Setiap manusia akan bening seperti kaca, pada tempatnya.
***
Ada beberapa jenis kaca di dunia ini. Namun, dari sekian banyak jenis kaca-kaca itu, seluruhnya memiliki satu sifat yang sama. Bening.
Memang bening. Namun, dengan tingkat kebeningannya masing-masing. Dan yang paling sering dijumpai adalah kaca yang beningnya mampu menyaingi air.
Ya, andai aku dan kamu berdiri saling berhadapan, dengan sebuah kaca itu di antara kita. Aku dapat melihat dengan jelas bagaimana dirimu, bagaimana raut wajahmu, bagaimana tegapnya tubuhmu, bagaimana kamu menatapku. Begitu pun kamu dapat melihatku dengan jelas.
Setelah ku pikir-pikir lagi, kaca itu tak akan menyelesaikan masalah kita. Kamu tahu sendiri, bahwa aku memang melihatmu, kamu pun begitu terhadapku. Tetapi, aku tak tahu seperti apa dirimu, layaknya kamu yang tak tahu dengan pasti diriku.
Semua manusia di dunia ini, dapat berubah setiap saat. Pemikirannya, sifatnya, bahkan hatinya.
Lalu, bagaimana aku mampu mengantisipasi setiap perubahanmu jika aku saja tidak mampu melihat lebih dalam dari dirimu.
Kumohon, jadilah manusia kaca. Agar aku mampu melihat dirimu lebih lagi, dan mampu mengantisipasi setiap titik perubahanmu. Aku pun akan melakukannya. Aku rela menjadi begitu bening seperti kaca padamu.
Kamu tahu, aku memberanikan diri menjadi manusia kaca untukmu, agar kamu melihat bagaimana merindunya diriku padamu. Pula pernah aku memintamu untuk menjaga diri ini, dan satu bagian terpenting di dalamnya. Hatiku.
Jangan memecahkannya. Saat kaca hati ini kamu pecahkan, maka tak akan ada lagi hatiku untuk kau genggam.
Kalau pun, kamu memaksa menggenggamnya lagi, maka pecahan-pecahan itu pasti akan melukaimu.
- Fetch -
Sebuah suara pecahan barang pecah belah yang belum diketahui, berhasil mengejutkan Qian yang baru saja membuka pintu rumahnya. Ia segera berlari ke arah sumber suara yang sepertinya berasal dari arah dapur.
Qian membelalakkan matanya terkejut. "Mama !" Teriaknya.
Tania yang melihat anak satu-satunya itu sedang berlari ke arahnya ikut terkejut. "Qian, stop !" Ucap Tania sambil menjulurkan tangannya yang sedang memegang beling dari pecahan gelas, yang sengaja ia pecahkan tadi.
Qian menuruti permintaan mamanya itu. Ia berhenti melangkah mendekati Tania. "Mama tenang ya, Ma. Please, jangan gegabah, Ma."
"Qian nggak tau apa yang baru aja terjadi. Tapi, tolong jangan lakuin apa-apa, Ma. Tolong kita bicarain baik-baik," ucap Qian sambil menahan air matanya yang perlahan menggenang penuh di kelopak matanya.
Tania menjatuhkan potongan beling yang sedari tadi ia genggam itu. Tubuhnya bergetar hebat, hingga terduduk diantara kepingan-kepingan beling.
Qiandra membuang napas kasar, lalu dengan sigap mengumpulkan beling-beling itu untuk dibuangnya. Ia melihat Tania yang masih terduduk lemas, dengan tatapan kosong dan bahu yang terus terguncang hebat.
Setelah membersihkan pecahan-pecahan gelas itu, Qiandra membantu Tania berdiri seraya membawanya ke kamar.
Tania langsung berbaring dan masih dengan getaran di tubuhnya, ia menarik selimut dan memunggungi Qiandra yang ingin sekali meminta penjelasan darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FETCH [Completed]
RomansaMenghilang adalah keahlianmu. Keahlianmu tentu bukan keahlianku. Aku tak ahli menghilang. Aku juga tak ahli mencarimu. Alih-alih mencari, melihatmu saja sudah hampir di ujung garis nihil. Kamu adalah sosok yang terlalu misterius namun tak juga musta...