Birunya langit pun tahu betapa aku menjatuhkan hati ini padamu.
***
Semua orang tahu bahwa langit itu berawarna biru, sekalipun belum tentu seperti itu nyatanya. Orang-orang pun mengetahui bahwa langit berada di atas. Tapi pernahkah kalian berpikir sekali lagi tentang keberadaan langit itu?
Bumi yang kita tinggali ini sejatinya adalah bulat. Maka, bukankah langit ada di sekeliling garis lingkar bumi ini? Itu artinya, langit bukan hanya ada di atas. Namun, juga di samping, bahkan di bawah pijakan kaki kita. Sekalipun, kita hanya bisa melihat langit yang ada di atas kita.
Aku pernah melompat, dan langit di atasku tentu melihatnya. Aku pernah berputar-putar, dan langit di samping kiri-kananku melihatnya. Aku pernah berjalan, dan langit di bawahku melihatnya.
Luar biasanya adalah seluruh langit itu dapat melihatku saat aku jatuh.
Ya, sama seperti saat aku jatuh sejatuh-jatuhnya pada dirimu.
Dan tentang kamu. Sekalipun kamu berubah, langit yang melihatmu pun tetap sama. Ia tetap biru. Sungguh, aku mencoba menjadi seperti langit sebisaku. Ingin tetap membencimu. Semoga saja.
- Fetch -
Semua orang tengah sibuk dengan kuas masing-masing. Mereka menggoreskan tinta demi tinta ke arah-arah tertentu hingga menghasilkan sebuah lukisan yang indah, yang dapat dinikmati oleh sepasang bola mata yang melihatnya.
Selain itu, ada pula beberapa pria yang sedang mengangkat seraya memindahkan papan-papan lukis yang sudah jadi keluar dari ruang lukis itu. Entah, mungkin mereka memindahkannya ke aula tempat mereka akan memajang tiap-tiap lukisan yang mereka bawa itu.
Ada pula seorang wanita yang sibuk menjadi mandor pada sekumpulan pria yang memindahkan lukisan itu. Ia mengikat gulung rambutnya tinggi, pakaiannya sudah dipenuhi dengan corak tinta air tak beraturan. Wajahnya pun tak luput dari sedikit goresan tinta berwarna hijau.
"Q, yang ini finished," ujar Tio pada wanita tadi. Ya, dia Qiandra.
Qiandra lantas menghampiri Tio serta melihat hasil lukisan yang bertema Vintage itu. "Okay," seru Qian sambil mencontreng kolom vintage di kertas yang ia genggam sedari tadi.
"Tio, tolong langsung pindahin aja ke aula, biar entar tinggal disusun aja," ucap Qian lagi.
Qian melirik arloji di pergelangan tangan kirinya. Bahkan hari sudah hampir tepat pukul dua belas siang, laki-laki itu belum juga datang.
"Dia yang ngaku-ngakunya jadi penanggung jawab. Matahari udah di atas kepala gini belum muncul-muncul juga tuh orang," gerutu Qian sambil melanjutkan lukisannya yang tertunda-tunda karena mengurus lukisan-lukisan yang sudah harus dipindahkan ke aula.
"BULLSHIT !" Sentak Qian namun tetap hanya fokus pada papan lukisnya.
Semua teman-teman Qian sedikit terkejut, namun mereka mengerti kelakuan teman kelas mereka itu.
Qian menjadi tidak fokus menyelesaikan lukisan terakhirnya ini karena harus mengambil alih tugas Patra yang merupakan penanggung jawab kegiatan pameran mereka.
Sadar bahwa Tio sudah menganggur, Qian menyuruh Tio untuk mengambil alih tugas Patra yang sedari tadi ia handle itu. "Tio, urus ini dulu," suruh Qian lalu melemparkan kertas berisi daftar lukisan yang harus diletakkan di aula pada Tio.
KAMU SEDANG MEMBACA
FETCH [Completed]
RomanceMenghilang adalah keahlianmu. Keahlianmu tentu bukan keahlianku. Aku tak ahli menghilang. Aku juga tak ahli mencarimu. Alih-alih mencari, melihatmu saja sudah hampir di ujung garis nihil. Kamu adalah sosok yang terlalu misterius namun tak juga musta...