya pelan. "Aduh dasar bego. Hp pake acara ketinggalan segala lagi. Efek bawa mobil pertama kali gini banget kali ya," ucap Meirlin pada dirinya sendiri.
Meirlin yang baru saja tiba di depan lobby rumah sakit Kartini itu pun berbalik arah, kembali ke parkiran mobil untuk mengambil ponselnya yang tertinggal.
Baru saja Meirlin akan sampai di parkiran, ia menghentikan langkahnya secara tiba-tiba. "Dheo?" gumamnya pelan.
Meirlin melangkah lagi mendekati Dheo yang berdiri sangat tegang di tempatnya. Bahkan Dheo mengepalkan tangannya kuat-kuat. Saat Meirlin telah berdiri tepat satu langkah di belakang sisi kanan Dheo, ia mengarahkan pandangannya ke arah pandangan Dheo.
Saat melihat pemandangan itu, Meirlin pun tercekat. Alasan Dheo terlihat begitu tegang, marah, bahkan hingga tak menyadari keberadaan Meirlin di dekatnya adalah Qian dan Patra.
“Will you be mine?”
Qiandra tak menjawab pertanyaan Patra. Namun, ia tersenyum penuh makna lalu dalam sepersekian detik, sebuah kecupan mendarat di pipi Patra. Patra mengerjap.
“I will," jawab Qian.
Patra tersenyum lalu mendekatkan wajahnya dengan Qian hingga mereka melakukannya, untuk pertama kalinya. Patra mengecup bibir Qian dengan penuh perasaan. Tidak lebih. Hanya sebuah kecupan yang dipertahankan cukup lama.
Sayang, ekspetasi tak kunjung berpihak padaku. Begitu pula realita yang tak pernah semanis itu padaku, batin Dheo.
Detik itu pula sebuah telapak tangan menghalangi pandangan mata Dheo. Dheo berbalik dan mendapati Meirlin berdiri di sampingnya sambil berusaha menutup matanya, tanpa menyentuhnya.
Tatapan mata Dheo berubah sayu seketika. Ia memaksakan seulas senyum yang membuatnya semakin terlihat rapuh di mata Meirlin.
"Ada hal yang gak perlu untuk lo lihat. Yang barusan itu salah satunya," ucap Meirlin sambil memberikan senyuman tulus kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FETCH [Completed]
RomanceMenghilang adalah keahlianmu. Keahlianmu tentu bukan keahlianku. Aku tak ahli menghilang. Aku juga tak ahli mencarimu. Alih-alih mencari, melihatmu saja sudah hampir di ujung garis nihil. Kamu adalah sosok yang terlalu misterius namun tak juga musta...