Karena aku hanyalah si pengemis cinta. Sedang kamu adalah sang pemberi cinta yang akhirnya menikamku penuh.
***
Pernah sekali aku bertemu pemberi cinta. Ia selalu ada di sisi kala lelah melanda. Kala semangat menerjang. Kala mata terbuka dan kala mata tertutup.
Kemudian aku terpuruk karena sang pemberi cinta itu. Ia menghilang perlahan. Lenyap ditelan ketiadaan.
Hatiku menjerit kesakitan. Hingga tak ingin mengenal cinta dalam bentuk dan rupa seperti dulu.
Sejatinya, pertahanan itu akan luruh, hancur, dan tak bersisa saat dia dibiasakan akan sesuatu yang baru. Cinta yang baru.
Cinta yang baru itu datang kepadaku tanpa kuundang. Ia datang membawa hal lain yang membuatku kagum. Aku meyakini kali ini aku tak mungkin salah lagi. Aku berbalik memercayai cintanya, bukan sang pemberi cinta.
Seolah diberikan manis tiada tara. Senyum ini pun tak kunjung mereda. Tiap bersamanya, aku merasakan cinta darinya. Tak begitu besar. Namun begitu dalam hingga aku tak mampu menggapai dasarnya.
Dasarnya terlalu jauh barang hanya untuk kesentuh. Terlalu jauh hingga aku tak menyadari ada kepedihan di sana. Ada kehancuran di sana. Cintanya menutup rapat segala sesuatu yang tak kulihat itu.
Puncak dari semua itu, cintanya yang kupercayai begitu rupa nyatanya membohongiku. Nyatanya tetap mengkhianatiku. Nyatanya tetap memukulku mundur teratur.
Berhasil. Ia berhasil menjadi pemberi cinta berikutnya yang kembali menyakitiku. Aku tahu, sejak awal aku menaruh harapan tinggi pada cinta itu, bukan sang pemberi cinta. Namun, sama saja kenyataannya. Keduanya tetap menyakitiku.
Jadi, apakah aku adalah sumber masalahnya? Hingga cinta sekalipun juga ikut menyakitiku. Cinta yang begitu kupercayai. Cinta yang kuminta barang secuil pun.
Tak bisakah kamu membalas penuh cinta ini? Tak bisakah kamu memberikan sedikit saja cinta yang tak bertopeng?
Tak bisakah cinta mengasihaniku?
Mengasihani insan yang haus akannya.
Mengasihani manusia yang hanya mampu mengemis cinta. Mengasihani aku.Ya. Karena aku hanyalah si pengemis cinta.
Sedang kamu adalah sang pemberi cinta yang menikamku penuh.
Namun jika kamu mengelak akan hal itu, lantas siapakah dirimu? Siapa kamu?
- Fetch -
Sepanjang perkuliahan, Qian sama sekali tidak mengikutinya dengan fokus penuh. Matanya terus menatap ke arah mejanya. Ke arah secarik kertas yang bertuliskan ID mahasiswa yang memposting berita tentang dirinya di website mading online kampus.
ID itu sangat Qian kenali. Walau tampak seperti nama samaran, Qian tahu dan sangat kenal dengan nama samaran itu.
Sepanjang hari ia bahkan tidak berbicara dengan siapapun yang mengajaknya berbicara. Jujur, ia ingin memercayai Tatik dan ID yang tertera di depannya itu. Namun, apa? Apa salah Qian pada orang ini?
Qian terus mengambil napas panjang. Hingga akhirnya dosen pengampu mata kuliahnya izin keluar entah kemana dan ketidaktahanan dirinya untuk pergi dari kelas itu pun berhasil membuat Qian benar-benar keluar dari kelas itu.
Membolos. Ya, katakan saja seperti itu. Qian menarik tas sampingnya dengan gerakan cepat dan berjalan melewati setiap pasang mata teman kelasnya yang mula-mula sedang menggambar sketsa namun kini berpaling padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
FETCH [Completed]
RomanceMenghilang adalah keahlianmu. Keahlianmu tentu bukan keahlianku. Aku tak ahli menghilang. Aku juga tak ahli mencarimu. Alih-alih mencari, melihatmu saja sudah hampir di ujung garis nihil. Kamu adalah sosok yang terlalu misterius namun tak juga musta...